Sejumlah Daerah Belum Tetapkan DBD sebagai Kejadian Luar Biasa
Laporan yang dihimpun dari beberapa rumah sakit di daerah menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penderita dan korban jiwa akibat demam berdarah dengue. Meski demikian, pemerintah pusat dan daerah belum memberlakukan kondisi tersebut sebagai kejadian luar biasa.
Laporan dari Bekasi, Jawa Barat, menyebutkan, selama periode Januari hingga Februari, 13 penderita demam berdarah dengue (DBD) meninggal.
Di Kota Bekasi, hingga Rabu (3/2), dinas kesehatan setempat mencatat setidaknya terdapat 203 kasus DBD dengan enam penderita meninggal. Sementara di Kabupaten Bekasi terdapat tujuh penderita DBD meninggal dari 150 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kebanyakan penderita adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Meskipun jumlah kasus DBD di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi tinggi, pemerintah daerah setempat belum memberlakukan kondisi itu sebagai kejadian luar biasa (KLB).
“Kebanyakan penderita meninggal karena terlambat memeriksakan diri ke klinik ataupun puskesmas,” ujar Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Reni Amalia di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Adanya kenaikan jumlah penderita DBD juga diakui Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto. Menurut dia, ada lonjakan jumlah pasien DBD di DKI Jakarta pada Januari 2016, yakni 25 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tahun ini, jumlah pasien mencapai 611 orang, sebelumnya 489 orang.
“Sudah ada satu pasien yang meninggal di Menteng, Jakarta Pusat. Namun, sampai sekarang, kami belum menetapkan DBD sebagai KLB,” katanya.
Meskipun belum ditetapkan sebagai KLB, tambah Koesmedi, kewaspadaan terus ditingkatkan. Dalam dua pekan ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengadakan pemberantasan sarang nyamuk secara massal di beberapa tempat.
Sementara data Dinas Kesehatan Jawa Timur menunjukkan, sepanjang Januari 2016, terdapat 2.114 kasus DBD dengan 42 orang meninggal. Kasus DBD menyebar di 38 kabupaten dan kota di Jatim.
Daerah dengan kasus DBD terbanyak adalah Kabupaten Jombang (235 kasus), Kabupaten Pacitan (152 kasus), Kabupaten Banyuwangi (142 kasus), Kabupaten Mojokerto (95 kasus), dan Kabupaten Kediri (94 kasus).
Meski demikian, situasi itu belum dinyatakan sebagai KLB. Alasannya, jumlah kasus DBD pada Januari tahun ini menurun dibandingkan periode Januari 2015 sebanyak 4.584 kasus, dengan 59 orang meninggal.
Kategori KLB
Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, mengatakan, wilayahnya masuk kategori KLB. Sejak awal Januari hingga kini, jumlah pasien 35 orang, jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, belum ada korban meninggal dalam kasus ini.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sikka Maria Nenu, di Maumere, periode yang sama tahun 2015 hanya ada 10 kasus, tetapi tahun ini meningkat menjadi 35 kasus. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010, jika kenaikan kasus dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ditetapkan sebagai KLB.
Menurut Direktur Yayasan Sosial Pembangunan Masyarakat Sikka Maria Mediatriks Maly, meningkatnya kasus DBD di Sikka, antara lain, karena sejumlah program pemberantasan jentik nyamuk malaria di Sikka menurun. Tahun-tahun sebelumnya, ada gerakan massal memberantas jentik nyamuk malaria yang melibatkan anak-anak sekolah, TNI, Polri, dan ibu rumah tangga.
Jumlah penderita di Pandeglang, Banten, juga meningkat. Pada Januari 2016 saja terdapat 199 kasus DBD dengan empat korban meninggal. “Jumlah itu terus meningkat dibandingkan Desember 2015 sebanyak 39 kasus dengan satu korban meninggal,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Firmansyah.
Penderita DBD di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga meningkat dari 18 pasien pada Desember 2015 menjadi 75 pasien pada Januari 2016 dengan 1 pasien meninggal.
“Dari data DBD, peningkatannya tidak langsung dua kali lipat. Disebut KLB apabila hari ini dan besok ada peningkatan kasus dua kali lipat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Tiur Simatupang.
Data dari RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya juga menunjukkan peningkatan kasus DBD. Pasien rawat inap pada Desember 2015 sebanyak 31 orang, sedangkan pada Januari 2016 tercatat 64 pasien.
“Jumlah pasien rawat inap dari Desember ke Januari naik sampai 106 persen,” kata Kepala Bidang Pendidikan, Penelitian, Informasi RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya, Theodorus Sapta.
Siap membantu logistik
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi, di Jakarta, mengatakan, Kementerian Kesehatan siap menyokong kebutuhan logistik kesehatan daerah yang mengalami KLB DBD. Di luar itu, upaya pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk tetap harus dilakukan.
Kementerian Kesehatan sejak Oktober 2015 telah mengingatkan daerah untuk bersiap mengantisipasi terjadinya KLB DBD. Fasilitas kesehatan di daerah juga diharapkan sudah siap menerima lonjakan pasien DBD. “Diperkirakan, KLB DBD masih terjadi sampai Maret,” katanya.
Pemerintah daerah diharapkan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk menanggulangi DBD. Setiap daerah pasti memiliki pasokan logistik kesehatan sendiri. “Jika kurang, Kementerian Kesehatan siap menyangga kebutuhan daerah,” ujar Oscar.
Data di Kementerian Kesehatan menunjukkan, pada Januari 2016, terjadi 492 kasus DBD dengan kejadian KLB terjadi di tujuh provinsi dan 11 kabupaten/ kota. Ketujuh provinsi itu ialah Gorontalo, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Banten.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M Subuh mengatakan, kasus DBD di satu daerah dikategorikan sebagai KLB apabila sebelumnya tidak terjadi kasus DBD. Atau, jumlah kasus baru dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. Bisa juga jika angka kematian (CFR) dalam kurun waktu tertentu naik 50 persen atau lebih dibandingkan CFR periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
(KOR/DKA/BAY/DEN/ACI/BRO/FRO/PIN/DNA/ADH/ILO)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Februari 2016, di halaman 1 dengan judul “Korban Jiwa Terus Meningkat”.