Indonesia memiliki lahan alang-alang (Imperata cylindrica) hingga 10 juta hektar. Area tumbuh miskin hara dan menjadi lahan telantar itu sebenarnya merupakan sumber daya lahan yang dapat disuburkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi berbasis biomassa.
“Sangat potensial,” kata Toshiaki Umezawa dari Research Institute for Sustainable Humanosphere, Universitas Kyoto, Jepang, Jumat (18/3), seperti dilaporkan wartawan Kompas, Yuni Ikawati, dari Jepang. Ia ketua tim peneliti dari Jepang dalam proyek Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (Satreps) III bekerja sama dengan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dipimpin Bambang Subiyanto.
Revegetasi daerah miskin hara dapat dilakukan dengan pemberian pupuk hayati dan pemberian mikroba tertentu untuk menggemburkan tanah. Proses rekondisi itu memakan waktu sekitar dua tahun sebelum penanaman dan perbaikan keragaman hayati kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah perbaikan tingkat kesuburan tanah, barulah dapat dilakukan penanaman jenis tanaman Akasia mangium dan Eukaliptus deglupta. Dari dua jenis tanaman itu dapat dihasilkan kayu sebagai sumber selulosa sekitar 10 hingga 30 ton per hektar per tahun.
Eukaliptus yang dapat mencapai tinggi lebih dari 30 meter tergolong yang terbanyak menghasilkan sumber kayu. Namun, masa pertumbuhannya relatif lama, mencapai delapan tahun. Selain dua jenis tanaman itu, alternatif tanaman kayu lain adalah Paraserianthes falcataria, Leucaena leucocephala, dan jenis tanaman Cryptomeria japonica yang tumbuh setinggi lebih dari 3 meter dalam waktu empat tahun.
“Proyek revegetasi lahan alang-alang itu dilaksanakan di sekitar Kebun Raya di Kalimantan Tengah,” kata Bambang. Selain menjadi lahan tanaman kayu, lahan alang-alang dapat dikembangkan menjadi lahan tanaman untuk pakan ternak, perkebunan sorgum, persawahan padi gogo dan jagung, serta perkebunan tebu yang produk bagasnya bisa dijadikan papan partikel.
Selain itu, lahan tandus itu juga prospek yang baik untuk perkebunan sorgum. Selain dapat dijadikan sumber pakan, pohon sorgum yang mencapai tinggi hingga 4 meter juga sumber selulosa untuk energi biomassa dan papan komposit.
Kerja sama LIPI
Revegetasi alang-alang merupakan bagian dari proyek kerja sama antara Indonesia yang diwakili LIPI dan Jepang yang melibatkan tim peneliti dari Universitas Kyoto dan Institut Riset DNA Kazusa. Kemitraan riset kedua negara ini merupakan proyek Satreps tahap III untuk memproduksi material dan energi biomassa melalui revegetasi lahan alang-alang, yang mulai dilaksanakan September 2016 hingga 2020.
Dalam proyek ini, lanjut Toshiaki, ada beberapa tim peneliti yang terlibat, antara lain untuk riset teknik pemupukan, perkebunan sorgum, menghasilkan pangan kesehatan dari sorgum, dan pembuatan papan dari bagas (sisa perahan batang).
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul “Manfaatkan Lahan Alang-alang”.