LIPI Siapkan Pusat Pembiakan Mikroba

- Editor

Sabtu, 30 Agustus 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Puluhan ribu isolat mikroba asli Indonesia siap dimanfaatkan lebih lanjut, termasuk mencari manfaat keekonomiannya. Isolat-isolat yang tersebar di beberapa laboratorium itu siap disimpan secara memadai pada penyimpanan khusus berstandar internasional, Indonesian Culture Collection atau InaCC di Cibinong Science Center Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

”Gedung akan diresmikan bulan September,” kata peneliti senior bidang mikrobiologi Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiyanti, di Cibinong, Bogor, Jumat (29/8). Kamis lalu, sejumlah pekerja mengerjakan persiapan akhir gedung khusus yang dibangun dengan dana belasan miliar rupiah itu.

Isolat merupakan istilah untuk menyebut mikroba-mikroba hasil isolasi dengan sejumlah informasi awal, di antaranya nama jenis, asal, dan cara pengambilannya. Isolat adalah tahap awal dari proses pencarian manfaat dari mikroba-mikroba tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak seperti pusat pembiakan di luar negeri, kata Puspita, InaCC tak hanya menyimpan isolat mikroba. Namun, termasuk menyediakan fasilitas penapisan (skrining) untuk mengetahui manfaat mikroba lebih lanjut.

Puspita mengatakan, pendirian pusat koleksi mikroba yang dilengkapi fasilitas penapisan itu dilatarbelakangi keprihatinan belum dimanfaatkannya kekayaan sumber hayati Indonesia, termasuk mikroba, untuk menyejahterakan masyarakat. Padahal, keanekaragaman jenis mikroba asli Indonesia sangat tinggi.

Pada tahap awal InaCC, setidaknya tersimpan 3.000 isolat mikroba, yang terdiri dari mikroba ragi, bakteri, Archaea, dan mikroalga. ”Setelah ditambah koleksi dari pusat penelitian lain, jenis mikroba bisa sekitar 10.000 isolat,” kata Puspita.

Aplikasi mikroba
Kepala Divisi Bioproses Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Yopi Sunarya mengatakan, koleksi mikroba sangat membantu para peneliti aplikasi seperti dirinya. Ia bersama timnya setahun terakhir meneliti pemanfaatan enzim yang diperoleh dari mikroba untuk memproduksi bioetanol dan bioplastik berbasis biomassa. Biomassa yang digunakan adalah limbah tandan sawit kosong dari industri kelapa sawit dan bagas dari industri gula.

Kini, tim peneliti sedang menyeleksi jenis mikroba yang enzimnya paling cocok mendegradasi bahan karbohidrat. Mikroba terpilih akan menjalani rekayasa genetika agar lebih efektif dalam melumat biomassa.

”Dengan adanya semacam bank isolat ini, kami tak perlu pergi jauh. Cukup memanfaatkan yang sudah ada,” ujar Yopi.

Sayangnya, kata Yopi, industri dalam negeri belum banyak melirik potensi ekonomi dari penelitian mikroba. ”Padahal, industri berbasis bioteknologi merupakan salah satu industri yang tidak akan mati,” ucapnya.

Selain untuk bioenergi, mikroba Indonesia juga berpotensi menjadi obat penyakit tertentu. Contohnya, mikroba tanah, aktinomisetes (Actinomycetes), dengan senyawa aktif yang bisa menghambat pertumbuhan patogen. Menurut Puspita, dua pertiga bahan baku antibiotik di dunia berasal dari aktinomisetes.

Gedung InaCC hampir selesai dibangun dan akan diresmikan Wakil Presiden Boediono, 11 September 2014. ”Sempat terhenti dua bulan karena persoalan anggaran yang tersendat,” kata Dedy Riady, pengurus teknis pembangunan InaCC. (A03/GSA)

Sumber: Kompas, 30 Agustus 20014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB