Memiliki buah hati umumnya menjadi idaman pasangan suami-istri. Namun, tak semua proses kehamilan berjalan lancar. Komplikasi pada masa kehamilan, terutama yang terlambat ditangani, meningkatkan risiko keguguran.
Terkait hal itu, dokter di Amerika Serikat mengembangkan tes darah sejak dini, dalam 12 pekan pertama kehamilan, untuk mengindikasikan risiko keguguran atau kelahiran prematur. Mereka menemukan molekul dalam darah yang bisa dikaitkan dengan komplikasi serius kelahiran beberapa bulan sebelum sejumlah gejala muncul.
Tujuan tes darah itu adalah skrining molekul-molekul yang disebut RNA mikro. Itu ditemukan dalam sel-sel darah di area plasenta, membran tipis yang melapisi rahim selama kehamilan. Temuan itu membantu dokter bertindak untuk mencegah keguguran dan kelahiran prematur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keguguran adalah kehilangan janin spontan sebelum 20 pekan pertama kehamilan. Mengutip situs mayoclinic.org, 10-20 persen dari jumlah total kehamilan berakhir dengan keguguran. Namun, angka itu bisa lebih besar lagi karena banyak keguguran terjadi amat dini sehingga perempuan tak mengira ia hamil.
Sebagian besar keguguran disebabkan janin tidak bisa berkembang secara normal dan mayoritas terjadi sebelum 12 pekan pertama kehamilan. Tanda-tanda keguguran antara lain perdarahan atau flek-flek di vagina, nyeri atau kram di perut atau punggung bagian bawah, dan ada cairan keluar dari vagina.
Sementara preeklamsia merupakan kondisi serius saat tekanan darah tinggi tidak normal dan masalah lain yang berkembang selama kehamilan. Preeklamsia terjadi pada lebih dari 10 persen dari kehamilan pertama dan kerap kali menjadi penyebab utama kelahiran prematur.
Kelola faktor risiko
Berbeda dengan preeklamsia dan kelahiran prematur yang bisa diatasi dengan intervensi medis, keguguran kerap kali tak bisa dicegah. Untuk menekan risiko keguguran, ibu hamil dianjurkan rutin periksa kehamilan, konsumsi multivitamin tiap hari, membatasi asupan kafein, serta menghindari faktor risiko seperti merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
Studi terbaru menyatakan, tes darah kemungkinan dapat dikombinasikan dengan tes skrining lainnya yang sudah ada untuk memprediksi risiko keguguran. Tim peneliti dari Laboratorium Kedokteran Reproduksi dan Imunologi di San Francisco, AS, menilai, sel-sel RNA mikro mampu untuk memprediksi kelahiran prematur, preeklamsia, dan keguguran selama 12 pekan pertama kehamilan.
Secara total, mereka melihat 160 kelahiran pada lebih dari empat studi yang telah dipublikasikan. Hasil studi itu memprediksi, tingkat akurasi dalam memprediksi keguguran dan preeklamsia sekitar 90 persen dan kelahiran prematur sebelum 34 minggu sekitar 89 persen.
Riset lanjutan
Menurut profesor kehormatan bidang embriologi dan biologi sel punca klinis dari University of Manchester, Daniel Brison, studi menunjukkan hasil menakjubkan. Namun, ia berujar, ”Meski hasilnya menggembirakan, kami membutuhkan riset lanjutan untuk memastikan hasil tes valid.”
Tim Child, associate professor di University of Oxford dan Direktur Medis Fertilitas Oxford, menyatakan prihatin atas masalah kehamilan. ”Preeklamsia, kelahiran prematur, dan keguguran merupakan isu serius di dunia sehingga berbagai riset amat penting,” ucapnya, Rabu (1/11), kepada BBC.
Ia menekankan, jumlah kasus yang diteliti masih amat terbatas dan riset baru tahap awal. Karena itu, ia berharap ada riset lanjutan yang akan membantu dokter untuk memahami penyebab utama gangguan pada plasenta yang memicu keguguran.
Meski baru riset tahap awal, hasil studi tentang tes darah yang bisa memprediksi risiko keguguran memberi harapan baru di dunia medis. Dengan mengetahui adanya risiko keguguran saat hamil, dokter bisa mengambil langkah medis untuk mencegahnya.
EVY RACHMAWATI
Sumber: kompas, 3 November 2017