Noer Chanief Menjaga Harapan pada Energi Terbarukan

- Editor

Kamis, 13 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketimbang meratapi gulita, lebih baik menyalakan lentera. Itulah napas hidup bagi Noer Chanif (53). Dia membuat alat sederhana yang mengubah energi angin menjadi listrik. Meski kecil, tapi yang dilakukannya telah menumbuhkan harapan.

“Sekecil apapun energi, akan sangat bermanfaat. Angin kecil pun bisa jadi listrik, meski listriknya kecil. Dengan semangat seperti itu, pemuda-pemuda di sepanjang pantai bisa mengembangkan kincir. Tak perlu berkeluh kesah berkepanjangan,” kata Noer, seorang guru di SMKN 1 Blora, Jawa Tengah, akhir September.

Dari obsesinya akan kelistrikan dan kincir angin, Noer tak pernah berhenti bereksperimen. Berbagai karya dihasilkan, termasuk kincir angin yang menjadi sumber energi bagi alat perangkap serangga di sawah di Kabupaten Blora yang membantu para petani.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Noer Chanief (53) di rumahnya, di Mlangsen, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Sabtu (15/9/2018).

Energi terbarukan punya manfaat yang begitu luas. Antara lain bisa memecahkan persoalan petani di pesisir pantai utara Jawa Tengah yang kerap dipusingkan serangan hama serangga. Dari situ, Noer menciptakan kincir angin sumbu vertikal dan solar cell sebagai pembangkit listrik pada perangkap serangga. Dengan kincir savonius ( jenis kincir angin dengan axis vertikal) , daya listrik dihasilkan untuk menyalakan lima lampu. Lampu dengan warna berbeda itu akan menarik perhatian serangga di sawah.

Inovasi tersebut kemudian dikembangkan dan diajarkan Noer kepada putrinya, Fadhiela Noer Hafizah, yang merupakan siswa SMAN 1 Blora. Pada 2015, Fadhiela bersama rekannya, Dinar Limarwati, mewakili SMAN 1 Blora pada Toyota Eco Youth.

Dalam ajang tersebut, Sri Susilaningsih, istri Noer yang juga guru SMAN 1 Blora, turut serta sebagai pembimbing. Noer pun ikut mendampingi, sebagai mitra sekolah. Setelah dilakukan berbagai penilaian, inovasi itu menjadi Juara 2 Toyota Eco Youth 2015 kategori Ilmu Pengetahuan atau Science. Saat membimbing Fadhiela serta Dinar untuk ikut dalam Toyota Eco Youth 2015 itu dia menggandeng dinas pertanian setempat serta Laboratorium Entomologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Adapun proyek percontohan untuk lomba itu dilakukan di area persawahan di Mlangsen, Blora. “Sebelumnya, petani menyemprot pestisida sekitar tujuh kali. Tetapi setelah ada perangkap serangga, hanya empat kali. Sehingga, tanaman dan hasilnya pun lebih sehat,” ujar Noer.

Dari keprihatinan
Sejak kecil, Noer memang senang dengan berbagai hal berbau teknik dan kelistrikan. Pada 1970, rumahnya di Suryowijayan, Mantrijeron, Yogyakarta belum dialiri listrik. “Hanya rumah-rumah bagus yang sudah teraliri listrik. Karena kapasitasnya terbatas, rumah kami belum berlistrik,” kenangnya.

Baru tujuh tahun kemudian, atau pada 1977 rumahnya dialiri listrik. Di tahun itu pula, dirinya bisa menikmati tayangan televisi. Pada 1980, Noer disekolahkan di STM 1 Yogyakarta, yang merupakan STM Otomotif. Rasa penasaran coba dijawabnya dengan berbagai eksperimen.

Keinginannya untuk terus bereksperimen tersalurkan setelah mengenyam pendidikan di Jurusan Teknik Otomotif, IKIP Negeri (Universitas Negeri Yogyakarta) hingga bekerja sebagai guru di SMKN 1 Blora. Sebagai guru, dia pun membimbing dan mendorong para siswa untuk tidak berhenti berinovasi.

Noer pun kerap mengajak keluarganya bertamasya sambil belajar, salah satunya ke Pantai Baru, Bantul. Dia tertarik dengan kincir (pembangkit listrik tenaga hibrid) yang ada di sana.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Noer Chanief (53) berdiri di samping “Omah Setrum Pintar”, di Mlangsen, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Sabtu (15/9/2018).

Aplikatif
Selain kincir angin penangkap serangga dan banyak eksperimen lain, masih dengan semangat memanfaatkan tenaga angin, Noer juga mengembangkan “Omset (Omah Setrum) Pintar”. Alat ciptaannya itu digunakan sebagai tempat mengisi daya baterai atau ngecas (charge) gawai di tempat-tempat wisata.

Dia pun membimbing Dhodik Prasetyo, Alik Edi Santoso, Wawan Nur Aziz, para siswa SMKN 1 Blora, untuk mengikuti Penghargaan Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) Jateng 2017. Ide aplikatif itu dia temukan setelah mengamati pengelola tempat-tempat wisata jarang menyediakan pengisi daya baterai.

Jika pada kincir perangkap serangga terdapat dua sumbu, kali ini dia memakai tiga sumbu. Lewat tenaga angin, listrik dialirkan ke aki dan siapa pun bisa mengakses listrik dari alat yang dilengkapi gazebo itu. “Sejak awal, alat itu memang ditujukan untuk ditaruh di tempat-tempat wisata,” kata Noer.

Omset Pintar pun telah diproduksi delapan unit untuk dibeli sejumlah pengelola wisata di di berbagai daerah di Jateng, termasuk di Blora, seperti di Gunung Cengklik dan Waduk Greneng. Adapun Omset Pintar menjadi satu dari 10 pemenang utama pada Krenova 2017.

Selain itu, Omset Pintar pun masuk dalam Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) Business Camp 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Noer berharap, dengan adanya pengakuan itu, banyak pihak yang tertarik untuk mengembangkannya.

Meski tetap diupayakan, pengakuan seperti hak paten bukanlah prioritas Noer. “Saya sebenarnya tidak terlalu peduli. Saya hanya ingin ilmu saya dikembangkan. Meski ide awal ini dari saya, jika ada yang mengikuti dan ternyata lebih laku. Tidak apa-apa, saya justru senang,” kata Noer.

Noer menambahkan, dirinya tidak akan mempermasalahkan jika ada orang lain yang meniru. “Mari sejahtera bersama. Justru dengan ada yang mencontoh, berarti ada yang menghargai karya saya. Jika ada yang mau belajar, saya pun terbuka, tidak ada rahasia,” ujarnya.

Pada akhirnya, Noer berharap, karya-karya yang dihasilkannya dapat memengaruhi semangat generasi muda. Dia kembali menggunakan analogi sederhana. Di Blora saja, yang tidak memiliki pantai, angin bisa menghasilkan listrik, apalagi di daerah yang banyak pantainya. Dia meyakini energi terbarukan yang murah, akan membantu pemecahan banyak persoalan di masyarakat.

Noer Chanief
Lahir: Yogyakarta, 15 April 1965

Alamat: Jalan Mr Iskandar XIIA/ 24 F, Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Kota, Kabupaten Blora

Pendidikan:
-SD Keputran 1 Yogyakarta (1977)
-SMP Negeri 7 Yogyakarta (1980)
-STM Negeri 1 Yogyakarta (1983)
-IKIP Yogyakarta (Universitas Negeri Yogyakarta), Teknik Otomotif, Fakultas Pendidikan Teknologi Kejuruan (1990)

Pekerjaan:
Guru SMK Negeri 1 Blora 1991-sekarang

Pencapaian:
-Mitra SMAN 1 Blora, Juara 2 Toyota Eco Youth Kategori Science (2015), “Kincir Angin Sumbu Vertikal dan Solar Cell sebagai Pembangkit Listrik pada Perangkap Serangga”
-Pendamping SMKN 1 Blora, Juara 1 Krenova Tingkat Kabupaten Blora (2017), “Omset (Omah Setrum) Pintar”

ADITYA PUTRA PERDANA

Sumber: Kompas, 13 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 46 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB