DATANGNYA gempa bumi tak bisa diprediksi sebelumnya. Namun bisa dideteksi menggunakan detektor gempa (early warning system) atau seismograf. Alat ini berfungsi memberikan peringatan dini saat gempa terjadi sehingga warga bisa melakukan langkah-langkah penyelamatan diri.
Hanya saja, seismograf harganya mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat bawah. Tapi tak perlu khawatir karena alat ini bisa dibuat sendiri dengan peralatan seadanya di sekitar kita. Selain biayanya murah, teknik pembuatannya juga mudah. Buktinya anak-anak SD di Jember bisa melakukannya dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas.
Prinsip alat detektor gempa sesungguhnya sangat sederhana. Bila terjadi getaran atau gempa bumi, alat ini akan bergetar, di mana bandul yang berada di dalam tabung akan bergerak menyentuh kawat yang dialiri arus listrik. Saat listrik menyala maka suara bel akan berbunyi. Sentuhan itu akan membuat arus listrik yang berasal dari aki atau baterai akan mengalir menuju alarm dan akhirnya membunyikan alarm atau bel tersebut. Agar alarm peringatan dapat terus berbunyi meskipun bandul sudah tidak menyentuh kawat yang dialiri arus listrik, dibuatlah rangkaian relay.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Detektor gempa yang lebih canggih juga pernah dibuat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, hanya dengan modal Rp 50.000. Detektor ini berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi Rancang Bangun 2010 tingkat nasional di Universitas Udayana, Bali.
Alat deteksi gempa ini merupakan rangkaian alarm lengkap dengan relay, speaker kecil, dan stop kontak ini dihubungkan sebuah gelang besi dan bandul dari kelereng berbalut kawat tembaga sebagai sensor gerak. Listrik alat ini bersumber dari baterai 9 volt.
Detektor ini pada prinsipnya bertumpu pada bandul besi yang akan bergetar akibat guncangan gempa. Jika getaran gempa cukup besar, bandul tersebut akan menyentuh lempengan yang berbentuk lingkaran (ring) yang dipasang di sekitarnya. Persentuhan bandul dengan ring yang disambungkan dengan sistem relay listrik itu akan langsung membunyikan alarm yang dipasang pada sistem rangkaian detektor.
Cara Membuat
Inilah tips yang disuguhkan situs blak-blakan.com. Sediakan bahan-bahan, antara lain bel pintu kabel (bukan wireless), kawat listrik halus (bisa dipakai dari kabel bel pintu), kawat biasa (2 mm untuk dibuat ring/cincin), pipa paralon (PVC 1,5 x 40 cm berguna untuk pelindung dari angin atau binatang seperti cicak), unting-unting (yang diharapkan bergerak saat gempa) dan paku secukupnya. Sedang alat yang digunakan antara lain palu, tang, gergaji dan lain-lain yang diperlukan. Teknik pembuatannya bisa dilihat lewat sketsa (gambar).
Prinsip kerjanya sama dengan menekan bel pintu. Hanya saja, sakelar bel dimodifikasi untuk berbunyi saat goyangan unting menyentuh cincin. Unting-unting berbentuk kerucut terbalik berfungsi mengatur tingkat sensitivitas dari alarm dengan menarik atau menurunkan unting. Selain itu, unting mempunyai berat yang cukup untuk bergerak saat terjadi goyangan.
Yang perlu diperhatikan, unting dan kabel berbahan konduktor seperti tembaga, besi dan lain-lain. Unting-unting dan kabel penggantungnya harus bergerak bebas dalam pipa PVC ataupun pada cincin kawat. Bagian atas maupun bawah PVC dibuatkan kotak untuk antisipasi gangguan angin.
Nada bel jangan sama dengan bel pintu, tetapi cari nada seperti lagu agar lebih panjang, pakai baterai alkaline supaya lebih awet dan kotak pembungkusnya lebih baik pakai yang transparan supaya memudahkan pengecekan. Teknik ini pernah diujicobakan saat terjadi gempa di Kepulaian Mentawai pada 25 Oktober dan terbukti berfungsi dengan baik.(24)
Kawe Shamudra, penulis lepas, tinggal di Batang
Sumber: Suara Merdeka, 16 April 2012