Di antara kesibukan mereka menyiapkan diri mengikuti lomba, para peserta dihibur berbagai pertunjukan siswa serta aneka bazar. Bahkan, para peserta lomba juga mendapat kesempatan unjuk kebolehan di area panggung yang disediakan panitia.
Kontes ilmu pengetahuan bertajuk ”Fun Science” tersebut sengaja diselenggarakan dalam suasana yang santai. Sekretaris Panitia, M Agus Riyadi, menuturkan, konsep itu dibuat untuk memperlihatkan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan tidak harus dilaksanakan dalam suasana tegang. Belajar dan menguji kemampuan juga bisa dilaksanakan dalam suasana menyenangkan.
Lomba diikuti sekitar 1.150 siswa SD kelas I hingga VI dari berbagai kabupaten/kota di Jateng. Tiga mata pelajaran yang diujikan meliputi Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Para siswa mengikuti kontes dalam bentuk uji tertulis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mereka mengerjakan 25 soal dengan waktu sekitar 30 menit untuk setiap kategori. Para siswa diperbolehkan mengikuti kontes pada satu mata pelajaran, tetapi juga diperbolehkan mengikuti lebih dari satu mata pelajaran.
Untuk sekaligus memperlihatkan salah satu ikon wisata agama di Jateng, kegiatan tersebut sengaja digelar di Aula Wihara Buddhagaya. Karena diselenggarakan oleh dua yasayan dari agama yang berbeda, panitia mengambil tema kegiatan ”Peacefull dan Tolerant Student”. ”Agar ke depan adik-adik (para siswa) bisa rukun dan toleran,” tambahnya.
Kontes ilmu pengetahuan bukan pertama kali dilaksanakan. Pada 2006 hingga 2009, Yayasan Nurul Jannah pernah mengadakan kegiatan serupa untuk tingkat Kota Semarang. Sementara, Yayasan Vihara Buddhagaya Watugong juga pernah mengadakan kontes ilmu pengetahuan pada 2007 dan 2008.
Ketua Yayasan Vihara Buddhagaya Halim Wijaya mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab wihara terhadap dunia pendidikan. Pihaknya juga ingin memperkenalkan keberadaan wihara sebagai pusat kebudayaan dan wisata keagamaan kepada para siswa.
”Dari kompetisi ini juga diharapkan bisa tercetak bibit-bibit unggul sehingga mereka bisa meneruskan ke jenjang olimpiade,” katanya. Lomba juga untuk mengajarkan siswa giat belajar dan tidak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.
(Siwi Nurbiajanti)
Sumber: Kompas, Senin, 29 November 2010 | 04:25 WIB