Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mulai mengalami pembentukan kubah lava baru. Kondisi ini menunjukkan magma dari tubuh Merapi telah sampai ke permukaan sehingga fase erupsi magmatik di gunung api itu telah dimulai. Namun, status Merapi masih Waspada dan zona bahaya belum diperluas.
“Kubah lava diperkirakan muncul pada tanggal 11 Agustus 2018,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam konferensi pers di kantor BPPTKG, Yogyakarta, Sabtu (18/8/2018) sore.
Seperti diberitakan, aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat sejak 11 Mei 2018. Pada 21 Mei 2018, BPPTKG menaikkan status Merapi dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II). Zona bahaya pun diperluas dari sebelumnya dua kilometer dari puncak Merapi menjadi tiga kilometer dari puncak. Sejak 11 Mei, Merapi telah mengalami sejumlah letusan skala kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso menunjukkan kondisi kubah lava baru di puncak Gunung Merapi yang terpantau melalui kamera CCTV milik BPPTKG, Sabtu (18/8/2018) sore di kantor BPPTKG, Yogyakarta. Berdasarkan pemantauan BPPTKG, telah terbentuk kubah lava baru di puncak Merapi dengan panjang 55 meter, lebar 25 meter, dan tinggi 5 meter.
Hanik menjelaskan, pada 11 Agustus 2018 pukul 08.00, Gunung Merapi mengalami hembusan besar. Hembusan itu ditandai dengan adanya gempa yang tercatat di peralatan milik BPPTKG. Selain itu, hembusan tersebut juga diikuti dengan terdengarnya suara gemuruh oleh warga yang tinggal di lereng Merapi di wilayah Deles, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Sehari setelah kejadian itu atau pada tanggal 12 Agustus 2018, berdasarkan foto yang diambil dengan drone, BPPTKG memantau adanya material baru yang muncul di tengah rekahan kubah lava yang terbentuk karena erupsi Merapi tahun 2010. Untuk mengecek temuan tersebut, tim BPPTKG mendaki ke Merapi pada Jumat (17/8/2018) malam. Kemudian, pada Sabtu pagi, tim tersebut melakukan pengecekan secara langsung ke puncak Merapi.
Berdasar pengecekan itu, kata Hanik, BPPTKG memastikan terbentuknya kubah lava baru dengan dimensi panjang sekitar 55 meter, lebar 25 meter, dan tinggi 5 meter dari permukaan kubah lava yang terbentuk karena erupsi tahun 2010. Kubah lava itu terbentuk dari magma yang telah mencapai permukaan lalu mengalami proses pembekuan.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menunjukkan foto kubah lava baru yang terbentuk di puncak Gunung Merapi, Sabtu (18/8/2018) sore di kantor BPPTKG, Yogyakarta.
“Adanya kubah lava baru itu menandakan bahwa magma sudah ada di permukaan. Posisi kubah lava baru itu ada di tengah kawah puncak Merapi,” ujarnya.
Erupsi efusif
Hanik memaparkan, terbentuknya kubah lava baru itu juga menandakan bahwa fase erupsi magmatik telah dimulai. Namun, erupsi magmatik Merapi itu diperkirakan bersifat efusif, bukan eksplosif seperti tahun 2010.
Erupsi efusif merupakan proses keluarnya magma dari gunung api tanpa menimbulkan letusan atau ledakan. Dalam erupsi efusif, magma yang keluar hanya menimbulkan lelehan ke permukaan, lalu diikuti terbentuknya kubah lava baru.
Meski magma telah mencapai permukaan dan kubah lava baru sudah terbentuk, BPPTKG belum menaikkan status Merapi. Menurut Hanik, status Merapi masih Waspada dan zona bahaya masih 3 km dari puncak Merapi. “Radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi tidak diperkenankan untuk aktivitas penduduk. Selain itu, penduduk yang berada di kawasan rawan bencana III Merapi untuk tetap meningkatkan kewaspadaan,” ujar dia.
Hanik menuturkan, status Merapi belum dinaikkan karena data-data kegempaan di gunung api itu belum menunjukkan lonjakan signifikan. Selain itu, pertumbuhan kubah lava baru tersebut belum signifikan. Sesuai penghitungan BPPTKG, pertumbuhan volume kubah lava baru itu baru sekitar 1.000 meter kubik per hari. “Jadi masih sangat kecil,” katanya.
Hanik menyatakan, BPPTKG terus memantau pertumbuhan kubah lava baru itu. Apabila kubah lava baru itu terus membesar, ada kemungkinan kubah akan runtuh dan menghasilkan awan panas. “Kalau terus terjadi pertumbuhan kubah lava, bahaya yang mungkin terjadi adalah awan panas,” katanya.
Terkait terbentuknya kubah lava baru itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, DIY, masih menunggu arahan dari BPPTKG. Meski begitu, BPBD Sleman tetap menyiagakan sejumlah petugas di posko utama di wilayah Pakem, Sleman, untuk mengantisipasi apabila terjadi peningkatan aktivitas Merapi.
“Kami menunggu rekomendasi dari BPPTKG. Kalau belum ada kenaikan status, kami belum ada pergerakan. Perkembangan terus kami pantau sambil menunggu rekomendasi itu,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan, saat dihubungi, Sabtu sore.–HARIS FIRDAUS / NINO CITRA A
Sumber: Kompas, 19 Agustus 2018