Kesehatan Anak; Perhatikan Asupan Gizi dan Istirahat Cukup

- Editor

Senin, 7 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Memasuki musim pancaroba, anak-anak rentan terserang beragam penyakit infeksi. Agar tidak jatuh sakit, anak-anak membutuhkan istirahat yang cukup disertai asupan gizi seimbang.

Ketua Satuan Tugas Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Sri Rezeki Hadinegoro mengemukakan hal itu dalam acara Gerakan Nasional Melawan Demam Berdarah, Kamis (3/3), di Jakarta.

Sri Rezeki mengatakan, hal yang harus diperhatikan saat musim pacaroba ataupun musim hujan seperti saat ini adalah kesehatan anak secara umum. Tidur dan makan anak harus mencukupi. Semakin kecil umur bayi, kian banyak kebutuhannya untuk tidur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kebutuhan makan pun begitu. Anak membutuhkan tiga kali makan dalam sehari, tidak boleh kurang. “Tidur yang cukup dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang sudah cukup untuk mempertahankan diri dari penyakit kecuali memang dari awal sudah menderita sakit,” ujarnya.

Sayangnya, lanjut Sri Rezeki, saat ini banyak anak memiliki beragam aktivitas sehingga kurang beristirahat. Tidak cukup belajar di sekolah, anak-anak kerap kali juga harus mengikuti les tambahan hingga sore hari. Tubuh anak yang kurang sehat akibat terlalu lelah rentan jatuh sakit. “Terlalu banyak les, anak jadi kurang istirahat,” tuturnya.

Pada musim pancaroba ataupun musim hujan, para orangtua perlu mewaspadai merebaknya berbagai penyakit yang disebabkan virus, seperti influenza dan demam berdarah dengue (DBD). Penyakit lain, seperti diare, juga biasanya muncul.

Demam berdarah
Menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bakti Pulungan, salah satu penyakit tropis yang kerap dialami anak-anak adalah DBD. Meski cara pencegahan dan pengobatannya sudah diketahui, masalah DBD tidak pernah selesai. Dari tahun ke tahun, kasus masih banyak terjadi.

Terkait hal tersebut, pemimpin negara hingga kepala daerah level kabupaten atau kota diharapkan berpihak pada kesehatan masyarakat. Komitmen pemimpin nasional dan daerah pada upaya pencegahan dan pengendalian akan menjadi dasar kebijakan yang diambil untuk mengendalikan penyakit. Jadi, capaian di bidang kesehatan seharusnya menjadi indikator keberhasilan pembangunan.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, pada 2015 ada 126.646 kasus DBD dengan angka kematian 1.231 orang. Pada Januari-Februari 2016, kasus DBD mencapai 8.487 pasien dengan jumlah kematian 108 jiwa.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang mengatakan, Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak vektor penular penyakit. Beberapa penyakit yang umumnya muncul saat pancaroba dan menyerang anak-anak antara lain DBD, leptospirosis, dan diare.

Curah hujan tinggi, perubahan suhu dan kelembaban udara, serta perilaku hidup bersih dan sehat memengaruhi penularan penyakit. Karena itu, upaya kewaspadaan dini dan pencegahan penting dilakukan.

Sakit pada anak umumnya diawali dengan demam sebagai respons pertahanan tubuh terhadap penyebab penyakit. Saat menghadapi pasien anak yang demam di satu tempat, dokter harus memiliki pengetahuan terkait endemisitas penyakit di daerah kerjanya. Dengan demikian, ketika menghadapi pasien demam, ia memiliki kecurigaan pada penyakit tertentu.

Selain kemampuan diagnosis tenaga medis, hal kunci dalam mengatasi berbagai penyakit infeksi berawal dari pola hidup sehat dalam keluarga. Istirahat yang cukup dan asupan makanan bergizi seimbang menjadi cara jitu menjaga daya tahan tubuh pada anak. (ADH)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul “Perhatikan Asupan Gizi dan Istirahat Cukup”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB