Kota Semarang di Jawa Tengah bermimpi suatu saat memiliki taman sains (science park). Ketika sudah muncul embrionya, wahana yang dinamai Duniaku Pintar yang sudah berusia tiga tahun, impian itu kembali suram. Duniaku Pintar sulit bertahan karena pendapatannya tidak dapat menutup biaya operasional yang tinggi.
Wahana Duniaku Pintar terletak di Balai Sindoro, salah satu balai di kawasan Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Duniaku Pintar memang tidak selengkap Taman Pintar di Yogyakarta yang penuh dengan berbagai alat peraga, simulasi sains, dan permainan edukasi. Namun, ini adalah satu-satunya wahana bagi anak-anak untuk belajar sains secara menyenangkan di Kota Semarang.
Awalnya, slogan Duniaku Pintar digunakan dalam perhelatan Jateng Fair 2010 yang diadakan PT PRPP. Saat itu, penyelenggara mengangkat tema sains dan bekerja sama dengan Pusat Peragaan Iptek di Taman Mini Indonesia Indah untuk menarik minat pelajar terhadap dunia sains. Beberapa orang lalu berinisiatif melanjutkan ide itu dengan membuka wahana Duniaku Pintar. PT PRPP menyediakan tempat dengan model bagi hasil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rabu (4/2) itu, tampak masih ada beberapa alat peraga sains yang berfungsi baik, antara lain kursi paku, pipa nada, dan lampu plasma. Alat peraga sains lain seperti katrol rusak. Alat peraga jam kentang, yang menggunakan tenaga kentang untuk beroperasi, tak bisa difungsikan jika tidak ada kunjungan.
”Kalau setiap hari harus menyediakan minimal dua kentang, terlalu mahal. Sekarang jam kentang hanya kami siapkan ketika ada kunjungan, itu pun tidak selalu. Alat peraga yang paling disukai anak-anak lampu plasma ini,” kata salah seorang pemandu, Dian Novi Purnama Sari (26), sambil menyentuhkan jemarinya pada bulatan lampu yang lecutan cahayanya mengikuti gerakan tangannya.
Bagian tengah ruangan dikosongkan, biasanya digunakan untuk demo ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), seperti percampuran warna, telur mengapung, dan praktik pembuatan roket air. Tidak hanya melihat alat peraga dan mencoba demo iptek, anak-anak juga dapat melakukan aktivitas lain, seperti menonton film iptek, membuat kerajinan tanah liat, juga aktivitas outbound seperti berkebun, bermain pipa berbisik, dan berburu ikan.
Satu kali kunjungan ke Duniaku Pintar, pengelola mematok biaya Rp 45.000 per anak untuk mengikuti semua kegiatan, ditambah kegiatan kelas memasak dan makan siang. Biasanya, anak yang berkunjung adalah anak usia kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan SD. Mereka belajar sambil bermain selama sehari penuh.
”Sekarang sedang sepi. Kunjungan ramai saat menjelang libur sekolah dan saat libur sekolah. Dalam satu minggu rata-rata ada tiga kali kunjungan. Kami tidak bisa menerima kunjungan setiap hari berturut-turut. Selang satu hari diperlukan untuk mempersiapkan kunjungan berikutnya,” kata Novi.
Biaya tinggi
Dolly Firmandjaja, penggagas wahana Duniaku Pintar, menyebutkan, kunjungan pelajar rata-rata 10.000 anak per tahun tetap tidak dapat menutup biaya operasional yang tinggi. Padahal, biaya kunjungan yang ditetapkan pun dirasa terlalu mahal oleh sekolah-sekolah. Jumlah karyawan yang sebelumnya 15 orang kini hanya tersisa empat orang. Selama ini, ia dan beberapa rekannya terpaksa harus merogoh kantong pribadi untuk menutup kekurangan.
”Awalnya kami masih optimistis, tetapi lama-kelamaan sulit juga. Dengan berat hati, mulai 1 Maret, Duniaku Pintar kami serahkan kepada PT PRPP. Kami berharap ada pihak yang tergerak membuat Duniaku Pintar tetap eksis,” ujar Dolly.
Duniaku Pintar selama ini mengadakan kompetisi roket air di Jateng, membuat workshop sains, dan memfasilitasi anak-anak berbakat mengikuti kompetisi yang diadakan ASEAN+3 Centre for the Gifted in Science dan APEC Future Scientist Conference bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Terakhir, Januari lalu, lima anak berbakat dari Semarang mengikuti Workshop Guru dan Kemah Sains Pelajar Ke-6 tingkat ASEAN+3 (Korea, Taiwan, dan Tiongkok), salah satunya putra Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Muhammad Zinedine Alam Ganjar, siswa SMP Negeri 2 Semarang. Salah satu siswa SMPN 2 Semarang yang lain, Radya Wafi Adyatma, berhasil mendapat penghargaan spesial Da Vinci Science Prize, beasiswa kuliah di universitas yang ada di negara-negara ASEAN, plus Tiongkok, Korea, dan Taiwan.
Direktur Utama PT PRPP Titah Listiorini mengatakan, tahun ini pihaknya berencana merenovasi gedung-gedung yang ada di PRPP karena sudah berusia 27 tahun dan rusak berat. Gedung yang digunakan Duniaku Pintar termasuk salah satunya. Namun, rencana itu ternyata bertepatan dengan penyerahan Duniaku Pintar kepada PT PRPP oleh pengelolanya.
”Kami akan berupaya mempertahankan Duniaku Pintar karena ini adalah embrio taman sains. Untuk sementara, karena keterbatasan modal, kami akan menggunakan gedung yang ada di Puri Maerokoco (Taman Mini Jateng) untuk Duniaku Pintar. Kegiatan lain yang selama ini diadakan Duniaku Pintar juga akan kami usahakan tetap ada,” tutur Titah.
Pengelolaan Duniaku Pintar, lanjutnya, akan ditangani PT PRPP, sambil mencari investor atau dana dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) swasta dan BUMN.
Ia mengakui, tak mudah mempertahankan wahana itu. Apalagi PT PRPP pun menghadapi gugatan PT Indo Perkasa Utama terhadap Gubernur Jateng mengenai sengketa penggunaan tanah PRPP yang membuat calon investor menunda kerja sama. (Amanda Putri N)
Sumber: Kompas, 7 Februari 2015
Posted from WordPress for Android