Dibantu komputer jinjing (laptop) dan proyektor, Evi Herikustanti, guru Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 2 Wonoboyo Satu Atap di Desa Cemoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengenalkan cara kerja mikroskop kepada siswa kelas VII, akhir Agustus lalu.
Sekolah yang berada di daerah perkebunan tembakau ini tidak memiliki ruangan laboratorium untuk tempat praktik. Namun, dengan mengompilasi berbagai informasi terkait cara kerja dan jenis mikroskop, termasuk gambar-gambar, yang didapatnya dari internet, Evi tidak kesulitan menyajikan materi soal mikroskop.
Jati Prasetyawan, guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang juga mengajar Matematika dan Agama mengatakan, para guru rutin ke kota dengan memanfaatkan Wi-fi corner di Plaza Telkom. Di sana, para guru dapat mengakses internet dengan murah dan cepat. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengunduh film yang dapat membantu pembelajaran berikut materi soal ujian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami dapat bantuan untuk mengoptimalkan TIK dalam pembelajaran. Ada bantuan laptop dan proyektor. Meski sekolah di desa dan sarana terbatas, dengan berkembangnya internet, para guru mudah mendapatkan sumber untuk mendukung pembelajaran,” katanya.
Para siswa, kata Jati, umumnya punya telepon cerdas. Penggunaan internet baru sebatas media sosial. “Tidak semua tahu membuat e-mail. Karena, untuk punya akun media sosial kini bisa dengan nomor handphone saja. Karena itu, para siswa diajari memanfaatkan internet dengan baik, terutama untuk mencari sumber belajar,” ujarnya.
Saat di sekolah, penggunaan internet di laptop bantuan program pemerintah dengan tethering dari smartphone para guru. Dalam keterbatasan fasilitas, sekolah mengenalkan pemanfaatan internet untuk mendukung pembelajaran.
Santi Indra Astuti, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, mengatakan, teknologi dapat memudahkan kaum muda untuk membaca, menulis, dan belajar. Namun, jika kebiasaan itu tidak dibangun sejak dini dari rumah, sekolah, dan masyarakat, mereka tidak bisa memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan diri. Padahal, internet juga membuka peluang lahirnya generasi pembelajar sepanjang hayat. (ELN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Oktober 2016, di halaman 11 dengan judul “Menjadikan Internet sebagai Sumber Belajar”.