Berpenduduk 250 juta, Indonesia hanya memiliki 0,43 persen wirausaha atau sejuta orang. Persentase itu jauh lebih rendah dibandingkan Singapura dan Malaysia yang masing-masing 7 persen dan 5 persen dari populasi.
Tahun 2019, jumlah wirausaha Tanah Air ditargetkan naik 2 persen dari populasi. “Perlu ditumbuhkan juga jiwa kewirausahaan kepada para inovator. Pembinaan akan dilakukan lewat jalur pendidikan vokasi, dari SMK, politeknik, hingga universitas,” kata Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) Jumain Appe, dalam pembukaan pameran Indonesia Innovation and Innovators Expo 2016 di Jakarta, Senin (14/11).
Pameran akan diikuti 105 produk inovasi teknologi binaan Ditjen Penguatan Inovasi Kemristek dan Dikti serta Badan Ekonomi Kreatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Demi mengembangkan kewirausahaan di kalangan inovator, sejak tahun lalu Kemenristek dan Dikti menggelar program inkubator bisnis bagi inovator. Tahun lalu, terpilih 54 inovator untuk dibina. Tahun ini, terpilih 49 inovator dari lembaga riset dan masyarakat. Terpilih juga 102 orang dari perguruan tinggi. Rata-rata, akan menerima dana insentif Rp 250 juta per orang.
Bantuan yang diberikan, antara lain, pelatihan kewirausahaan, model bisnis, dan pengurusan paten. “Tahun lalu, seluruh inovator yang dibina memiliki paten untuk karya inovasinya,” kata Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemristek dan Dikti Retno Sumekar.
Para inovator juga telah bekerja sama dengan industri untuk merintis produksi massal. Beberapa di antaranya sistem elektronika dan teknologi informasi untuk aplikasi pengamanan cerdas, tiket elektronika, dan balon internet. Selain itu, dikembangkan komponen Magic Ring untuk menghemat BBM pada kendaraan serta dihasilkan kapal pelat datar untuk pelayaran di sungai dan pesisir. (YUN)
———
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 November 2016, di halaman 14 dengan judul “Kewirausahaan Inovator Didorong”.