Entah mengapa, hampir semua anak muda yang memilih jalur wirausaha selalu berpikir “bagaimana membuat sesuatu”.
Mereka masih berpikir berwirausaha itu penuh kesibukan, seperti dalam deskripsi buku-buku teks, yaitu dari mengembangkan ide, membuat, mempromosikan sampai menyerahkannya ke konsumen. Pantaslah bila sebagian besar usahawan pemula gagal dan mereka mengatakan berwirausaha itu sulit. Kalaupun berhasil, sebagian besar terperangkap dalam bisnis yang relatif murah dan overcrowding, yaitu kuliner. Ini tentu kurang sehat. Di Politeknik Negeri Malang (PNM), hari Jumat pekan lalu, saya ditunjuki produk-produk “temuan” mahasiswa.
Anda mungkin sudah biasa melihat charger baterai handphone yang dapat dipakai di mobil. Tapi mungkin Anda belum melihat charger untuk dipakai pada sepeda motor.Charger itu“ditemukan” para mahasiswa PNM dan kemungkinan pasarnya sangat besar. Coba saja hitung berapa jumlah sepeda motor yang berhasil dijadikan pasar setiap tahun. Selain bersepeda motor, mereka juga pasti memiliki ponsel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertanyaannya,bagaimana memasarkannya dan benarkah pasar membutuhkannya? Lagipula, bagaimana memodalinya agar desainnya lebih menarik dan kualitasnya lebih baik? Kalau pekerjaan membuat dan memasarkan harus dijalankan seorang entrepreneur pemula,Anda bisa bayangkan kapan mereka bisa menikmati hasil dari ide-ide kreatif anakanak muda itu? Saya kira Anda bisa dengan cepat menerkanya. Saat jaringan dan brand terbentuk, produk sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pasar.
Kickstarter.com
Putra saya menunjukkan sebuah kit yang dapat dipasang di tali pinggangnya.Alatnya sederhana, beratnya hanya beberapa ons, dipakai untuk memasang kamera. Ia membelinya dari situs kickstarter.com. Dari situs itu saya bisa melihat video yang dibuat para wirausaha muda yang menamakan dirinya sebagai orang-orang kreatif. Dari situs itulah saya bisa melihat bagaimana seorang entrepreneurmuda come up dengan gagasan-gagasan kreatifnya. Alat yang tadi saya sebut diberi nama capture (capture camera clip system).
Di situ ditunjukkan masalah yang dihadapi oleh konsumen yang selamainihanya bisamenggantung kamera yang standby dipakai dikalungkan di leher.Pertanyaan yang diajukan: bagaimana kalau Anda membungkuk atau berjalan sambil merangkak? Repot bukan? Kamera akan terbentur- bentur.Oleh karena itulah Anda memerlukan capture. Tapi untuk memilikinya,si pembuatmemerlukandanabesaruntuk mengembangkan dan memasarkannya. Kickstarter.com membuka kesempatan bagi siapa saja yang mau membiayai creative project ini.
Besarnya berapa saja,mulai dari satu dolar hingga tak terbatas.Tentu saja setiap penyumbang akan mendapatkan “sesuatu”,mulai dari penyebutan nama, mendapatkan mock up sebelum product launching, sampai produk perdana yang jumlahnya bisa bertambah sesuai dengan jumlah donasi. Dalam tempo 75 hari sejak diluncurkan di Kickstarter, saya bisa membaca bahwa project ini berhasil mendapatkan dana sebesar USD364.968, lebih dari yang diharapkan wirausaha pemilik gagasan. Inilah yang saya sebut sebagai marketing entrepreneur.
Entrepreneur pada dasarnya bukanlah melulu melakukan penciptaan produk (creating product), melainkan creating value.Anda bisa bayangkan apa jadinya bila Indonesia tidak memiliki modern marketing entrepreneur dan semua mentor hanya mendorong lahirnya produk atau service entrepreneur? Saya kira masa depan dunia kewirausahaan yang beberapa tahun ini kita panaskan akan kembali berubah menjadi dingin. Tanpa marketing entrepreneur, kelak akan terjadi kelelahan di kalangan wirausaha muda. Mereka keletihan mencari modal, mengembangkan ide,membawa produk dari sebuah gagasan menjadi sesuatu yang siap dipasarkan dan memasarkannya.
Pengalaman dan pengamatan saya menunjukkan pekerjaan besar ini membutuhkan minimal lima tahun untuk melahirkan entrepreneur yang matang dengan produk yang kreatif dan brand yang sustainable. Marketing entrepreneur tidak hanya membantu entrepreneur mendapatkan sumber dana, melainkan juga memasarkan hasil kreasi mereka.Dunia ini memang membutuhkan spesialis-spesialis yang sophisticated dan mendalami pekerjaannya.
Dari situlah suatu bangsa membesarkan wirausaha- wirausahanya, membangun UMKM menjadi pemain global yang tangguh sekaligus menciptakan produkproduk yang bermutu. Di era internet yang serbaterbuka, seorang pemula tidak perlu membangun personal branding hingga bertahuntahun. Kalau punya produk bagus, semua orang bisa mendapatkan pasar dari marketing entrepreneur yang menguji produknya sebelum produk-produk itu sungguh-sungguh dipasarkan.
Indikasinya, cukup banyak orang yang mau membiayai projectitu. Di situs KickStarter misalnya, produk capture clip camera, yang semula hanya membutuhkan USD10.000, ternyata berhasil mendulang funding sebesar USD364.698 dari 5.258 investor.Ini jelas menunjukkan pasar sangat menantikan kehadirannya, konsumen pun bisa menjadi investor.Pada produk lain,yang hanya membutuhkan sebesar USD15.000 (sebuah tali jam yang memindahkan iPod Nano), berhasil mengumpulkan funding mendekati USD1 juta dari 13.512 investor yang menyumbang dari 1 dolar hingga tak terbatas.
Mobilisasi dana investasi cara ini jauh lebih powerful daripada sekadar angel investor yang pernah saya ceritakan berapa waktu lalu dalam kolom ini. Selain memobilisasi dana, seorang entrepreneur pemula juga dapat menguji seberapa kuat penerimaan pasar sekaligus menggantikan marketing test melalui cara-cara konvensional. Ayo bangun jaringan marketing entrepreneur! Siapa berminat?
RHENALD KASALI, Ketua Program MM Universitas Indonesia
Sumber: Koran Sindo, 1 Desember 2011