Hipertensi bukan penyakit yang mudah disembuhkan seperti penyakit infeksi. Walaupun sulit, hipertensi harus bisa ditaklukkan, dalam arti tekanan darah penderita harus bisa diturunkan dan dipertahankan agar tidak naik kembali. Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sangat mudah mengalami komplikasi dan lebih cepat meninggal dibandingkan mereka yang bukan penderita hipertensi, atau penderita hipertensi yang berobat dengan baik.
Penelitian bedah mayat yang dilakukan oleh Bell & Clason mendapatkan bahwa penyakit jantung koroner berat terdapat 10 kali lebih banyak pada penderita hipertensi dibandingkan dengan mereka yang tekanan darahnya normal. Framingham yang melakukan penelitian pada orang hidup mengungkapkan hasil serupa.
Kejadian penyakit jantung koroner ternyata 7 kali lebih tinggi pada penderita hipertensi dibandingkan yang bukan penderita hipertensi. Dia juga membuktikan bahwa dibandingkan dengan orang normal, ternyata kematian mendadak lebih sering terdapat pada mereka yang menderita hipertensi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lemak dan gula darah
Lebih dari 90 persen penderita hipertensi memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi. Demikian diungkapkan para ahli dari Eropa dan Amerika dalam simposium “Pengelolaan faktor resiko penyakit jantung koroner pada penderita hipertensi” yang diadakan bulan Maret lalu di London.
Lemak yang bertumpuk pada pembuluh darah akan menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit, yang dikenal dengan aterosklerosis. Aterosklerosis yang terjadi bersamaan dengan hipertensi akan meningkatkan resiko kematian karena serangan jantung. Apalagi bila ditambah dengan stres dan terlalu banyak merokok.
Hasil temuan ini merupakan peringatan keras bagi para dokter dalam mengobati hipertensi, demikian ketua simposium, Prof. Peter Sever, pakar farmakologi klinik dan terapetik dari St Mary’s Hospital London. Untuk mengurangi kejadian penyakit jantung koroner, selain menurunkan tekanan darah, hendaknya para dokter juga mengontrol factor resiko yang lain, seperti kadar kolesterol yang tinggi itu.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang dewasa ini banyak digunakan, seperti obat pelancar kencing hidroklorotiasid dan beta bloker ternyata berpengaruh buruk terhadap metabolisme lemak dan karbohidrat.
Pada awal tahun 1989, British Medical Journal mempublikasikan penelitian Dr. Lithell yang mengungkapkan bahwa beta bloker mengakibatkan peningkatan kolesterol dan kadar gula darah. Penelitian in ditunjang oleh penelitian Thomas Pollare dari Universitas Uppsala Swedia yang dipublikasikan melalui The New England Jou rnal of Medicine pada tanggal 28 September 1989, bahwa obat pelancar kencing hidroklorotiasid memberikan efek kurang baik terhadap metabolisme lemak dan karbohidrat sehingga memperbesar resiko terjadinya aterosklerosis dan diabetes melitus.
Melihat kenyataan di atas, Prof. Sever, yang memimpin simposium yang dihadiri oleh 650 pakar dari Eropa dan Amerika itu menekankan bahwa untuk pengobatan awal para dokter sebaiknya memilih obat antihipertensi yang tidak mengganggu metabolisme lemak maupun karbohidrat. Misalnya antagonis kalsium, inhibitor ACE atau inhibitor alfa-1 selektif seperti doxazosin.
Penelitian pada lebih 5.000 pasien yang diberi dexazosin sekali sehari menunjukkan bahwa selain efektif menurunkan tekanan darah, doxazosin juga menurunkan kadar kolesterol dan trigliserid serta meningkatkan high density lipoprotein (HDL) yang mempunyai sifat melindungi jantung dari ancaman penyakit jantung koroner.
Usaha pencegahan lain
Tidak seorang pun tahu mengapa seseorang menderita hipertensi, karena terlalu banyak faktor yang terkait di dalamnya, seperti faktor keturunan, lingkungun, kelebihan makan garam atau komplikasi penyakit lain. Penyakit in dapat menyerang semua orang, baik mereka yang pemarah, gugup maupun yang memiliki pembawaan tenang. Hipertensi juga tidak memandang usia dan jenis kelamin.
Seperti sudah disebutkan pada awal tulisan ini, hipertensi bukanlah penyakit yang mudah disembuhkan dengan sekali pengobatan. Walaupun demikian, tekanan darah yang tinggi itu harus bisa diturunkan sekaligus dijaga agar tidak naik kembali. Hipertensi yang tidak terkontrol, cepat atau lambat akan mendatangkan petaka yang lebih besar. Jantung akan membesar ditambah penyempitan pembuluh-pembuluh darah koroner akan menyebabkan terjadinya penyakit jantung iskemik .
Pembuluh darah otak juga lebih cepat menyempit dan tersumbat atau terjadi perdarahan otak, yang semuanya itu menyebabkan kelumpuhan anggota gerak tubuh. Gangguan fungsi ginjal malahan akan lebih menaikkan tekanan darah yang sudah tinggi tadi. Mata menjadi kabur karena adanya penyempitan pembuluh-pembuluh darah.
Hal yang serupa juga terjadi di seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh darah akan menyempit kaku dan mengeras sehingga supplai darah ke organ-organ tubuh terganggu.
Diet seringkali diperlukan untuk menurunkan berat badan, sebab berat badan yang berlebihan akan memaksa jantung dan pembuluh daruh bekerja lebih keras. Berat badan yang berlebihan juga menyebabkan dosis obat yang dibutuhkan lebih besar. Mungkin dokter akan menganjurkan untuk mengurangi makan garam, sebab garam menyebabkan retensi (penahanan) cairan tubuh, sehingga tekanan darah menjadi sulit diturunkan. Konsumsi daging, telur dan minyak tidak secara langsung mempengaruhi tekanan darah, namun menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah.
Kehidupan santai, seperti berjalan-jalan pagi, membaca dan mendengarkan musik dapat membantu menurunkan tekanan darah walaupun hanya untuk sementara waktu. Pergilah tidur sebelum betul-betul merasa lelah. Usahakan untuk dapat tidur nyenyak setiap malamnya. Berhentilah merokok, sebab merokok akan meninggikan tekanan darah walaupun sebentar dan menyebabkan tekanan darah menjadi ganas, sulit dikendalikan. Selain itu, rokok juga memperbesar resiko penyakit jantung koroner.
Berolahragalah seperlunya, tetapi hindarilah melakukan pertandingan olahraga. Berenang, bersepeda dan berjalan-jalan merupakan kegiatan yang dianjurkan. Penanganan hipertensi memang kompleks, namun kerja sama yang baik antara penderita dengan dokter yang merawat akan mampu menghantar penderita hipertensi menuju kehidupan yang lebih berkualitas.
Myrnawati, pengamat masalah penyakit jantung
Sumber: Kompas, 21 Mei 1990