Kombinasi Kekeringan-Serangga Mematikan Pohon

- Editor

Kamis, 11 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kombinasi kekeringan, panas, dan serangga jadi faktor yang bertanggung jawab atas kematian lebih dari 12 juta pohon di California, Amerika Serikat. Studi terbaru Pusat Studi dan Sintesis Ekologi Nasional Universitas California, Santa Barbara, mempelajari faktor-faktor itu untuk memprediksi jumlah peningkatan kematian pohon terkait perubahan iklim.

Studi yang diterbitkan di New Phytologist itu studi pertama pada spektrum luas interaksi antara kekeringan dan serangga. Penulis utama laporan itu, William Anderegg, peneliti program postdoctor di Princeton Environmental Institute, 9 Juni 2015 di Sciencedaily, menjelaskan, penelitian melihat efek setiap faktor dan mempelajari interaksi di antara faktor itu. Hutan di barat AS jadi titik kematian pepohonan. Padahal, ekonomi lokal di Negara Bagian California dan Colorado sangat bergantung pada ekowisata di hutan yang menyediakan ski, memancing, dan berkemah. Frekuensi dan kerusakan diperkirakan tambah parah dalam beberapa dekade mendatang. (SCIENCEDAILY/ICH)images

——————-

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sinyal TV Jadi Radar Alternatif Pendeteksi Pesawat

Penelitian badan pengatur lalu lintas udara Inggris (NATS) dan sejumlah lembaga menunjukkan, sinyal televisi bisa untuk merekam jejak pesawat. Hasil itu diperoleh setelah studi dua tahun menggunakan sinyal TV yang dipancarkan dari gedung Crystal Palace di London, Inggris. Ide dasarnya, sinyal TV menggunakan bagian lain dari spektrum gelombang radio yang dipancarkan radar. Namun, baik sinyal TV maupun gelombang radio radar sama-sama dipantulkan kembali oleh benda padat. Sebanyak tiga receiver atau pendeteksi sinyal khusus digunakan mengukur arah sinyal yang dipantulkan badan pesawat dan perbedaan waktu ketika sinyal pantulan itu diterima dibandingkan dengan sinyal TV yang tak dipantulkan pesawat. Informasi itulah yang lalu diolah untuk menentukan lokasi pesawat berada. Studi menunjukkan, pendeteksi sinyal khusus itu mampu melacak keberadaan 30 pesawat terbang sekaligus pada ketinggian 3.000 meter. Teknisi NATS, Nick Young, kepada BBC, Rabu (10/6), mengatakan, temuan itu akan menyediakan teknologi radar yang murah. Namun, penelitian lanjut perlu dilakukan. (BBC/MZW)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juni 2015, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB