Kampanye melawan plastik untuk belanja sedang digaungkan pemerintah. Namun di sisi lain, inovasi plastik yang ramah lingkungan pun terus berjalan. Salah satunya plastik kulit udang karya siswi SMA Kharisma Bangsa, Yuke Fadhlillah Kirana.
Berawal dari kekhawatirannya melihat masalah sampah di Indonesia yang semakin besar, Yuke tergerak membuat penelitian soal plastik dari kulit udang di program proyek sains sekolah. Bersama rekan-rekannya, dia mulai riset di jurnal soal permasalahan sampah, terutama gambaran 10 tahun ke depan.
Plastik Kulit Udang Ramah Lingkungan Buatan Siswi SMA–Foto: Agung Pambudhy
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian dimulai sejak Agustus 2013 sampai Januari 2014. Setelah itu, riset disempurnakan di Institut Teknologi Indonesia (ITI) dan dikembangkan saat Yuke mengikuti program pertukaran pelajar di China.
“Kulit udang itu mengandung bahan polimer, namanya zat kitin, kayak di udang, di kepiting, kulitnya namanya kitin, kitin itu punya polimer alami. Kalau plastik itu polimer sintesis,” terang Yuke saat berbincang dengan detikcom SMA Kharisma Bangsa, Sabtu (20/2) lalu.
Riset soal kulit udang untuk plastik pernah juga dibahas oleh para peneliti Biologi di Institut Wyss Harvard, Amerika Serikat, pada tahun 2014 lalu. Mereka menyebut zat yang terkandung di kulit udang bernama chitosan, berasal dari kitin. Para peneliti bisa membuat gelas plastik dari 200 gram kulit udang.
Plastik dari udang (dok. Institut Wyss Harvard)
Sementara Yuke, membuat plastik dengan cara mengumpulkan kulit udang terlebih dulu, lalu diblender, dicampur dengan bahan kimia tertentu yang disebut ramah lingkungan, kemudian dikeringkan. Setelah menjadi serbuk, bahan-bahan tadi dicampur dengan pati onggok yang terbuat dari pohon aren.
“Lalu dicampur jadi larutan, terus dimasukkan ke cetakan dan ditunggu satu hari,” imbuhnya sambil menunjukkan cara pembuatannya di lab sekolah.
Siswi kelas 12 tersebut mengklaim, butuh 2 kantong kulit udang untuk membuat satu kantong kresek ukuran belanja. Namun karena bahannya yang tidak tahan basah, plastik buatannya untuk sementara hanya bisa dipakai membawa barang-barang kering.
“Kalau misalnya untuk yang kena air, plastik ini ngga bisa, karena akan berubah bentuk gitu, meskipun entar balik lagi ke bentuk awal, berarti nggak safe kan? Jadi plastik ini lebih untuk makanan kering,” ceritanya.
Yang terpenting dari penelitian Yuke adalah kemampuan plastik berbahan kulit udang untuk mudah terurai di dalam tanah. Bila plastik biasa butuh puluhan bahkan ratusan tahun, plastik bikinannya sudah terurai 45 hari di tanah humus dan tanah merah 60 hari.
“Jadi ngesave bertahun tahun untuk degradasi plastik,” imbuhnya.
Rini Friastuti
Sumber: detikNews, Senin 22 Feb 2016
————
Wujud Plastik dari Kulit Udang Bikinan Yuke Siswi SMA
Tidak sulit untuk mencari bahan-bahan ramah lingkungan di sekitar kita. Kulit udang bila diolah dengan benar, bisa menjadi plastik pengganti plastik berbahaya yang selama ini beredar luas. Begini wujudnya.
Siswi SMA Kharisma Bangsa Yuke Fadhlillah Kirana membuat plastik dari kulit udang karena tergerak dengan permasalahan sampah di Indonesia. Lewat informasi dari jurnal ilmiah, bimbingan dari dosen Institut Teknologi Indonesia dan pengembangan saat pertukaran pelajar di China, plastik kulit udang karya Yuke langsung dikenal publik.
Dari foto yang dikirim ke detikcom, terlihat plastik Yuke seperti pada umumnya. Warnanya bening dan tipis. Menurutnya, plastik tersebut belum bisa tahan terhadap air. Jadi untuk sementara digunakan untuk membawa benda-benda kering. Namun dia akan terus mengembangkannya agar bisa dipakai untuk semua barang.
Wujud Plastik dari Kulit Udang Bikinan Yuke Siswi SMA–Foto: dok. pribadi Yuke
“Satu kresek plastik itu dibuat dari dua kantong kulit udang,” kata Yuke saat berbincang dengan detikcom di sekolahnya akhir pekan lalu.
Bahan plastik tersebut memang didominasi kulit udang. Namun dia juga mencampurkan bahan lain seperti pati onggok, air dan bahan kimia PVA (polyvinyl alcohol) yang diklaim masih ramah lingkungan.
Penelitian dimulai sejak Agustus 2013 sampai Januari 2014. Setelah itu, riset disempurnakan di Institut Teknologi Indonesia (ITI) dan dikembangkan saat Yuke mengikuti program pertukaran pelajar di China.
“Kulit udang itu mengandung bahan polimer, namanya zat kitin, kayak di udang, di kepiting, kulitnya namanya kitin, kitin itu punya polimer alami. Kalau plastik itu polimer sintesis,” terang Yuke.
Riset soal kulit udang untuk plastik pernah juga dibahas oleh para peneliti Biologi di Institut Wyss Harvard, Amerika Serikat, pada tahun 2014 lalu. Mereka menyebut zat yang terkandung di kulit udang bernama chitosan, berasal dari kitin. Para peneliti bisa membuat gelas plastik dari 200 gram kulit udang.
Plastik kulit udang buatan Yuke bisa diurai dalam waktu 46 hari di tanah humus dan 60 hari di tanah merah. Sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan plastik yang beredar saat ini, yang butuh waktu puluhan tahun untuk terurai.
“Kalau di dalam tanah pasti hancur, karena ada bakteri segala macam, tapi kalau di udara, warnanya mungkin berubah, tapi kualitasnya nggak,” ucapnya.
Temuan Yuke sempat mendapat penghargaan di China dalam urusan lingkungan. Plastik tersebut juga telah diuji ketahanannya di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), hasilnya menunjukkan bahwa plastik tersebut mampu membawa delapan air mineral dalam kemasan sekaligus.
Rini Friastuti
Sumber: detikNews, Senin 22 Feb 2016