Krisis nuklir akibat rusaknya PLTN Fukushima Daiichi semakin mengkhawatirkan setelah laut di sekitar PLTN hingga radius ratusan meter mulai terkontaminasi material radioaktif. Pengukuran pada Sabtu (26/3) menunjukkan, tingkat radiasi isotop iodin-131 di laut mencapai 1.250 kali lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diizinkan. Sementara kadar isotop cesium-137 mencapai 80 kali lipat di atas batas normal.
Pihak Tokyo Electric Power Co (Tepco), operator PLTN tersebut, menyatakan, level radiasi di laut itu melonjak hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan hasil pengukuran beberapa hari lalu. Badan Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang (NISA) menyatakan, meminum setengah liter air tawar dengan kadar radiasi tersebut akan membuat seseorang mendapatkan dosis radiasi yang normalnya didapatkan selama satu tahun.
Meski demikian, NISA menambahkan, kontaminasi tersebut tidak akan membahayakan kehidupan laut ataupun masuk ke produk perikanan yang biasa dimakan manusia. ”Secara umum materi radioaktif yang masuk ke laut akan langsung tersebar karena gelombang laut. Jadi, kadar kontaminasi ini tidak cukup besar untuk bisa terserap rumput laut atau kehidupan laut lain,” tutur juru bicara NISA, Hidehiko Nishiyama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kontaminasi laut juga belum menyebar terlalu luas. Pengukuran pada jarak hingga 30 kilometer ke tengah laut menunjukkan, tingkat radiasi normal.
Lonjakan radiasi di air laut ini memunculkan pertanyaan baru, dari mana sumber kontaminasi tersebut. Pekan lalu, pihak NISA menegaskan bahwa air yang berfungsi mendinginkan teras reaktor tetap berada di dalam lapisan pelindung bagian dalam reaktor dan tidak akan tumpah keluar, apalagi mengalir ke laut.
Namun, sejak insiden terlukanya dua petugas Tepco akibat terperosok genangan air radioaktif di ruang bawah tanah reaktor Unit 3, Kamis, muncul kekhawatiran lapisan pelindung reaktor telah retak atau pecah sehingga air pendingin itu tumpah keluar.
Kontaminasi meluas
Kontaminasi radiasi dari PLTN Fukushima Daiichi ini terus ditemui dalam bahan makanan. Kali ini daun selada merah yang dijual di pasar di Nagoya, Prefektur Aichi, sekitar 450 kilometer sebelah barat daya Fukushima, diketahui memiliki tingkat radiasi di atas normal.
Kadar radiasi daun selada yang berasal dari Koga, Prefektur Ibaraki, itu mencapai 2.300 becquerel (Bq) per kilogram, di atas batas normal 2.000 Bq per kg. Meski selada adalah sayuran yang dilarang dikirim keluar dari Prefektur Fukushima, larangan yang sama belum diberlakukan di Ibraki, tetangga Fukushima.
Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano mendesak masyarakat tidak panik karena kadar radiasi tersebut belum menimbulkan ancaman kesehatan apabila makanan yang terkontaminasi itu dimakan manusia. Meski demikian, masyarakat Jepang sendiri sudah telanjur ketakutan dengan bahaya radiasi.
Truk-truk pengangkut bahan makanan kini sudah tidak berani masuk ke daerah dalam radius 30 km dari PLTN Fukushima. Akibatnya, penduduk yang masih bertahan tinggal di kawasan tersebut kini kesulitan pangan. ”Hidup makin sulit di sini. Listrik, gas, dan air bersih semua mengalir normal, tetapi kami tidak punya makanan,” kata Sadayasu Abe, pejabat Pemerintah Kota Minamisoma yang terletak 30 km di utara PLTN.
Pasokan makanan darurat berupa beras, mi instan, air minum kemasan, dan makanan kaleng bagi 10.000 warga yang masih bertahan terpaksa didrop oleh tentara dan sukarelawan ke delapan titik di kota itu. Edano, Jumat, menganjurkan warga hingga radius 30 km dari PLTN bermasalah tersebut mengungsi secara sukarela karena situasi yang makin sulit ini.(AFP/Reuters/AP/DHF)
Sumber: Kompas, 28Maret 2011