Belajar dari kasus ledakan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, Jepang, Badan Tenaga Atom Internasional akan memperbaiki standar keselamatan PLTN yang ada.
”Semua jenis teknologi tergantung dari penggunaannya,” ungkap Deputi Direktur Jenderal sekaligus Kepala Departemen Kerja Sama Teknik Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Kwaku Aning saat berkunjung ke Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Pasar Jumat, Jakarta, Senin (11/4).
IAEA akan menggelar pertemuan tingkat menteri negara-negara anggotanya pada Juni nanti untuk membahas peningkatan standar keamanan dan keselamatan pemanfaatan nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Divisi Asia Pasifik Departemen Kerja Sama Teknik IAEA Yang Dazhu menambahkan, setiap teknologi memiliki sisi positif dan negatif. Hal utama dalam penggunaan sebuah teknologi adalah memahami potensi risikonya sehingga dapat dipastikan sistem keamanan dan keselamatannya.
Aning mengatakan, selama ini masyarakat masih memahami nuklir secara keliru. Padahal, nuklir dapat dikembangkan untuk tujuan damai guna menunjang berbagai kebutuhan hidup manusia, mulai dari sektor pangan, kesehatan, industri, geologi, hingga energi.
”Jangan sikapi teknologi nuklir dengan emosional. Jangan buat kesimpulan sebelum melihat teknologi nuklir secara utuh,” ujarnya.
Kepala Batan Hudi Hastowo menegaskan, Dewan Energi Nasional adalah lembaga yang berwenang menentukan dibangunnya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Batan hanya menyiapkan kajian pendukungnya, seperti studi tapak pembangunan PLTN.
”Kepentingan pembangunan PLTN bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini, tapi juga harus dipikirkan pemenuhan energi pada 2025 dan seterusnya,” katanya. (MZW)
Sumber: Kompas, 12 April 2011