Korporasi berbasis teknologi dan usaha rintisan di Indonesia semakin meminati layanan komputasi awan atau cloud computation. Penyedia jasa komputasi awan pun saat ini memfokuskan pada kemudahan akses dan mutu layanan mereka.
Salah satu penyedia jasa komputasi awan, PT Amazon Web Services (AWS) Indonesia, mengakui saat ini ada ratusan korporasi dan usaha rintisan di Indonesia yang tercatat sebagai pelanggan AWS. Beberapa di antaranya adalah Grab, Zalora, Kumparan, Traveloka, dan Bhinneka.
KOMPAS/MEDIANA–Salah satu pojok gerai pameran fitur teknologi komputasi awan milik Amazon Web Services (AWS), di konferensi AWS Cloud Day, Selasa (16/7/2019), di Ballroom Hotel Pullman Central Park, Jakarta Barat. AWS Cloud Day diisi pula oleh aneka seminar dan sosialisasi tren teknologi komputasi awan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Country Leader PT Amazon Web Services (AWS) Indonesia Gunawan Susanto pada Oktober 2019 mengatakan, ada ribuan korporasi yang menggunakan layanan komputasi awan milik AWS secara global selama 5-7 tahun terakhir. Sementara itu, kini
“Potensi reduction cost (pemangkasan biaya) dengan komputasi awan bisa mencapai 50 persen. Pelanggan tidak perlu lagi membeli teknologi yang mahal untuk proyek mereka, misalnya teknolgi machine learning. Mereka cukup bereksperimen di cloud,” kata Gunawan pada diskusi media di Jakarta, Senin (4/11/2019).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Country Leader PT Amazon Web Services (AWS) Indonesia Gunawan Susanto pada sebuah diskusi media di Jakarta, Senin (4/11/2019). Ia memaparkan tentang keuntungan menggunakan komputasi awan bagi para pelaku usaha berbasis teknologi.
Pemangkasan biaya yang dimaksud adalah biaya teknologi informasi. Pelanggan tidak perlu lagi menyediakan sendiri infrastruktur, teknologi, atau perangkat keras baru. Selain mahal, belum tentu hal-hal tersebut akan dioptimalkan penggunaannya secara menerus.
Misalnya, permintaan konsumen terhadap barang atau jasa yang tinggi akan membutuhkan peladen atau server yang memadai pula. Korporasi pun perlu membeli server baru. Padahal, server itu belum tentu akan digunakan lagi saat permintaan sedang turun. Gunawan menyebut kondisi itu sebagai hal yang mubazir.
Biaya yang semula dialokasikan untuk membeli teknologi informasi bisa dimanfaatkan korporasi untuk eksperimen dan inovasi. Fitur-fitur terbaru hasil eksperimen itulah yang akan memberi nilai tambah kepada konsumen akhir. Hal ini juga bisa mendorong tercapainya target bisnis suatu entitas.
“Korporasi dapat membayar sesuai layanan (komputasi awan) yang digunakan. Jadi, mereka bisa lebih fokus mengembangkan produk dan membangun logika bisnis,” kata Gunawan.
Pelanggan tidak perlu lagi membeli teknologi yang mahal untuk proyek mereka, misalnya teknolgi machine learning. Mereka cukup bereksperimen di cloud
Ia menambahkan, harga servis telah diturunkan 76 kali sejak AWS beroperasi di Indonesia sejak 2006. Penurunan harga ini hasil komitmen mereka yang berorientasi terhadap kebutuhan pelanggan. Menurutnya, seiring berjalannya waktu, pelanggan akan membutuhkan layanan komputasi awan yang semakin cepat dan efisien, namun harganya terjangkau.
KOMPAS/SRI REJEKI–Keamanan internet-Suasana di TrendLabs, Manila, Filipina, laboratorium yang menangani teknis, riset, dan pengembangan dari Trend Micro, perusahaan yang bergerak di bidang keamanan internet dan komputasi awan. Tren ke depan, pengamanan tidak lagi sebatas di perangkat digital kita melainkan dilakukan langsung di internet sebelum ancaman, seperti perangkat halus yang berbahaya (malicious software) sampai di perangkat kita.
Senior Technical Evangelist AWS ASEAN Donnie Prakoso mengatakan, ia tidak bisa menyebut angka dari penurunan harga tersebut. Namun, ia memastikan bahwa harga untuk semua servis AWS turun. Ia juga memastikan bahwa detail harga untuk setiap produk dan layanan diberikan secara transparan kepada pelanggan.
“Antusiasme masyarakat untuk memindahkan sistem mereka ke komputasi awan akan lebih tinggi lagi di masa mendatang. Sebab, AWS memudahkan mereka untuk membangun aplikasi. Mereka tidak perlu memikirkan infrastruktur (teknologi informasi) dan bisa fokus mengembangkan bisnis,” kata Donnie.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Senior Technical Evangelist PT Amazon Web Services (AWS) ASEAN Donnie Prakoso pada sebuah diskusi media di Jakarta, Senin (4/11/2019).
Berdiri sejak 2006, AWS mencatat pendapatan sebesar 33 miliar dollar AS pada kuartal II-2019 atau setara Rp 462,5 triliun. Angka itu tumbuh sebesar 37 persen bila dibandingkan pendapatan pada kuartal II-2018.
Pusat data baru
Gunawan mengatakan, pihaknya akan membangun wilayah pusat data atau region di Jakarta selambat-lambatnya pada awal 2022. Pembangunan ini berdasarkan pada permintaan para pelanggan akan servis yang lebih baik.
Secara global, AWS memiliki 22 wilayah pusat data dan 69 zona ketersediaan (availability zone atau AZ). Ada 2-3 AZ di masing-masing wilayah pusat data. Tujuannya adalah untuk antisipasi dan saling menopang jika performa salah satu AZ turun. Dengan ini, data dan layanan terhadap para pelanggan tetap terjamin.
Selain Jakarta, AWS juga akan membangun wilayah pusat data di dua lokasi lain. Keduanya ialah Cape Town, Afrika Selatan dan Manila, Filipina.
“Region yang baru akan memangkas waktu latensi suatu sistem sehingga pengguna bisa mengaksesnya dengan lebih cepat. Kecepatan itu akan berpengaruh ke permintaan yang semakin banyak dan dorongan agar korporasi berinovasi. Region juga membantu pelanggan kami untuk memperluas usahanya,” kata Donnie.–SEKAR GANDHAWANGI
Editor KHAERUDIN KHAERUDIN
Sumber: Kompas, 4 November 2019