Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus mengalami perkembangan yang signifikan. Bahkan kini menjadi bagian primer dalam teknologi pendidikan yang secara eksplisit berimplikasi terhadap kerja manusia di masa depan.
Teknologi kecerdasan buatan memang belum sepenuhnya digunakan dalam pembelajaran karena masih ada lembaga pendidikan yang belum menerapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Dalam dunia pendidikan, AI sendiri kerap dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar mengajar agar menjadi lebih berkembang, menarik, dan berwarna.
Sekolah bisa memanfaatkan aplikasi atau media yang dapat mengotomatiskan tugas-tugas yang diberikan kepada para peserta didik, seperti memberikan umpan balik, memilih materi pembelajaran yang sesuai maupun menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan siswa dengan akurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ada beberapa aplikasi AI yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, seperti Canva, Lumen 5, Microsoft Sway, Crello, Powtoon, Quizlet, Mindmeister, dan Google Classroom. Selain itu AI juga banyak dipakai untuk membantu analisis data dan tugas administratif.
Menurut Prof Dr H Robby Habiba Abror, M.Hum, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, kita memang harus bijak dalam memakai Al. “Kita harus bersyukur dan bijak dalam memanfaatkan AI dalam proses pembelajaran dan kehidupan kita sehari-hari,” ujarnya kepada Majalah Gontor.
Bisa dibilang, AI memanjakan kita dengan setiap jawabannya yang real-time secepat kilat atau hitungan detik bagi setiap pertanyaan dan berbagai masalah yang kita hadapi. Dengan algoritmanya, AI siap mengajukan berbagai varian dan pilihan alternatif bagi kebutuhan penggunanya.
Bahkan, ribuan aplikasi AI lahir dalam berbagai bentuk dan, kecanggihannya untuk meneliti, mampu menganalisis dan ikut memecahkan masalah kita. Dalam pembelajaran, setiap guru dan peserta didik dapat melakukan akselerasi secara individual dan makin terampil untuk memperkaya bacaan dan memperluas pengetahuan dengan beragam metode dan literatur yang kaya dari kecerdasan buatan tersebut.
AI sangat terbuka dan memungkinkan bagi siapa pun untuk belajar mandiri lebih cepat dengan mengakses sumber yang diinginkan, seperti data digital, video, jurnal ilmiah, hasil riset terkini, dan praktik pembelajaran dari berbagai sekolah, pesantren, dan kampus mana pun di muka bumi ini.
Jadi, penggunaan teknologi dengan bijak dan terkendali dapat memicu akselerasi pendidikan. “Jika kita mampu memanfaatkan AI dengan baik dan bertanggung jawab, banyak hal yang akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, bobot pengetahuan, dan nilai moral yang lebih religius,” ujar Guru Besar Ilmu Religi dan Budaya tersebut.
Dilansir ppg.kemdikbud.go.id bahwa kehadiran teknologi AI merupakan sebuah terobosan di bidang teknologi pendidikan untuk memudahkan proses pembelajaran. Bisa dibilang, kemunculan teknologi kecerdasan buatan ini juga sejatinya dapat menanamkan sifat mandiri dalam diri pelajar.
Guru tidak dibebani peran yang begitu dominan, namun tugasnya menjadi spesifik dalam lingkup memberikan pencerahan dengan kata kunci yang substansial. Pangkal dari setiap pemanfaatan teknologi bagi guru adalah tetap mengedepankan esensi mengajar, yaitu menata moral dan perilaku pelajar.
Selain itu, penggunaannya AI dinilai cukup membantu guru memberikan ide-ide untuk menyampaikan pembelajaran serta mempersiapkan cara mengajar yang benar. Namun, guru tetap diminta untuk memfilter apa yang diinformasikan sehingga bisa menimbang apa yang baik untuk diambil.
Adapun bagi pelajar, adanya teknologi pendidikan dapat membantu mereka dalam mengontrol dan memantau pembelajaran mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja dengan baik di masa depan. Selain itu guna mengoptimalkan dampak positif kemunculan kecerdasan buatan ini, maka diperlukan:
Pertama, integrasi AI dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Kedua, pengawasan dan evaluasi untuk memastikan efektivitas dan keamanan. Ketiga, pendidikan tentang AI dan dampaknya bagi peserta didik. Keempat, kolaborasi guru dan AI untuk memastikan pembelajaran yang efektif. Kelima, pengembangan keterampilan digital ke peserta didik.
Dari sekian banyak manfaat teknologi kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan, kita pun harus tetap mengantisipasi dampak negatifnya. “Penyalahgunaan AI dalam pendidikan bagian dari apa yang dulu termasuk dalam kejahatan masa depan (future crimes),” terang Prof Robby, alumnus Pondok Modem Darussalam Gontor tahun 1998 itu.
Dengan kecerdasan buatan ini, seseorang jadi tampak seolah-olah ahli dalam satu bidang ilmu. Padahal, ia belum melakukan penelitian apapun tentang hal itu. Jika AI digunakan dengan tidak jujur, maka akan merusak citra pendidikan karena memudahkan seseorang untuk membangun pemikiran yang tidak orisinal.
Selain itu, kita bisa terperangkap dalam plagiarisme atau menjiplak tulisan atau pikiran orang lain tanpa menyebutkan sumber, menjadi tidak terdorong melakukan penelitian dengan integritas dan kejujuran, melainkan justru ketergantungan pada AI. “Ini tentu bisa menjadi biang keladi, abai terhadap komitmen dan kemandirian otentik,” tegasnya.
Berikut di antara beberapa dampak negatif penggunaan AI dalam dunia pendidikan yang perlu diantisipasi. Pertama, ketergantungan teknologi di mana peserta didik mungkin terlalu bergantung pada teknologi dan mengabaikan kemampuan dasar. Kedua, kurangnya interaksi sosial antara peserta didik dan guru.
Ketiga, AI bisa mengandung bias dan ketidakakuratan yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Keempat, penggunaan AI dapat mengancam privasi peserta didik. Kelima, keterbatasan pemahaman peserta didik tentang konsep yang lebih kompleks karena dimanjakan dengan jawaban instan.
Karena itu, guru/dosen dan siswa/mahasiswa harus dibekali dengan berbagai keterampilan untuk menghadapi tantangan masa depan. Jauhi kesenangan instan karena memperoleh data seketika. “Selalu rendah hati dalam belajar agar Allah limpahkan berkah dan berkeadaban digital,” pungkas guru besar pertama alumni Gontor Putra 1998 ini.
Oleh Edithya Miranti
Disalin dari: Majalah Gontor, Sya’ban 1446H/ Februari 2025