Membuat Gambut Tak Lagi Misteri

- Editor

Senin, 25 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meski telah lebih dari sepekan hujan deras belum turun di area konsesi hutan Estate Mendawak PT Mayangkara Tanaman Industri di Sanggau Kalimantan Barat, Senin (18/3/2019), tinggi muka air tanah masih berkisar 15 sentimeter. Jauh lebih basah dibandingkan standar tinggi muka air tanah 40 sentimeter yang diamanatkan pemerintah.

Manfaatkan Teknologi Sesame 3–Karyawan PT Mayangkara Tanaman Industri, Senin (18/3/2019), mengecek peralatan Sensory Data Transmission Service Assited (SESAME 3) di area konsesi hutan tanaman industri di Kalimantan Barat. Teknologi dari Midori Engineering Jepang ini pengembangan SESAME 2. Teknologi baru ini mampu merekam dan mengirimkan data tinggi muka air tanah, kelembaban tanah, curah hujan, dan suhu secara real time. Informasi ini pun bisa diakses secara daring oleh manajemen perusahaan untuk menjadi dasar pengambilan keputusan.–KOMPAS/ICHWAN SUSANTO (ICH)
18-03-2019

–Manfaatkan Teknologi Sesame 3–Karyawan PT Mayangkara Tanaman Industri, Senin (18/3/2019), mengecek peralatan Sensory Data Transmission Service Assited (SESAME 3) di area konsesi hutan tanaman industri di Kalimantan Barat. Teknologi dari Midori Engineering Jepang ini pengembangan SESAME 2. Teknologi baru ini mampu merekam dan mengirimkan data tinggi muka air tanah, kelembaban tanah, curah hujan, dan suhu secara real time. Informasi ini pun bisa diakses secara daring oleh manajemen perusahaan untuk menjadi dasar pengambilan keputusan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengecekan manual yang dilakukan Asep Andi Yusup dan Bernardus Agus Muliyadi, karyawan Mayangkara Tanaman Industri (MTI) tadi kemudian dibuktikan dari deretan angka dan tabel yang tersorot di layar presentasi. Informasi tinggi muka air tanah (TMAT), suhu, kelembaban tanah, dan curah hujan saat itu terpampang dengan jelas.

Angka tersebut berasal dari pengukuran oleh sensor unit SESAME 3 yang dipasang di 10 titik zonasi air di konsesi MTI. Seri data tinggi muka air tanah pada hari itu tampak pada website sistem SESAME. Ke-10 titik berkisar antara 15 – 25 sentimeter.

SESAME 3 atau Sensory Data Transmission Service Assited ini pengembangan dari sistem sebelumnya yang juga dikembangkan Midori Engineering Laboratory Co Ltd, perusahaan penyedia asal Jepang. Bedanya dengan SESAME 2 yang beberapa alatnya dipasang Badan Restorasi Gambut di sejumlah titik, SESAME 3 bisa digunakan pada daerah tanpa sinyal.

Bila tiap unit pada SESAME 2 berdiri sendiri dan mengirimkan data melalui sinyal GPRS ke sistem di Midori, SESAME 3 tak terhalang oleh ketiadaan sinyal telepon. SESAME 3 terdiri dari “stasiun induk” serta “stasiun anak”.

Meski teknologi SESAME 3 pada stasiun induk memungkinkan untuk dihubungkan hingga 200 stasiun anak, Mayangkara hanya memasang 10 unit saja. Maklum, dari 74.870 ha konsesi yang dipegangnya sejak lebih dari sepuluh tahun lalu itu baru 10.500 ha yang ditanami Acacia crassicarpa. Petak lain masih menunggu pengesahan revisi rencana kerja usaha akibat kebijakan perlindungan gambut terbaru.

Yohei Hamada, dari Midori Engineering Laboratory Co Ltd, mengatakan SESAME 3 menggunakan teknologi komunikasi transmisi data nirkabel berjenis LoRa antara stasiun induk dan stasiun anak. “Berdasarkan laporan sebelumnya, bila tidak ada halangan gelombang radio (LoRa) bisa melingkupi jarak 100 kilometer lebih. Meski demikian, pada percobaan di lapangan, kami berhasil mentransfer data hingga jarak sekitar 20 kilometer,” tulisnya melalui surat elektronik.

Ia mengatakan akses data melalui LoRa ini bisa terputus bila terdapat halangan di antara kedua saluran komunikasi stasiun induk dan stasiun anak. Berdasarkan pengalamannya, efektivitas jarak pemasangan pada sebuah hutan yang padat hanya berkisar 1 kilometer. Selain kepadatan tanaman, tanah juga berkontribusi pada penyerapan gelombang radio tersebut.

Stasiun induk
Karena itu, Midori umumnya memilih memasang stasiun induk pada tempat yang tinggi seperti atap gedung atau menara. Di konsesi PT MTI di Estate Mendawak di Sanggau, stasiun induk tersebut dipasang pada Menara Pemantauan Api yang memiliki tinggi 25 meter.

Pada menara berwarna merah-putih tersebut dipasang alat penerima gelombang radio untuk menerima transmisi data dari stasiun anak serta sebuah kamera. Baik stasiun anak dan stasiun induk menggunakan sumber listrik dari panel surya yang dilengkapi baterai agar alat bekerja 24 jam.

Kamera foto itu dipasang untuk memantau pertumbuhan tanaman serta memantau asap atau kebakaran lahan. Di PT MTI, pengambilan gambar diatur setiap pukul 12.00.

Hamada mengatakan kecepatan transfer data dengan menggunakan LoRa jauh lebih rendah dibandingkan teknologi lain seperti WiFi dan LTE. Namun, ia mengatakan LoRa efektif untuk mengirim data berukuran kecil yang tertangkap sensor setiap periode waktu tertentu.

Tsuyoshi Kato, Vice President Director PT MTI mengaku puas dengan hasil pemantauan kondisi gambut oleh 10 stasiun SESAME 3 yang tersebar di berbagai zonasi wilayah konsesi. “Dari Jakarta maupun Jepang, kami bisa tahu kondisi gambut saat itu juga. Kalau ada data yang tidak beres, saya bisa langsung telepon bagian water management untuk mengecek,” kata dia.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Tsuyoshi KatoVice President Director PT Mayangkara Tanaman Industri Difoto pada 18 Maret 2019 di Estate Mendawak, Sanggau, Kalimantan Barat, lokasi konsesi hutan tanaman industri PT Mayangkara Tanaman Industri.

Data tidak beres tersebut misalnya TMAT hampir mencapai 40 sentimeter. Bila lebih dari 40 sentimeter, hal ini melanggar ketentuan pengelolaan gambut yang telah ditetapkan pemerintah melalui PP no. 57/2016 tentang Perubahan PP No.71/2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.

Haris Gunawan, Deputi Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut mengatakan SESAME 3 sebagai sebuah inovasi merupakan terobosan. Namun sampai sekarang, hal itu belum menjadi kebutuhan BRG.

Ia mengakui SESAME 2 pernah diterapkan melalui pembelian dari hibah donor sekitar 25 unit. Namun kemudian, pihaknya melakukan pengadaan 142 produk serupa yang dibuat kontraktor dalam negeri. Seratus diantaranya pengadaan melalui APBN.

“Penguasaan teknologi sudah bisa tertranfer ke dalam negeri. Kami menggunakan sistem sendiri, tidak nyantol ke Midori,” kata dia. Info-info yang terekam unit pemantauan gambut itu masuk ke dalam SIPALAGA (Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut) milik Indonesia. Informasi pembacaan unit tersebut bisa diakses masyarakat secara daring dengan alamat Sipalaga.brg.go.id.

Peralatan yang dibuat di dalam negeri itu pun mendeteksi TMAT, kelembaban tanah, curah hujan, dan temperatur. Pengalaman memverifikasi kejadian kebakaran hutan dan lahan di Pulau Rupat, Riau kemarin, kata dia, pembacaan di layar monitor dengan pengukuran manual di lapangan tidak ada beda.

“Peralatan dibuat kontraktor, ditenderkan. Alatnya diuji sama ahli kita (BRG) dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), hasilnya mereka layak digunakan,” katanya. Cara kerja alat itu sama dengan SESAME, bahkan beberapa spesifikasi dan peralatan mirip atau setidaknya berkualitas sama.

Peralatan itu diyakini amat berguna sebagai deteksi dini risiko kebakaran. Karena itu, tahun ini pengadaan 10 alat dari APBN dan 10 alat sumbangan oleh donor masih dilakukan.

Bila mengikuti luasan kawasan hidrologis gambut Indonesia yang mencapai 22,7 juta ha di tujuh provinsi prioritas BRG, dibutuhkan ribuan unit pemantauan mirip SESAME tersebut yang harus dipasang. “Ini tidak efektif dan memakan biaya. Belum risiko peralatan rusak atau hilang,” kata idia.

Untuk itu pekan lalu, BRG bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam penyediaan analisa peta citra satelit. Data-data dari lapangan yang didapatkan stasiun-stasiun pemantauan itu dikombinasikan dengan data peta citra satelit yang juga bisa membaca kelembaban tanah dari atmosferik.

Harapannya, kombinasi ini akan menciptakan permodelan yang akurat karena terverifikasi oleh data-data lapangan. Ini pun akan diperkuat dengan peta kekeringan maupun cuaca yang diterbitkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Sektor bisnis dan pemerintah maupun siapapun kini memiliki pilihan pemanfaatan teknologi yang sesuai kebutuhannya. Itu bertujuan memberikan peringatan dini akan kondisi gambut yang bila terlalu kering bakal rentan mengalami kebakaran.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 25 Maret 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB