Mungkinkah Belajar Sambil Tidur?

- Editor

Sabtu, 11 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hipnopedia atau kemampuan untuk belajar sambil tidur populer di kampanyekan pada tahun 1960-an. Konsep ini digadang-gadang sebagai salah satu upaya membentuk manusia masa depan yang unggul, bersama dengan pemanfaatan teknologi dan manipulasi psikologi.

Kemampuan belajar sambil tidur itu dipopulerkan melalui novel fiksi ilmiah Brave New World yang ditulis Aldous Huxley pada tahun 1931. Namun konsep itu akhirnya ditinggalkan karena kurangnya bukti ilmiah yang mendukung kemampuan manusia belajar sembari tidur.

Studi terbaru yang dipimpin Philippe Peigneux dari Institut Neurosains, Universitas Libre de Bruxelles (ULB), Belgia dan dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, Senin (6/8/2018), menunjukkan saat tidur, otak manusia masih mampu menangkap suara-suara, sama seperti saat terjaga. Namun, saat tidur, otak tidak bisa mengelompokkan suara-suara itu secara berurutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN–Anggota DPR tertidur saat mengikuti rapat paripurna di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (30/3). Saat tidur, otak manusia merekam suara-suara di sekitarnya. Namun, otak tidak bisa mengelompokkan suara-suara itu sesuai urutan.

Salah satu yang mendasari studi tersebut adalah riset terbaru sebelumnya yang menunjukkan otak manusia masih memberi respon terhadap stimulus dasar selama tidur. Kemampuan itu berlaku pada otak hewan dan manusia. Namun, studi itu tidak menjelaskan apakah belajar sambil tidur seperti yang digaungkan beberapa dekade sebelumnya benar-benar bisa diwujudkan sebagai metode pembelajaran baru di masa depan.

Aktivitas otak
Untuk membuktikan apakah belajar sambil tidur memungkinkan, Juliane Farthoaut, anggota peneliti lain dari ULB dibawah arahan Philippe, berusaha mencatat aktivitas otak para responden saat diberi stimulus suara menggunakan magnetoensefalografi (MEG). Perekaman aktivitas otak saat diberi stimulus suara itu dilakukan saat responden tidur atau terjaga.

Untuk fase tidur, respon suara yang direkam berlangsung dalam fase tidur terdalam atau tidur nyenyak. Pada fase tidur nyenyak itu, frekuensi gelombang tidur otak dalam kondisi paling lemah (short wave sleep/SWS).

Sementara itu, stimulus suara yang diberikan berupa suara yang dikelompokkan dalam tiga set atau kondisi, yaitu suara cepat, suara acak yang terorganisasi dan suara yang terstruktur.

Hasilnya, MEG mencatat bahwa otak manusia terus menangkap suara-suara yang ada meski dalam fase tidur paling nyenyak sekalipun. Perekaman suara yang sama juga berlangsung saat responden terjaga.

Bedanya, sepanjang tidur, otak hanya mengisolasi suara-suara tersebut, tetapi otak tidak menunjukkan respon untuk mengelompokkan suara-suara tersebut. Sebaliknya, saat terjaga, otak responden mengelompokkan suara-suara itu dalam tiga kondisi seperti stimulus yang diberikan.

Studi Philippe dan rekan itu itu menunjukkan kemampuan otak manusia mengelompokkan sumber suara, yang biasa dilakukan saat terjaga, benar-benar hilang saat manusia tidur. Alhasil, keterbatasan intrinsik dalam pengolahan suara di otak itu membuat belajar sambil tidur yang dicita-citakan manusia untuk masa depan sulit diwujudkan. (SCIENCEDAILY)–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 10 Agustus 2018

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB

%d blogger menyukai ini: