Koleksi yang dikumpulkan Alfred Russel Wallace, naturalis asal Inggris, masih terus diteliti hingga kini di negara asalnya. Koleksi berupa spesimen fauna, flora, maupun benda-benda yang ia kumpulkan selama perjalanannya di wilayah Nusantara tersimpan rapi di beberapa tempat di Inggris. Tak semua koleksi tersebut tuntas diteliti oleh para pakar yang ada di Inggris.
Di British Library, London, tersimpan ratusan lembar surat atau korespondensi Wallace dengan Charles Darwin, yang juga dikenal dengan pencetus teori evolusi, maupun dengan ilmuwan lainnya di Eropa.
Korespondensi tersebut lebih banyak membicarakan tentang spesies yang ditemukan, persoalan sosial budaya lokal, serta segala hal yang terkait dengan penelitian di lapangan. Wallace mengelilingi wilayah mulai dari Singapura sampai ujung Papua sepanjang periode 1854 sampai 1862.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tak semua korespondesi Wallace selama perjalanan penelitiannya berhasil diungkap. Salah satu kesulitannya adalah beberapa tulisan tangan surat Wallace kabur atau sulit dibaca. Selain itu, ada sejumlah prioritas artefak atau dokumen mana saja yang harus ditranskrip oleh tim kami di British Library,” ujar Dato Annabel Teh Gallop, Kepala Kurator untuk Kawasan Asia Tenggara di British Library, Kamis (15/3), di London.
Selain sebagian kondisi surat yang rentan terhadap kerusakan, lanjut Annabel, ada beberapa surat yang terpisah beberapa bagian atau sambungannya. Selain itu, ada pula sebagian surat yang ditulis dalam huruf Arab dengan narasi Bahasa Melayu.
Surat tersebut adalah surat balasan salah satu ilmuwan kepada Wallace yang menceritakan perjalanan penelitiannya selama di Pulau Aru, Maluku.
KOMPAS/LUKI AULIA–Sejumlah koleksi yang dikumpulkan Wallace selama perjalanannya ke wilayah Nusantara dan Amerika Selatan masih tersimpan rapi di British Museum, London, Inggris, Kamis (15/3). Koleksi tersebut merupakan sumbangan dari putra Wallace bernama William Wallace kepada pihak museum pada tahun 1935. Selain diidentifikasi dan dicatat, penelitian terhadap seluruh koleksi Wallace masih terus dilakukan.
“Namun, semua catatan-catatan tersebut sangat penting bagi kami dan dunia ilmu pengetahuan. Sebagian surat-menyurat Wallace dengan ilmuwan lain cukup dapat menjelaskan bagaimana proses ilmu pengetahuan berkembang dan pelajaran untuk meneliti atau membandingkan kondisi dulu dengan sekarang,” ujar Annabel.
Selain di British Library, sejumlah koleksi Wallace juga tersimpan rapi di British Museum yang ada di London. Sejumlah koleksi yang sempat diperlihatkan kepada Kompas adalah artefak yang dikumpulkan Wallace dari Papua. Artefak itu berupa patung kayu manusia berukuran sebesar telapak tangan orang dewasa.
“Artefak tersebut diserahkan oleh putra Wallace bernama William Wallace kepada pihak museum tahun 1935. Sejumlah koleksi tersebut diserahkan secara sukarela,” kata kurator pada British Museum Jill Hasell.
Kesulitan lain yang dialami tim kurator pada British Museum, lanjut Jill, adalah mengidentifikasi kegunaan atau fungsi artefak yang dikumpulkan Wallace. Selain artefak berupa patung manusia, Wallace juga mengumpulkan sejumlah karya seni dari Papua, seperti sendok kayu, ukiran berbentuk burung, maupun batu berbentuk lonjong yang belum diketahui kegunaannya.
Di museum tersebut juga tersimpan sejumlah koleksi Wallace saat berkunjung ke Amerika Selatan, beberapa tahun sebelum keberangkatannya ke wilayah Nusantara.–LUKI AULIA, ARIS PRASETYO
Sumber: Kompas, 17 Maret 2018