Bagi kebanyakan orang Indonesia, pendidikan yang kian tinggi menjadi andalan utama untuk meraih masa depan yang lebih baik. Maka, dengan segala daya dan upaya, setiap orangtua selalu berusaha agar anak-anaknya bisa meraih pendidikan tinggi. Namun, niat dan cita-cita tinggi itu sering dihadang persoalan biaya.
Pantas, bagaimana nasib anak-anak cerdas yang tidak didukung kemampuan ekonomi? Masih adakah kesempatan untuk menggapai cita-cita tinggi? Jawabannya, jelas masih ada. Kesempatan itu dapat diraih lewat banyaknya lembaga penyedia beasiswa bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Hal yang penting bagi pemberi beasiswa adalah prestasi belajar si pelamar yang ditunjukkan oleh indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 2,75-3,00 bagi lulusan perguruan tinggi. Bagi lulusan sekolah menengah atas, tentunya nilai ebtanas murni (NEM) yang tinggi. Bagi studi dengan pengantar bahasa Inggris umumnya disyaratkan nilai IELTS sama atau lebih dari 6 atau TOEFL sama atau lebih dari 550. Hal penting lainnya adalah motivasi tinggi yang dinilai dari surat lamaran (letter of motivation) ataupun wawancara dengan pengelola lembaga pemberi beasiswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ada beberapa cara untuk mendapat informasi beasiswa. Misalnya lewat situs yang khusus memberikan informasi beasiswa dan dari lembaga pengelola program beasiswa, seperti Yayasan Pendidikan Internasional Indonesia atau kantor-kantor informasi pendidikan negara asing (NESO-Belanda, Aminef-AS, British Council-Inggris), kedutaan besar negara pemberi beasiswa, ataupun lewat pengumuman di media massa.
Yang harus diperhatikan adalah persyaratan seperti nilai IPK atau NEM, rentang usia, bidang ilmu, dan jenis pekerjaan. Ada beasiswa yang diprioritaskan bagi usia tertentu (misalnya di atas usia 18 tahun serta di bawah usia 35 tahun), bagi staf pengajar, aktivis lembaga swadaya masyarakat, atau penduduk wilayah Indonesia timur guna pengembangan sumber daya manusia daerah terkait.
Selain mencari informasi dari lembaga pengelola mengenai persyaratan beasiswa, dan hal-hal terkait dengan belajar di negara yang hendak dituju dari situs webnya, calon pelamar juga bisa menambah informasi mengenai suasana belajar dan menimba kiat untuk memperbesar peluang mendapat beasiswa dari alumni. Daftar nama dan alamat e-mail bisa diperoleh dari asosiasi alumni.
Lazimnya beasiswa diberikan untuk bidang-bidang yang dinilai diperlukan bagi pembangunan negara berkembang, misalnya bidang teknik, lingkungan, kependudukan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, politik, hukum, serta pembangunan.
Cara melamar
Umumnya peminat harus melamar beasiswa lebih dulu ke lembaga pengelola beasiswa. Jika sudah pasti mendapat beasiswa, baru mendaftar ke perguruan tinggi di negara terkait. Namun, ada lembaga pengelola yang mensyaratkan peminat diterima terlebih dulu di perguruan tinggi. Kemudian bukti penerimaan di perguruan tinggi digunakan untuk melamar beasiswa.
Adapun formulir pendaftaran bisa diperoleh di lembaga terkait atau diunduh dari situs lembaga pengelola beasiswa. Formulir yang telah diisi lengkap kemudian dikirim bersama dokumen yang dipersyaratkan. Misalnya, salinan ijazah dan daftar nilai yang diterjemahkan dan dilegalisir, surat keterangan orangtua (untuk mengikuti program bachelor), surat rekomendasi dari perusahaan, tokoh masyarakat atau profesor di universitas terkemuka (untuk yang sudah bekerja dan hendak mengikuti program magister atau doktoral), serta surat lamaran atau pernyataan motivasi.
Dalam surat tersebut, si pelamar harus bisa menjelaskan latar belakang pendidikan atau pekerjaannya, tujuan belajar, alasan memilih bidang studi, serta rencana masa depan terkait ilmu yang dipelajari dan manfaatnya bagi masyarakat. Jika diundang untuk wawancara, pelamar juga harus mampu meyakinkan tim seleksi. Intinya, dia harus menunjukkan pemahaman yang memadai mengenai bidang yang hendak dipelajari, semangat tinggi, kesiapan mental untuk menghadapi budaya dan situasi yang berbeda, serta rencana yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan studi.
Syarat yang berbeda-beda
Meski ada banyak lembaga penyedia beasiswa, tetap diperlukan kejelian dalam memilih dan memahami persyaratan yang diberlakukan. Perlu diingat, mengirimkan begitu saja sebuah lamaran beasiswa bisa jadi malah berbuah bencana.
Sebagai contoh, Yayasan Toyota dan Astra (YTA) telah memberikan bantuan penelitian tesis atau disertasi bagi 69 mahasiswa S-2 dan S-3 serta 15.261 penerima beasiswa dari program S-1 reguler serta Politeknik YTA. Berbagai program beasiswa di yayasan itu memiliki persyaratan dan sasarannya sendiri-sendiri.
Beasiswa Politeknik YTA, misalnya, disediakan bagi mahasiswa jurusan teknik mesin, teknik elektronika, teknik industri, teknik sipil, teknik komputer, teknik lingkungan, teknik kimia, dan teknologi informatika. Si calon penerima beasiswa haruslah berada di semester III atau IV dan memiliki IPK minimal 2,60 (skala 4) atau 6,5 (skala 10), belum bekerja tetap, dan tidak sedang menerima beasiswa atau ikatan dinas dari lembaga lain.
Adapun program beasiswa S-1 Reguler YTA khusus untuk jurusan teknik, MIPA, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, IPK minimal 2,80, belum bekerja, dan tak sedang menerima beasiswa atau ikatan dinas dari lembaga lain.
Sementara program Bantuan untuk Penelitian Tesis atau Disertasi Program Pascasarjana disediakan bagi staf pengajar universitas negeri atau staf lembaga penelitian milik pemerintah (LIPI/BPPT) yang sedang melanjutkan studi S-2 atau S-3 di perguruan tinggi negeri di Indonesia. Titik beratnya ada pada penelitian bidang teknik (diutamakan teknologi otomotif) dan lingkungan hidup.
Nah, jika informasi telah luas, persiapan telah matang, dokumen lengkap, dan mental siap, tunggu apa lagi? Segeralah berburu beasiswa. Jika gagal mendapat beasiswa dari satu lembaga, jangan putus asa. Masih banyak beasiswa yang bisa didapatkan dari lembaga atau negara lain. Yang diperlukan adalah kegigihan dan semangat pantang menyerah!
Penulis: TONY D WIDIASTONO DAN ATIKA WALUJANI M
Sumber: Kompas-Ekstra, Edisi Mei – Juni 2011