Persediaan kayu yang terus berkurang membuat bahan baku untuk pembuatan perahu kian sulit didapat dan harganya melambung. Bambu laminasi bisa menjadi salah satu solusi di tengah situasi itu.
Selama ini, bambu dikenal memiliki beragam manfaat. Dari ujung akar hingga ujung daun, tanaman bambu bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai bahan kerajinan, bahan pembuatan alat musik, bahan bangunan, dan bahan makanan.
Namun, riset tentang bambu yang dilakukan sejumlah dosen di Surabaya menemukan manfaat lain yang bernilai ekonomi, yakni sebagai bahan baku pembuatan perahu dengan teknik laminasi. Bambu bisa menggantikan kayu sebagai bahan baku perahu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dosen Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Akhmad Basuki Widodo, Jumat (13/7/2018), di Surabaya, menyatakan, pemanfaatan bambu sebagai bahan baku perahu berawal dari berkurangnya pasokan kayu jati sebagai bahan baku perahu. Harga kayu pun makin mahal. Ini diperparah oleh penebangan pohon dilakukan tanpa diiringi reboisasi. Akibatnya, nelayan dan pengusaha pelayaran rakyat tak mampu memperbarui kapal.
KOMPAS/IQBAL BASYARI–Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti beserta rombongan berlayar menggunakan kapal berbahan bambu laminasi, Baito Deling 001, karya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Senin (2/7/2018) di Selat Madura.
Pada 2001, Akhmad memulai penelitian demi mencari pengganti jati sebagai bahan baku perahu. Riset diawali survei ketersediaan bambu di Jawa Timur, khususnya bambu betung, bersama Perusahaan Umum Perhutani II Jatim, antara lain di Magetan, Trenggalek, Tulungagung, dan Banyuwangi.
Bambu betung dipilih karena ruasnya lebih panjang dibandingkan dengan jenis bambu lain. Daging bambu itu lebih tebal dan memiliki diameter besar. Uji kekuatan menunjukkan, bambu betung lebih kuat 1,5 kali dibandingkan dengan jati. ”Bambu tak bisa pecah, hanya terurai seratnya. Itu beda dengan kayu yang pecah jika dipukul,” ujarnya.
Bambu tak bisa pecah, hanya terurai seratnya. Itu beda dengan kayu yang pecah jika dipukul.
Pembuatan perahu dari bambu memakai teknik laminasi atau bambu berlapis. Bambu itu disusun di rangka, lambung, dan lantai kapal seperti membuat perahu kayu. Bambu yang dipakai harus bambu betung usia 3-4 tahun. ”Bagian lunas kapal memakai jati karena lebih efisien meski bisa dari bambu,” kata Akhmad.
Untuk membuat perahu dari bambu, maka bambu betung yang biasanya memiliki panjang 10 meter diambil bagian tengahnya sepanjang 3-4 meter. Bambu itu lalu direndam menggunakan air yang dicampur boraks selama seminggu agar bambu lebih awet.
Setelah itu, bambu dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahsari agar kadar air di dalam bambu hilang. Sebab, kandungan air di batang bambu bisa membuat kekuatan bambu tidak maksimal. Bambu sepanjang 3 meter itu dibilah jadi lembaran kecil dengan tebal 7-8 milimeter dan lebar 5-6 milimeter. Untuk meratakan bambu, bisa dipakai mesin serut agar lebih presisi.
Bilah-bilah bambu itu lalu dilaminasi dengan lem resorcinol atau phenol formaldehyde sambil dibengkokkan sesuai desain kapal. Kemudian, bambu laminasi disusun di rangka kapal. Agar kuat, kapal dibuat memakai 2-3 lapisan bambu laminasi.
”Bambu yang sudah dibengkokkan tak akan lurus lagi karena lem kuat dan tahan cuaca. Lem ini memenuhi standar Biro Klasifikasi Indonesia yang mengurusi perkapalan,” kata Akhmad.
Bambu yang sudah dibengkokkan tak akan lurus lagi karena lem kuat dan tahan cuaca. Lem ini memenuhi standar Biro Klasifikasi Indonesia yang mengurusi perkapalan.
Kekuatan bambu sebagai alternatif pengganti kayu dalam pembuatan bambu telah lolos serangkaian pengujian. Uji yang dilakukan di antaranya analisis kerapatan, penyusutan, lentur, dan keteguhan pukul. Hasilnya, bambu lebih unggul dibandingkan jati sebagai bahan baku kapal.
Hasil analisis kerapatan menunjukkan, bambu lebih rapat dibandingkan jati. Bambu memiliki kerapatan 0,71 kilogram per desimeter kubik, lebih rapat dibandingkan jati yang kerapatannya 0,7 kg per desimeter kubik.
Bambu pun memiliki nilai penyusutan lebih rendah dibandingkan jati.
Penyusutan bambu 2,99 persen, lebih rendah dibandingkan jati yang 3,51 persen. Bambu juga terbukti lebih lentur dibandingkan jati dengan hasil kelenturan 754,5 kg per sentimeter (cm) persegi, lebih besar dibandingkan jati yang memiliki nilai 620,64 kg per cm persegi.
Lebih kuat
Selain itu, bambu lebih tahan pukulan berdasarkan analisis keteguhan pukul 64,92 kg per sentimeter persegi. Itu berarti bambu lebih kuat dibandingkan jati yang bisa pecah dengan pukulan berkekuatan 17,41 kg per cm persegi.
Peneliti pun menguji pengaruh ruas bambu pada konstruksi laminasi, uji serangan satwa laut, uji kelelahan dan kerekatan cat. Hasilnya, bambu bisa untuk pembuatan kapal. ”Jenis pengujian sesuai kebutuhan saat berlayar di laut,” ucapnya.
Menurut Ketua Tim Baito Deling Research Institut Teknologi Sepuluh Nopember Heri Supomo, biaya produksi perahu bambu menekan harga 60 persen dibandingkan memakai jati. Sebab, harga bambu lebih murah dibandingkan dengan jati.
Bambu juga memiliki masa panen lebih singkat. Bambu betung bisa dipanen saat usia 3-4 tahun, jauh lebih pendek dibandingkan jati yang dipanen di usia lebih dari 25 tahun. ”Jumlah bambu melimpah sehingga meningkatkan kesejahteraan petani bambu,” ungkapnya.
Kapal bambu laminasi diklaim memiliki ketahanan 25 tahun karena bambu lebih kuat apabila terkena air laut. Bambu laminasi berpotensi jadi alternatif bahan pembuatan perahu nelayan, pelayaran rakyat, dan wisata, khususnya yang berukuran kecil atau kurang dari 35 gros ton.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berharap perahu berbahan baku bambu laminasi segera diuji standardisasi sesuai ketentuan perkapalan dan diproduksi massal. ”Sebelumnya, bambu dikenal untuk perlengkapan rumah dan alat musik. Ternyata bambu bisa memberi kontribusi besar bagi dunia maritim,” katanya.
KOMPAS/IQBAL BASYARI–Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memecahkan kendi di kapal berbahan bambu laminasi, Baito Deling 001, sebagai simbol peresmian inovasi karya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Senin (2/7/2018) di Selat Madura.
Sebelumnya, bambu dikenal untuk perlengkapan rumah dan alat musik. Ternyata bambu bisa memberi kontribusi besar bagi dunia maritim.
Akhmad mengatakan, pembuatan perahu dengan bambu laminasi mudah digarap perajin perahu. Sebab, bahan mudah didapat dan tanpa memakai teknik yang membutuhkan alat dan keahlian khusus.
Kapal dari bambu laminasi menjadi alternatif bagi nelayan dan pengusaha pelayaran rakyat yang butuh memperbarui kapal, tetapi terkendala harga kapal kayu yang mahal. Dengan harga lebih murah dan bisa dibuat oleh perajin, perahu dari bambu laminasi dapat menjadi solusi untuk memperbarui perahu kecil di negeri maritim ini.–IQBAL BASYARI
Sumber: Kompas, 16 Juli 2018