Marlock (67) selalu bersemangat bila diajak membahas pendidikan untuk Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Kepeduliannya pada pendidikan, mendorong Marlock menggandeng sejumlah pengusaha untuk membantu SMK dengan mendirikan Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia (FP3MKI). Harapannya, inisiatifnya bisa mendidik generasi muda Indonesia yang santun, mandiri, kreatif.
Prihatin dengan sorotan pada citra buruk pendidikan kejuruan, seperti siswa yang sering tawuran, membuat Marlock mulai merancang program penguatan karakter siswa SMK. Berawal dari sekolah kejuruan di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, yang terkenal suka tawuran, dia mengumpulkan orangtua siswa.
Sekolah tidak bisa sendirian mengantarkan siswa SMK sukses. Para orangtua harus dilibatkan supaya visi dan misi SMK sejalan
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pendekatan kepada orangtua dilakukan supaya mereka bisa memahami pendidikan SMK dan mau bekerja sama dengan sekolah. “Sekolah tidak bisa sendirian mengantarkan siswa SMK sukses. Para orangtua harus dilibatkan supaya visi dan misi SMK sejalan,” ujar Marlock
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Marlock bertahun-tahun mendampingi SMK agar lulusannya bisa bersaing di dunia kerja. Foto diambil di Jakarta, Selasa (13/3/2018).
Pada sesi penguatan karakter di SMK, Marlcok mensyaratkan salah satu orangtua siswa harus hadir. Dalam pertemuan besar di aula, setiap anak harus berdiri di samping orangtuanya. Lalu, mulai terlihat, ada siswa atau orangtua yang merasa kaku saat berdekatan, apalagi harus berinteraksi.
Hubungan yang kaku antara orangtua dan anak pun harus dicairkan. Wejangan inspiratif tentang restu orangtua yang dapat mengantarkan sukses anak di masa depan mampu menyentuh hati orangtua, termasuk pesan agar orangtua mendidik anak lebih mandiri dalam beraktivitas seperti bangun tidur, belajar, dan beribadah dengan kesadaran sendiri.
Hati para siswa disentuh tentang menghormati orangtua, termasuk guru. Siswa disentuh hatinya untuk memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya agar tak menyesal di hari tua.
Orangtua harus diajak untuk menyiapkan anak supaya berani untuk mandiri dengan merantau
Di akhir sesi selalu dilakukan “pertobatan massal”. Siswa diajak untuk minta maaf pada orangtua, demikian pula sebaliknya. Momen emosional pun tak terbendung dengan pecahnya tangis dari siswa dan orangtua. Setidaknya ada janji untuk menghangatkan kembali hubungan sebagai orangtua dan anak.
Marlock membekali orangtua supaya punya keberanian mendorong anaknya merantau dan tinggal jauh dari mereka. Sebab, peluang lulusan SMK untuk bekerja di luar Pulau Jawa lebih besar, terutama di sektor pertanian, kehutanan atau kelautan.
“Orangtua harus diajak untuk menyiapkan anak supaya berani untuk mandiri dengan merantau. Anak jangan dimanja, tapi dilatih mandiri supaya anak bisa menjadi sukses. Banyak siswa SMK ini yang berasal dari keluarga miskin. Bagi saya, SMK harus dilihat sebagai sekolah melawan kemiskinan,” katanya.
Lambat laun, penguatan karakter ala Marlock mampu memikat hati banyak SMK. Selama lebih dari 22 tahun, Marlock berkelana dari sekolah ke sekolah di berbagai daerah. Dia hadir untuk memberikan pencerahan pada guru, siswa, dan orangtua agar bekerja sama memajukan SMK.
Penguatan pendidikan karakter yang sudah lama dikembangkan Marlcok hingga saat ini terus disebarluaskan lewat akun instagram Peduli SMK. Marlock menginformasikan soal peluang kerja bagi siswa SMK, membagi kabar bahagia keberhasilan sekolah atau siswa SMK, hingga memberikan nasihat untuk membangun karakter.
Semangat
Tahun 2008, keputusan Marlock untuk menjadi pekerja sosial bukan tanpa alasan. Selama 30 tahun, dia bekerja di industri hospitality, di dalam dan luar negeri. Saat industri perhotelan marak di Indonesia, dia merasakan sulitnya mencari tenaga kerja yang siap pakai. Bukan hanya siap dari sisi keterampilan kerja, namun juga kreativitas dan karakter yang baik.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Marlock memamerkan bukunya “Berbagi Pengalaman Mendampingi Anak Masuk SMK”, Jumat (2/3/2018), di Jakarta.
Padahal, dari pengalamannya di luar negeri, lulusan vokasi sangat dihargai. Dia mulai memperhatikan sekolah kejuruan dan membantu program pendidikan vokasi yang berkaitan dengan industri.
Dari pengalamannya itu, dia pun meyakini SMK menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemiskinan. Akhirnya, dia mantap berkecimpung untuk membantu pendidikan vokasi, utamanya SMK, dari Sabang sampai Merauke.
Kecintaannya pada SMK membuat dia mengenal seluk-beluk SMK dengan dalam. Dengan adanya Instruksi Presiden soal Revitalisasi SMK pada 2016, komitmen pada peningkatan mutu SMK jadi perhatian banyak pihak.
Marlock paham betul tentang dunia industri karena dia pernah menjabat sebagai general manager hingga vice president marketing di jaringan internasional hotel. Dalam merekrut karyawan, tak sekadar hanya terampil dan pintar. Karakter yang santun, mandiri, dan kreatif yang menjadi jargon lulusan SMK belum terbentuk di sekolah.
Marlock datang ke banyak SMK untuk membantu penguatan karakter para kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua. Dia banyak membantu SMK kecil dan biasa dengan memberikan masukan perbaikan pada kurikulum atau manajemen sekolah, pelatihan guru, pencerahan siswa dan orangtua. Dengan cara itu, ia berharap sekolah bisa bersinergi dengan industri.
Saat pendidikan kejuruan belum diminati siswa dan orangtua, dia aktif mendekati SMP di daerah-daerah yang ada SMK-nya. Namun, tidak semua niat sambut baik.
Ada orangtua siswa SMP yang sampai mengusir, karena tidak suka saya mengajak siswa (SMP) masuk ke SMK
“Ada orangtua siswa SMP yang sampai mengusir, karena tidak suka saya mengajak siswa (SMP) masuk ke SMK. Waktu dulu kan sekolah SMK masih dipandang kelas dua, banyak orangtua yang lebih suka memasukkan anak ke SMA,” ujarnya.
Selain itu, tidak semua kepala sekolah punya keinginan yang sama untuk memajukan SMK. Namun, semangat Marlock tak pernah surut.
Kepedulian pada SMK mendorong Marlock menggandeng sejumlah pengusaha untuk terlibat membantu SMK dengan mendirikan FP3MKI. Lewat forum ini dia membantu SMK yang ingin berubah menjadi sekolah berkualitas.
Keterhubungan dengan dunia industri yang menjadi keterbatasan SMK dibantu Marlock dengan memanfaatkan jaringan yang dimilikinya. Dia pun aktif memanfaatkan media sosial di Instagram peduli SMK untuk berbagi soal kegiatan SMK di seluruh Indonesia.
Di buku yang diterbitkan Berbagi Pengalaman Mendampingi Anak Masuk SMK, Marlock menyebut SMK sebagai Sekolah Menghapus Kemiskinan. Lulusannya Sanggup Menjaga Kesatuan. Dengan sebutan-sebutan bernada optimistis itu, Marlock memotivasi siswa.
Marlock
Lahir: Semarang, 1 Januari 1951
Penghargaan:
Anugerah Peduli Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014)
Karya:
Berbagi Pengalaman Mendampingi Anak masuk SMK (2017)
Pengalaman: aktif di industri hospitality, manajer senior di industri pariwisata
ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 4 April 2018