Mengunjungi Manusia Purba Indonesia di Senckenberg

- Editor

Kamis, 31 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketika berkunjung ke Frankfurt, Jerman, pekan lalu, keinginan pertama yang muncul adalah berkunjung ke Museum Senckenberg. Arkeolog Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, almarhum Prof Teuku Jacob, pada tahun 1975 memastikan puluhan fosil berharga temuan dari Sangiran dan tempat lain di Indonesia disimpan di sejumlah negara, antara lain Museum Senckenberg, Frankfurt.

KOMPAS./ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN–Pengunjung menyaksikan 1.000 buah koleksi kerangka hewan, manusia, artefak, dan bebatuan yang terpajang di dinding GÇ£The Fascination of DiversityGÇ¥ berukuran 15 x 4 meter di Museum Senckenberg, Frankfurt, Jerman, Selasa (22/10/2019). Museum Senckenberg yang didirikan pada tahun 1817 ini memiliki lebih dari 40.000 koleksi benda-benda biologis dan geologis yang menggambarkan kekayaan bumi dari berbagai perspektif

Keinginan semakin membuncah ketika mengetahui bahwa Museum Senckenberg hanya berjarak 2,8 kilometer dari tempat pameran akbar di Messe. Dan, ternyata benar, cukup melewati dua stasiun kereta listrik saja, sampailah ke Museum Senckenberg.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak sulit menemukan museum ini. Seekor patung Tiranosaurus besar di seberang jalan menjadi penanda keberadaan Museum Senckenberg.

Dengan membayar 10 euro untuk orang dewasa dan 5 euro untuk anak-anak, siapa pun bisa berpetualang menyusuri ruang waktu di museum yang didirikan pada 1817 ini. Pengunjung bisa menyaksikan lebih dari 40.000 koleksi yang terkumpul dalam proses penelitian selama kurang lebih dua abad.

Begitu melewati lobi museum, pengunjung bisa menyaksikan replika kerangka-kerangka dinosaurus besar yang ukurannya persis seperti ketika hewan purba tersebut masih hidup. Ada Brachiosaurus, Triceratops, Diplodocus, hingga Tiranosaurus. Melihat ukurannya yang luar biasa, siapa pun akan terbayang bagaimana kedahsyatan hewan-hewan purba tersebut ketika masih hidup jutaan tahun lampau.

KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN–Pengunjung menyaksikan aneka macam replika kerangka dinosaurus di Museum Senckenberg di Frankfurt, Jerman, Selasa (22/10/2019).

Menemukan Homo Floresiensis
Di ruangan lain terpajang aneka macam hewan awetan dari berbagai penjuru dunia, mulai dari hewan-hewan mamalia besar sampai terkecil, burung terbesar hingga terkecil, ikan terbesar sampai terkecil. Namun, setelah lebih 1 jam, fosil manusia purba dari Sangiran tak juga ditemukan.

Meski demikian, yang lebih membuat penasaran adalah keberadaan beberapa tengkorak manusia purba di sisi kiri lobi museum. Dari beberapa tengkorak yang dipamerkan, tampak sebuah tengkorak berukuran kecil yang ternyata adalah replika Homo Floresiensis yang ditemukan 16 tahun lalu di Liang Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kekecewaan sulitnya menemukan fosil manusia purba dari Sangiran akhirnya terobati.

Homo Floresiensis ditemukan antara lain oleh empat peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yaitu E Wahyu Saptomo, Jatmiko, Rokus Duwe Awe, dan Thomas Sutikna. Pada 2003, mereka bersama Prof Mike Morwood dari University of New England mengekskavasi Liang Bua dan menemukan Homo Floresiensis. Kegigihan mereka meneliti manusia Liang Bua disarikan dalam jurnal ilmiah Nature dan berbagai jurnal lain. Ternyata publik sangat menghargai sehingga kajian ilmiah itu banyak dikutip para ilmuwan dan pemerhati arkeologi di seluruh dunia.

Temuan itu membawa mereka masuk dalam daftar peneliti yang paling banyak dikutip. Bahkan, mereka akhirnya masuk dalam jajaran ilmuwan dengan pemikiran paling berpengaruh sedunia 2014 menurut versi Thomson Reuters.

Hasil penelitian mereka juga dinilai memberikan arah ke masa depan, khususnya bidang arkeologi. Liang Bua benar-benar menjadi laboratorium lapangan yang lengkap dari masa Plestosen hingga Holosen.

KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN–Replika Homo Floresiensis yang ditemukan di Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, pada 2003 turut dipamerkan di Museum Senckenberg di Frankfurt, Jerman, Selasa (22/10/2019). Penemuan Homo Floresiensis di Indonesia turut menggemparkan dunia dan mewarnai khasanah diskusi para peneliti dunia

Tersimpan di gudang
Menurut kandidat doktor Institut de Paléontologie Humaine, Paris, sekaligus arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta Sofwan Noerwidi, sampai saat ini di Museum Senckenberg masih tersimpan fosil tujuh individu manusia purba asal Sangiran. Untuk sementara, fosil-fosil tersebut diletakkan di gudang museum sehingga publik tidak bisa menyaksikannya.

”Temuan-temuan jejak manusia purba di Indonesia sangat berarti bagi penelitian dunia. Bukti-bukti evolusi manusia seharusnya dicari di daerah tropis karena wilayah ini dianggap paling stabil saat terjadinya perubahan lingkungan dahulu kala,” ujarnya.

Letak Nusantara di garis katulistiwa sangat strategis menjadikan daerah ini pada zaman es perubahan suhunya hanya turun hingga 5 derajat. Sementara itu, daerah lintang tinggi luas cakupan es kutub utaranya bisa melebar hingga Inggris dan Jerman sehingga tidak cocok bagi habitat kera dan hominin.

Betapa pentingnya bukti-bukti penemuan jejak manusia purba di Indonesia memberikan penjelasan lebih lanjut mengapa banyak temuan-temuan asal Indonesia dibawa dan dipajang di sejumlah negara, seperti fosil-fosil manusia purba dari Sangiran. Bahkan, replika Homo Floresiensis pun turut dipajang di sana.–ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 30 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB