Krisis nuklir Jepang makin tidak terkendali, Rabu (16/3). Kebakaran terjadi lagi, yakni menimpa reaktor Unit 4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Sekitar 180 pekerja dipaksa keluar dari lokasi akibat tingginya radiasi.
Api menjilat bangunan reaktor Unit 4 yang di dalamnya terdapat batang-batang bahan bakar pada Rabu pukul 05.45. Saat itu petugas tengah berusaha memompakan air laut untuk mendinginkan reaktor, tetapi api semakin besar. Asap putih dan awan uap membubung tinggi pada pukul 08.30 dan kondisi tersebut menambah kepanikan warga.
Helikopter gagal menyiram air ke reaktor paling bermasalah. Kondisi tersebut membuat pekerja kewalahan. Sekitar 180 pekerja dipaksa keluar dari lokasi akibat tingginya paparan radiasi. Operator PLTN, Tokyo Electric Power Co (Tepco), mengatakan bahwa saat itu terjadi kebocoran partikel radioaktif yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sekitar 30 menit kemudian dilaporkan tidak ada penguapan. Namun, para pekerja baru masuk kembali ke lokasi beberapa jam setelah kebakaran.
Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang menuturkan, tingkat radiasi mencapai 10 milisievert per jam pada pukul 10.40. Ada kemungkinan partikel radioaktif menguap dari reaktor Unit 2 yang meledak. Para ahli mengatakan, paparan radiasi bisa meningkat karena diduga terjadi lelehan parsial.
Petugas kewalahan
Kebakaran pada Unit 4 merupakan peristiwa kelima sejak terjadi ledakan di Unit 1 pada Sabtu lalu dan ledakan di Unit 3 hari Senin. Ledakan ketiga terjadi di Unit 2 yang disertai kebakaran di kolam penyimpan bahan bakar di Unit 4, Selasa.
Sekretaris Kabinet Yukio Edano mengatakan, para pekerja yang sedang menyiram reaktor dengan air laut sempat panik ketika tiba-tiba muncul kebakaran di Unit 4. Tidak ada pilihan kecuali mengevakuasi mereka keluar dari lokasi berbahaya itu.
”Para pekerja tak bisa melakukan pekerjaan minimal saat itu karena kami sedang siaga risiko terpapar radiasi” ujar Edano, Rabu pagi, pada saat asap mengepul di PLTN Fukushima Daiichi.
Hajimi Motujuku, juru bicara Tepco, menuturkan, tim pekerja sempat ditarik sejauh 500 meter dari kompleks PLTN. Sebuah helikopter dikerahkan untuk menuangkan air, tetapi gagal karena partikel radioaktif lepas bersama asap dan awan uap yang membahayakan helikopter.
Beberapa jam kemudian para pekerja masuk kembali untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Tidak ada penjelasan apakah api di Unit 4 sudah padam. Hanya dikatakan, pekerja telah dilengkapi pakaian antiradiasi. Mereka memompakan air laut ke reaktor Unit 5 dan Unit 6, yang suhunya juga sudah semakin panas.
PLTN Fukushima Daiichi yang berada di kota Okumamachi, Prefektur Fukushima, mengoperasikan enam reaktor. Pada saat terjadi gempa berkekuatan 8,9 skala Richter (lalu direvisi menjadi 9,0 skala Richter), hanya reaktor Unit 1, 2, dan 3 yang beroperasi. Reaktor Unit 4, 5, dan 6 sedang dalam perawatan.
Menurut NISA, sekitar 70 persen batang bahan bakar Unit 1 rusak akibat ledakan. Kyodo News menambahkan, 33 persen batang bahan bakar reaktor Unit 2 juga rusak akibat ledakan. Inti dua reaktor itu diyakini sudah meleleh.
Para pejabat pemerintah di Prefektur Ibaraki, selatan Fukushima, menyatakan, paparan radiasi di sana sekitar 300 kali level normal, Rabu. Kondisi tersebut tidak baik bagi kesehatan jangka panjang, tetapi tidak terlalu fatal.
Makin panik
Pada awal kebakaran hari Rabu telah terdeteksi adanya paparan radiasi di Tokyo meski masih rendah. Paparan berlangsung hingga 24 jam. Hal itu memicu kepanikan luar biasa pada publik Jepang dan munculnya peringatan internasional bagi kesehatan.
Menurut Edano, paparan radiasi di ibu kota hanya sekitar 10 kali dari paparan normal yang diterima manusia. Pada titik tersebut paparan radiasi tidak akan membahayakan kesehatan sekitar 13 juta penduduk Tokyo.
”Warga dipastikan tak akan terpapar jika keluar rumah. Saya ingin warga memahami hal ini,” kata Edano dalam konferensi pers yang disiarkan luas melalui jaringan televisi internasional.
Penjelasan Edano itu sebenarnya merujuk kepada warga yang mau menaati imbauan pemerintah, yaitu jika warga berada di luar radius peringatan baru, yakni 30 kilometer dari PLTN. Sekitar 140.000 orang di dalam zona itu dilarang keluar rumah. Hal tersebut akan merepotkan warga beraktivitas.
Komisaris Tepco, Gunther Oettinger, mengatakan, musibah yang menimpa reaktor nuklir di PLTN Fukushima Daiichi berada di luar kendali. ”Hampir semuanya berada di luar kendali,” katanya.
Yukiya Amano, Direktur Badan Tenaga Atom Internasional, mengatakan, Tepco terkesan tak terbuka memberikan informasi yang pas dan rinci mengenai ledakan dan kebakaran pada reaktor nuklir di PLTN. ”Kami tidak mendapat informasi rinci sehingga sulit mengambil langkah yang tepat,” kata Amano dalam sebuah konferensi pers di Vienna, Austria.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pun mengungkapkan kekecewaan serupa. Kan menyebut krisis nuklir kali ini merupakan musibah terburuk sejak akhir Perang Dunia II saat Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Warga mengkritik Kan lamban. (AFP/AP/REUTERS/CAL)
Sumber: Kompas, 17 Maret 2011