Vitamin merupakan salah satu unsur nutrisi yang diperlukan dalam jumlah kecil namun mutlak dibutuhkan untuk kelangsungan fungsi normal tubuh. Secara garis besar, vitamin digolongkan ke dalam vitamin-vitamin yang larut dalam air (yaitu vitamin B kompleks dan C) dan vitamin-vitamin yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K). Kebanyakan vitamin yang larut dalam air dapat dikeluarkan dari tubuh lebih mudah apabila terjadi kelebihan masukan, dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam lemak.
Karena kebutuhannya dalam jumlah sangat kecil, beberapa jenis vitamin (A, D, B12 dan asam folat) diukur dalam satuan mikrogram, sedangkan yang lainnya, umumnya ditakar dengan satuan miligram. Dalam penggunaan pengukuran jumah yang bersifat universal, vitamin-vitamin yang ditakar dalam satuan mikrogram tersebut juga dinyatakan dalam international unit (I.U.) atau satuan internasional (S.I.), yang pada prinsipnya diukur berdasarkan kemampuan/ potensi aktivitas biologis dari vitamin tersebut.
Menurut Sub Komisi Vitamin dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), satu satuan internasional (SI) untuk vitamin A adalah setara dengan 0,3 mikrogram vitamin A-alkohol atau dengan aktifitas biologis yang sama, setara dengan 0,6 mikrogram beta karoten (provitamin A). Selain itu, perusahaan-perusahaan farmasi di Amerika Serikat juga menyatakan potensi vitamin A dalam satuan USP (United States Pharmacopeia), yang nilainya sama dengan SI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sumber dan peranan
Pada hewan ternak, sebagian besar vitamin A diperoleh dari ransum hijauan berupa rerumputan dan dedaunan, yang terkandung dalam bentuk bahan dasarnya, yaitu beta-karoten. Sedangkan pada manusia, sebagian masukannya dapat berupa vitamin A yang sudah jadi (retinol), sebagian lagi berupa beta-karoten.
Sebenarnya ada 2 jenis vitamin A menurut struktur formulanya, yaitu vitamin A1 yang lazim disebut vitamin A saja atau retinol (C20H29OH) dan Vitamin A2 yang diperoleh dari hati ikan air tawar, yang disebut dehydroretinol (C20H27OH). Demikian pula bahan dasar vitamin A, yaitu pigmen kuning dari tumbuhan (berupa kelompok karotenoid), terdiri dari alfa-, beta-, dan gama-karoten, serta cryptoxanthin. Namun yang merupakan sumber utamanya adalah beta-karoten.
Baik vitamin A maupun beta-karoten dari makanan, diserap bersama lemak di dalam usus halus, dan dibawa melalui sistem sirkulasi untuk disimpan ke dalam hati. Pada manusia, sekitar 95 persen vitamin A tubuh terdapat dalam hati, dengan sejumlah kecil di dalam paru-paru, jaringan lemak tubuh dan ginjal.
Cadangan Vitamin A di dalam hati tergantung pada jumlah vitamin A yang terkandung dalam makanan dan jumlahnya yang terserap oleh tubuh. Diperkirakan bahwa hati manusia dewasa normal mengandung vitamin A sebanyak 600.000 SI, suatu jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin A selama lebih kurang setahun. Kelebihan vitamin A di dalam tubuh, juga vitamin lainnya yang larut dalam lemak, diekskresikan (dikeluarkan) melalui usus lalu tinja, sedangkan vitamin-vitamin yang larut dalam air dikeluarkan lewat ginjal lalu air seni.
Dari berbagai percobaan pada ternak, diperoleh keterangan dalam keadaan normal kebutuhan vitamin A diambil dari hati, tidak secara langsung dari makanan yang diserap. Dengan cadangan vitamin A di dalam tubuh yang mencukupi, apabila ternak yang sehat diberi makan vitamin A dalam jumlah normal, maka vitamin A tersebut akan lenyap dalam perjalanannya melalui saluran pencernaan. Dengan mekanisme tubuh, kadar vitamin A yang ada dalam sirkulasi darah dipertahankan berada dalam jumlah yang relatif tetap pada setiap individu.
Pada ayam, deposisi vitamin A ke dalam kuning telur lebih merupakan fungsi dari cadangannya di dalam tubuh (hati) dari pada jumlah vitamin A yang dimakan sehari-hari. Jika ayam diberi ransum yang kekurangan vitamin A, dalam waktu 7 bulan masih tetap menghasilkan telur dengan kadar vitamin A yang setara dengan telur dari ayam yang diberi cukup vitamin A. Tetapi, kadar vitamin A di dalam hatinya terus menurun sampai pada tingkat yang marjinal. Penurunan kadar vitamin A dalam hati berlangsung selama 2 sampai 8 minggu sebelum tampak gejala-gejala klinis defisiensi vitamin A, di mana kadarnya mencapai tingkat kritis.
Setelah 34 minggu, dapat terjadi kematian dengan berbagai sebab termasuk pecahnya sebagian atau keseluruhan hati. Hati berhubungan erat dengan sistem pembuluh darah balik dan dibentuk oleh sel-sel epitel jenis glandular. Vitamin A berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan sel-sel epitel. Dengan demikian, defisiensi vitamin A akan menurunkan fungsinya dan perdarahan akan terjadi karena fragmentasi sel-sel tersebut.
Adanya gangguan dan kemunduran fungsi jaringan epithelial juga akan nampak pada kornea mata disertai tidak berfungsinya kelenjar air mata. sehingga terjadi kekeringan dan kerusakan kornea yang dikenal sebagai xeroftalmia atau keratomalasia.
Fungsi lain dari vitamin A adalah peranannya dalam pembentukan pigmen penglihatan pada sel-sel penerima berbentuk batang pada retina mata, yang berfungsi pada penglihatan dalam keadaan cahaya redup, disebut rodopsin. Jika vitamin A tidak mencukupi, mengakibatkan ketidakmampuan melihat dalam keadaan cahaya redup, dikenal sebagai ”rabun senja”.
Takaran Vitamin A
Segala sesuatu, apabila diperoleh dalam jumlah yang berlebihan selalu ada akibat buruknya. Demikian pula halnya akan zat-zat makanan, termasuk vitamin A. Sebelumnya telah disebutkan bahwa tubuh memiliki suatu mekanisme tertentu yang dapat mengatur penggunaan dan membuang kelebihan zat-zat makanan. Apabila tubuh memiliki cukup cadangan vitamin A, kelebihan yang diperoleh dari makanan akan dikeluarkan lewat usus lalu tinja. Akan tetapi, kelebihan masukan ini ada batasnya, sesuai dengan kemampuan tubuh untuk mengaturnya, yang merupakan suatu ”nilai ambang”.
Dosis toksik vitamin A sangat bervariasi di antara individu, terutama pada bayi dan anak-anak, tetapi diyakini bahwa gejala keracunan akan timbul bila konsumsi vitamin A melebihi 100.000 SI (30.000 mikrogram) setiap hari. Sehubungan dengan adanya variasi dosis toksik tersebut, Dewan Makanan dan Gizi dari Asosiasi Kedokteran Amerika menyatakan bahwa untuk amannya, konsumsi vitamin A tidak melebihi 50.000 SI (15.000 mikrogram) setiap hari dalam jangka waktu lama.
Dikatakan pula bahwa ada baiknya bila konsumsinya sebanyak dua kali kebutuhan minimum harian, dengan catatan bahwa sebanyak dua per tiga bagian dari kebutuhan berupa karoten yang berasal dari tumbuhan/ sayuran, dan sepertiga bagian sisanya berupa vitamin A (retinol) yang bersala dari bahan makanan asal ternak.
Perlu diingat pula bahwa tidak keseluruhan makanan yang termakan (terutama sayuran) dapat dicerna, sehingga jumlah zat gizi yang terserap di dalam usus tidak mencapai 100 persen. Pada dinding sel tanaman dan sayuran terdapat lignin, sehingga menjadikannya sulit dicerna. Kadar lignin akan meningkat sejalan dengan bertambah tuanya tanaman.
Walaupun jarang terjadi, konsumsi vitamin A yang berlebihan dalam waktu lama dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan pada manusia maupun ternak. Telah dilaporkan pada majalah ilmiah Nutrition Review (No. 22, th 1964) pada seorang wanita berumur 39 tahun yang memakan ± 150.000 SI vitamin A setiap hari untuk memperbaiki penglihatannya, timbul gejala keracunan berupa kelemahan, pembengkakan pada kaki dan tungkai, serta rasa nyeri pada bahu, pergelangan tangan dan Iutut. Sedangkan pada Borden‘s Review of Nutrition Research (VOL 25, 1964) dilaporkan terjadinya pendarahan superfisial pada retina kedua mata pada seorang pria berumur 17 tahun yang mengkonsumsi 200.000 SI vitamin A per hari, dengan maksud untuk mengobati jerawat.
Di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, di mana konsumsi zat-zat gizi masih dalam tingkat kurang sampai dengan mencukupi, kemungkinan terjadinya keracunan tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Hal yangi serupa juga bila kita memakan hati, asalkan tidak memakannya dalam jumlah sangat banyak dan tidak setiap hari. Perlu diperhatikan juga bahwa hati, selain sebagai sumber vitamin A, juga merupakan sumber yang baik dari zat gizi lainnya, di antaranya zat besi dan vitamin B12 yang amat diperlukan oleh perempuan yang sedang hamil dan menyusui.
Darwinsyah Lubis, peneliti nutrisi pada Balai Penelitian Ternak, di Bogor
Sumber: Kompas, tanpa tanggal
Takaran konsumsi harian vitamin A
Status | Umur (th) | Takaran konsumsi | |
mikrogram | SI | ||
Bayi | 0 – 0,5 | 420 | 1400 |
0,5 – 1 | 400 | 1300 | |
Anak-anak | 1 – 3 | 400 | 1300 |
4 – 6 | 500 | 1700 | |
7 -10 | 700 | 2300 | |
Pria | 11 ke atas | 1000 | 3300 |
Perempuan | 11 ke atas | 800 | 2700 |
– Hamil | 1000 | 3300 | |
– menyusui | 1200 | 4000 |
Sumber: Lehninger (1984), Principles of Biochemistry
Kadar vitamin A dalam beberapa jenis bahan makanan
Bahan makanan | keadaan | Berat (gr) | Perkiraan takaran/ ukuran | Nilai vit A | |
mikrogram | SI | ||||
Asal ternak:
Hati sapi Mentega Susu
Telur ayam Daging sapi Daging ayam Ikan sardine |
Digoreng Segar Segar Skim Direbus Panggang Digoreng
– |
36 14 244 246 50 78 94 59 85 |
Irisan 7 x 5 x 1 1 sendok makan 1 cangkir 1 cangkir 1 butir, sedang 1 potong, besar ½ dada, sedang 1 paha 1 potong |
2870 138 105 3 177 3 21 15 18 |
9565 460 350 10 590 10 70 50 60 |
Sayuran
Wortel Bayam Tomat Jamur Buncis |
Direbus Direbus Segar Direbus Direbus |
145 180 150 244 120 |
Irisan, 1 cangkir 1 cangkir 1 buah, besar 1 cangkir 1 cangkir |
9132 8748 810 576 408 |
15220 14580 1350 960 680 |
Buah-buahan:
Mangga Pepaya Pisang Apel Jeruk keprok |
Segar Segar Segar Segar Segar |
100 182 150 150 114 |
1 buah, kecil Irisan, 1 cangkir 1 buah, besar 1 buah, besar 1 buah, sedang |
3810 1914 114 30 210 |
6350 3100 190 50 350 |
Sumber: Wilson, Fisher & Fuqua (1971), Principles of Nutrition