Dibantu oleh dua astronom amatir, Hendro Setyanto (42) menjelaskan tampilan dari software Stellarium, software yang menyimulasi bintang-bintang di langit. Dengan software tersebut, pengasuh komunitas astronomi Imah Noong itu menunjukkan pengaruh polusi cahaya terhadap penampakan bintang dari bumi.
“Nah, ini adalah Milky Way, kalau orang Eropa bilang. Kita, orang Indonesia, menyebutnya sebagai Bima Sakti, yaitu gugusan dari miliaran bintang yang saking terangnya menimbulkan efek seperti selimut cahaya,” kata Hendro di rumahnya, Kampung Areng, RT 2 RW 14, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat 5 Agustus 2016.
Milky Way itu, lanjut dia, bisa terlihat secara kasat mata jika tiada polusi cahaya di suatu tempat dan didukung oleh langit yang bersih tanpa awan. Bertepatan dengan peringatan Hari Keantariksaan, Sabtu 6 Agustus 2016 besok, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mulai mengampanyekan Malam Langit Gelap atau Dark Sky.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kebetulan, belakangan ini langit cukup baik karena sudah jarang turun hujan. Mudah-mudahan besok tidak ada awan, sehingga galaksi bintang bisa terlihat dengan mata telanjang. Selain itu, masyarakat harus mendukung Dark Sky ini dengan mematikan lampu-lampu rumah. Kalau perlu, lampu penerangan jalan juga,” katanya.
Beberapa waktu lalu, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menggaungkan kampanye Malam Langit Gelap untuk menyikapi fenomena polusi cahaya yang kian menerangi bumi. Hamburan cahaya, terutama di perkotaan, memantul ke langit sehingga membiaskan cahaya bintang. Masih dapatkah kita menikmati langit malam bertabur bintang?
Kampanye Malam Langit Gelap mulai digulirkan Lapan pada tahun ini. Untuk menikmati bintang-bintang di langit, Lapan mengimbau masyarakat untuk mematikan lampu-lampu pada pukul 20.00-21.00. Layaknya kampanye Earth Hour yang ditujukan untuk penghematan energi, kampanye Malam Langit Gelap dimaksudkan untuk menyaksikan bintang.
“Karena baru dimulai, kampanye tahun ini mungkin belum menggema. Ke depan, saya mengimbau agar kampanye ini disosialisasikan pula ke jalur pemerintahan, hingga tingkat kelurahan. Soalnya, kalau satu kelurahan yang digelapkan, pengaruhnya itu tidak akan terasa. Jadi harus serempak digelapkan du suatu area,” kata Hendro.
Sambil memperlihatkan alat pendeteksi tingkat kegelapan langit bernama Sky Quality Meter, Hendro menyebutkan, tingkat kegelapan langit pada 23 magnitudo per square arcsecond menandakan bahwa suatu daerah cukup bersih dari polusi cahaya. Semakin tinggi angkanya berarti semakin bersih kontaminasi cahaya di suatu tempat.
“Di pinggiran Bandung, di Jalan Setiabudi atas, waktu itu pernah diukur 18,4 magnitudo per square arcsecond. Paling bagus pernah sampai 19,2. Di situ saja sudah parah, apalagi di pusat Kota Bandung yang sampai 16-17 magnitudo per square arcsecond. Kalau di daerah Lembang, kira-kira 19-20 magnitudo per square arcsecond. Ada polusi cahaya, tapi tidak separah di Kota Bandung,” jelasnya.
Selain kepekatan polusi cahaya di suatu tempat, Hendro menerangkan, penampakan bintang juga ditentukan dari nilai kecermelangan bintang itu sendiri. Parameternya, kata dia, ialah menggunakan satuan magnitudo. Kebalikan dari tingkat kegelapan langit, semakin tinggi nilai kecemerlangan bintang maka semakin terang bintang terlihat.
“Kalau nilai kecemerlangan bintangnya 6 magnitudo, berarti langitnya bersih. Karena di Bandung sudah kotor oleh polusi cahaya, maka nilai kecemerlangan bintangnya paling 1 magnitudo. Kayak ada bulan purnama saja, bintang itu kan habis karena bulan terlalu terang,” tuturnya.
Kendati tak yakin kampanye Malam Langit Gelap pada hari ini akan efektif menekan polusi cahaya, peraih gelar Sarjana dan Master Astronomi dari Institut Teknologi Bandung itu berencana melakukan pengamatan bintang di rumahnya. Pengamatan itu terbuka untuk umum, namun tempatnya terbatas untuk 50-70 orang.
“Kami menyiapkaan dua teleskop untuk kepentingan pengamatan bintang saat Dark Sky, yaitu pada jam 20.00-21.00. Kalau banyak orang yang memadamkan lampu, di langit itu kelihatan Milky Way, dasar Bulan, planet Mars dan Saturnus, hingga ke cincinnya, serta berbagai rasi bintang. Rasi bintang itu ada 88 nama, tapi kalau kita bisa kenal 10 rasi bintang saja sudah keren,” tuturnya.
Sementara itu, peneliti Observatorium Bosscha, Yatni Yulianti mengatakan, para peneliti Bosscha tidak akan melakukan kegiatan khusus dalam rangka kampanye Langit Malam Gelap. “Kalau langit cerah tidak ada awan, astronom Bosscha memang melakukan pengamatan langit. Akan tetapi, pengamatan itu untuk kepentingan riset dan tidak terbuka untuk masyarakat umum,” katanya.
Edukasi Galaksi Bima Sakti/DEDEN IMAN/PR
PENGASUH Astronomi Imah Noong, Hendro Setyanto (42), memberikan penjelasan mengenai galaksi Bima Sakti atau Milky Way di Imah Noong, Kampung Areng, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat 5 Agustsu 2016. Galaksi Bimasakti hanya dapat terlihat jika kondisi langit tidak terpengaruh oleh polusi cahaya.
Oleh: Hendro Susilo Husodo
Sumber: Pikiran Rakyat, 5 Agustus, 2016
—————-
Matikan Lampu, Nikmati Keindahan Malam Langit Gelap Hari Ini
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menambalkan tanggal 6 Agustus 2016 sebagai hari Keantariksaan. Pada peringatan ini, LAPAN melakukan kampanye “Malam Langit Gelap” untuk meminimalisir polusi cahaya.
Seperti Dilansir infoastronomy.org, Kepala LAPAN Prof. Thomas Djamaluddin meluruskan, kampanye “Malam Langit Gelap” pada Sabtu, 6 Agustus 2016 pukul 20:00-21:00 waktu setempat bukan karena akan ada peristiwa langka di langit. Tetapi untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk kembali menikmati keindahan langit yang hilang karena polusi cahaya.
Jika polusi cahaya suatu tempat lebih minim, maka berkesempatan melihat bintang-bintang yang lebih banyak. Selain itu, 6 Agustus 2016 juga merupakan puncak peristiwa hujan meteor minor (hujan meteor berintensitas kecil) bernama Tau-Aquarid (?–Aquarid).
Hujan meteor ini akan mencapai puncak maksimum aktivitasnya dengan intensitas maksimum sekitar 8 meteor per jam (ZHR) jika diamati di langit yang gelap dan cerah.
Titik radian hujan meteor ?-Aquarid adalah di rasi bintang Aquarius. Pada saat kampanye “Malam Langit Gelap” berlangsung, rasi bintang ini akan nampak berada pada ketinggian 15° di atas ufuk Timur daerah Anda. Hampir semua meteor akan seolah muncul keluar dari rasi bintang ini.
Hujan meteor ?–Aquarid dapat disaksikan di seluruh Indonesia sampai terbit fajar keesokan harinya (7/8/2016). Dengan begitu, disarankan merayakan “Malam Langit Gelap”-nya jangan cuma satu jam, tetapi semalaman, apa lagi bagi Anda yang masih tinggal di pedesaan, pemandangan langit malam akan semakin menakjubkan.
Layar Berita – 6 Agustus, 2016