Kolaborasi, Kunci Mewujudkan Ekosistem Digital

- Editor

Kamis, 13 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Transformasi digital sudah merambah ke banyak lini sehingga kebutuhan sumber daya manusia di bidang teknologi semakin tumbuh. Kolaborasi banyak pihak diperlukan agar pergeseran ke sistem digital cepat terwujud di Indonesia.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi, dan Informatika, Samuel Abrijani Pangerapan, Rabu (12/12/2018) di Tangerang Selatan, mengatakan, migrasi dari sistem analog ke sistem digital perlu dilakukan dengan cepat demi menyongsong bonus demografi Indonesia 2030. Jika gagal memanfaatkan bonus demografi, Indonesia terancam akan memiliki tingkat pengangguran tinggi.

“Tahun 2030, bonus demografi Indonesia 130 juta jiwa. Jika tidak dimanfaatkan, Indonesia terancam memiliki angka pengangguran lebih dari 10 persen. Secara teori, negara bisa kolaps karena pasti banyak yang berdemonstrasi,” ujar Samuel dalam ceramahnya di peluncuran Binar Academy di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Rabu (12/12/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Suasana belajar di Binar Academy, sebuah lembaga pendidikan di bidang teknologi yang baru membuka cabang di Tangerang Selatan, Rabu (12/12/2018).

Samuel mengatakan, pemerintah saat ini dalam proses pembangunan infrastruktur untuk menyambut era digital di masa mendatang. Kemkominfo saat ini sedang membangun Palapa Ring untuk membangun konektivitas internet di seluruh Indonesia.

Selain itu, pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara juga dimaksudkan untuk memudahkan distribusi barang di era digital. Jika infrastruktur sudah terbangun, biaya kirim dalam belanja daring akan lebih murah ke daerah-daerah di luar Jawa.

Sumber Daya Manusia
Samuel mengatakan, hal terpenting yang perlu disiapkan dalam menyambut bonus demografi adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Ekosistem digital dibutuhkan untuk menyiapkan SDM yang tangguh dalam menghadapi perkembangan dan kebutuhan industri digital saat ini dan masa mendatang.

“Saat ini, di Indonesia masih banyak orang memosisikan diri sebagai pengguna teknologi. Kita butuh praktisi yang bisa membangun aplikasi dan lain-lain. Kalau tidak dibekali dengan kemampuan dan pengetahuan, bisa tak terarah,” ujar Samuel.

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Samuel Abrijani Pangerapan (kiri) berbincang dengan Founder Binar Academy, Alamanda Shantika (tengah), dan Digital Hub Project Leader Sinar Mas Land, Irawan Harahap (kanan) saat peresmian Binar Acedemy di Tangerang Selatan, Rabu (12/12/2018).

Ekosistem digital saat ini mulai dibangun oleh banyak pihak di Indonesia untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi era digital di masa kini dan mendatang. Salah satu yang berada di ekosistem digital adalah Binar Academy, sebuah bisnis sosial yang bergerak di bidang pendidikan teknologi digital.

Founder Binar Academy, Alamanda Shantika, mengatakan, bisnis sosial yang dijalankan perusahaan rintisannya merupakan upaya untuk menjembatani antara kebutuhan dunia kerja, universitas, dan pencari kerja. Binar memberi beasiswa untuk mendidik usia kerja yang tertarik di dunia digital.

Ala, panggilan akrab Alamanda, mengatakan bahwa biaya beasiswa berasal dari perusahaan yang tergabung dalam satu ekosistem digital dengan Binar. Perusahaan yang kesulitan mencari SDM dengan kualifikasi khusus di dunia digital memberi beasiswa kepada calon karyawannya. Setelah melalui tiga bulan pendidikan, sepuluh lulusan terbaik akan disalurkan ke perusahaan tersebut.

“Sosial bisnis dan bisnis murni sebenarnya hampir sama. Hanya saja, di sosial bisnis itu kami mempertemukan siapa yang memiliki dana dengan siapa yang perlu dibantu,” ujar Ala.

Saat ini orang yang sudah terdaftar mengikuti pendidikan digital di Binar Academy sejak berdiri tahun 2017 tercatat lebih dari 2.000 orang. Sebanyak 400 orang sudah diluluskan di Yogyakarta. Ala mengatakan, 200 orang sudah terserap di dunia kerja.

Ala mengatakan, Binar lahir bukan untuk menyaingi universitas. Binar ada di antara universitas dan perusahaan. Kurikulum di universitas kerap lambat menyesuaikan dengan kebutuhan industri karena sistem birokrasi yang panjang untuk merubah kurikulum.

“Setiap tiga bulan kami memperbarui kurikulum sesuai perkembangan di industri karena kami tidak memiliki birokrasi panjang untuk merubah kurikulum. Maka itu, yang universitas tidak bisa lakukan cepat, kami lakukan. Itu sebagai jembatan antara universitas dan industri,” kata Ala.

Digital Hub Project Leader Sinar Mas Land, Irawan Harahap, mengatakan, saat ini Sinar Mas sedang membangun ekosistem digital. Mereka berusaha menghubungkan pencari kerja, lembaga pendidikan, dan perusahaan. Binar Academy mengisi ruang lembaga pendidikan digital untuk menyiapkan sumber daya manusia. Perusahaan mengisi ruang pembiayaan pendidikan sesuai kebutuhan industri.

Ekosistem digital diperlukan agar masing-masing pihak diuntungkan. Melalui ekosistem digital, pencari kerja bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang butuh SDM dengan spesifikasi khusus di industri digital. Hal tersebut dijembatani oleh lembaga pendidikan digital seperti Binar Academy.

“Ekosistem itu akan saling mendukung pihak-pihak yang ada di dalamnya,” ujar Irawan.

Tantangan
Membangun ekosistem digital di Indonesia masih memiliki tantangan. Kebanyakan perusahaan memiliki spesifikasi pekerja dengan predikat sarjana. Hal itu yang menjadi tantangan lembaga pendidikan digital di Indonesia.

Ala mengatakan, kesempatan anak-anak yang hanya lulus setara SMA kurang terserap di dunia kerja di industri digital Indonesia saat ini. Berdasarkan pengalaman Ala, anak didik Binar lulusan SMA baru terserap ke perusahaan di Singapura.

“Justru anak-anak lulusan SMA yang dapat kesempatan seperti ini. Padahal mereka memiliki kemampuan dan semangat belajar tinggi, bahkan sampai jam 4 pagi. Sampai saat ini, sudah ada 30 lulusan Binar berijazah SMA yang bekerja di perusahaan Singapura itu,” ujar Ala. (SUCIPTO)–PASCAL S BIN SAJU

Sumber: Kompas, 12 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB