Mengenang Yuri Gagarin

- Editor

Rabu, 4 Mei 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ERA stasiun ruang angkasa Mir telah berakhir 15 tahun lalu. Namun stasiun itu telah mewariskan satu tradisi besar dalam kegiatan eksplorasi ruang angkasa. Mir adalah juga produk evolusi aktivitas ruang angkasa Rusia — dulu bernama Uni Soviet — yang mengesankan.

Pada 12 April lalu, dunia mengenang kembali  50 tahun penerbangan Yuri Gagarain. Dialah kosmonot Rusia, yang menggunakan wahana ruang angkasa kapsul Vostok 1, yang  menjadi orang pertama mengorbit bumi.

Menengok kembali riwayat penerbangan itu, ternyata kemungkinan untuk penerbangan angkasa berawak kali pertama dibahas dalam forum Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia awal tahun 1959. Beberapa bulan kemudian, Oktober 1959, Akademi memilih calon untuk misi penerbangan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Prosesnya, seperti dikenang Yuri Gordeyev dari Kantor Berita Ria Novosti (Buletin Berita Nomor 21 Kedubes Rusia) awal April ini, sangat berat. Pertama, calon kosmonot pertama itu harus dalam keadaan sehat sempurna. Keseluruhannya, Akademi mempertimbangkan 3.464 calon kosmonot. Mereka semua pilot pesawat tempur berusia di bawah 35 tahun. Akademi akhirnya memilih 20 orang.

Lalu, untuk melatih mereka negara itu mendirikan pusat latihan kosmonot, Januari 1960, untuk penerbangan yang mula-mula dijadwalkan Maret 1960. Pada 17 dan 18 Januari 1961, satu kelompok enam kosmonot  (setara dengan The Right Staff di AS),  salah seorang di antara mereka adalah Yuri Alexeyevich Gagarin, kelahiran Klusimo, Smolenks, 9 Maret 1934, memasuki pengujian fisik. Mereka membuktikan telah siap melakukan perjalanan antariksa.
Penerbangan Pertama Karena belum ada sejarahnya, penerbangan pertama keluar angkasa itu tentu merupakan langkah menuju ke sesuatu yang tak dikenal. Misalnya, dipertanyakan apakah kosmonot akan tahan, pertama-tama secara psikologis, suara dahsyat roket pendorong? Apakah kondisi kerja dan keadaan tanpa gaya berat akan memengaruhi mereka? Apakah sistem pesawat ruang angkasa akan bisa memberikan kondisi normal selama penerbangan?

Jawaban atas sebagian dari pertanyaan tersebut dapat ditemukan selama latihan. Namun disadari tetap ada unsur tak terprediksikan menyangkut perilaku manusia saat berada di ruang angkasa. Misalnya, ada kemungkinan terserang gangguan jiwa yang disebabkan oleh tata ruang dalam konstruksi pesawat angkasa.

Untuk mengurangi beban perhatian kosmonot, banyak sistem dibuat otomatis. Vostok yang dirancang sepenuhnya otomatis, juga bisa dikendalikan secara normal.

Keberhasilan penerbangan Gagarin memang tak bisa dilepaskan dari keberhasilan wahana yang membawa ke ruang angkasa. Karena itu, wahana Vostok diuji habis-habisan di darat. Semua pengujian dilakukan sampai semua sistem bekerja tanpa salah. Itulah yang diperintahkan perancang umum wahana itu, Sergei Korolyov, kepada spesialis yang menguji.

Namun saat peluncuran tiba, Korolyov dan setiap orang tetap gusar. Gagarin tidak. Dia tampak tenang dan percaya diri. Denyut nadinya bertambah cepat hanya setelah naik ke kabin, meski itu semestinya karena kerja fisik. Para dokter dilaporkan takjub melihat denyutnya tetap 64 detak per menit sehingga peluncuran pada pukul 09:07 waktu setempat di Pusat Peluncuran Wahana Antarika (Kosmodrome) di Baikonur, Republik Kazakhstan, Asia Tengah.

Perkembangan peristiwa dilaporkan ke lokasi peluncuran melalui pengeras suara. Pukul 12:55 waktu setempat diumumkan, parasut telah membuka dan peluncuran kapsul Gagarin berlangsung mulus.

Saat itu, tak seorang pun di Kosmodrome Baikuonur merasakan makna peristiwa yang baru terjadi. Baru setelah suara penyiar radio terkenal Levitan mengumumkan hasil penerbangan melalui pengeras suatra, setiap orang bersorak gembira dan saling memberi ucapan selamat.
Kecelakaan Pesawat Setelah itu diketahui Yuri Gagarin adalah manusia pertama yang menyaksikan planet bumi dalam totalitas keelokan universal. Dia pun dielu-elukan sebagai pahlawan abad ke-20. Setelah itu dia mengunjungi 27 negara dan 22 kota di dunia yang mengangkatnya sebagai warga kehormatan.

Meski termasyhur dan sangat dihormati, Gagarin tetap merasa sebagai pilot dan kosmonot dan tetap ingin terbang. Impiannya untuk bisa terbang lagi ke ruang angkasa sebenarnya nyaris mewujud. April 1967, Gagarin menyelesaikan satu program latihan lain dan siap terbang dalam penerbangan pertama pesawat Soyuz.

Namun manusia hanya bisa berencana.

Sebagai pilot militer profesional, Gagarin tak pernah ingin kehilangan keterampilan menerbangkan pesawat dan tak pernah berhenti berlatih sebagai pilot pesawat tempur. Pada 27 Maret 1966, dia ada di sebuah pesawat jet untuk penerbangan uji bersama instruktur terbang Kolonel Vladimir Seryogin. Pukul 10.30, dia mengontak perwira kontrol penerbangan untuk kali terakhir. Satu menit kemudian, pesawat yang dia terbangkan jatuh dan menewaskan kedua pilot. Apa yang terjadi selama 60 detik terakhir tampaknya tetap merupakan misteri hingga hari ini.

Yang tak jadi misteri adalah kepopuleran Gagarin telah memacu satu lomba paling hebat abad ke-20. Itulah lomba menaklukkan ruang angkasa. Sebab, tak lama setelah itu, presiden yang baru terpilih Amerika Serikat, John F Kennedy, mencanangkan satu program mendesak. Dia bertekad sebelum dekade 1960-an berakhir, bangsa Amerika harus bisa mendaratkan warga ke bulan. Cita-cita itu  diwujudkan melalui Program Apollo.

Apa yang terjadi 50 tahun silam memang hanya satu titik dalam kemajuan eksplorasi ruang angkasa. Kini, eksplorasi itu itu nditandai dengan kehadiran Stasiun Ruang Angkasa Internasional, rekor tinggal di angkasa ratusan hari, dan berbagai pengetahuan keantariksaan mutakhir.

Namun semua itu diawali oleh penerbangan Gagarin, pahlawan Rusia yang dijuluki The Columbus of the  Cosmos. Julukan yang layak bagi lulusan dengan pujian dari Akademi Teknik AU Zhukovsky 1957 itu. (Amien Nugroho/dari berbagai sumber-51)

Sumber: Suara Merdeka, 18 April 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB