Kesadaran untuk ”Selaras Alam” Rendah

- Editor

Kamis, 26 September 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk hidup ”selaras alam” masih rendah. Salah satu penyebabnya, sebagian besar produk yang tersedia mengandung zat kimia sehingga membentuk budaya konsumsi tidak sehat.

”Masyarakat tidak memiliki banyak alternatif pilihan,” ujar Ketua Komunitas Organik Indonesia Christopher Emille Jayanata dalam acara ”Pre Press Conference Organic and Healthy Expo of Indonesia 3”, Selasa (24/9), di Jakarta.

Christopher menyatakan, banyak makanan mengandung pemanis buatan atau bumbu masak (monosodium glutamate/MSG), terutama jajanan anak. ”Itu sebenarnya racun,” katanya.

Selain itu, banyak peternak ayam memberikan berbagai macam suntikan, obat, dan pakan mengandung bahan kimia untuk memperbesar ukuran ayam. Saat dikonsumsi, daging ayam menjadi berbahaya bagi kesehatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat umumnya mengandung pestisida yang disemprotkan untuk mencegah hama. Hal itu bisa menimbulkan kanker.

Dokter ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Saptawati Bardosono, yang dihubungi secara terpisah menuturkan, secara teori bahan kimia berbahaya yang terkandung pada makanan menyebabkan penyakit. Namun, belum ada penelitian yang membuktikan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dampak bahan kimia itu.

Saptawati menuturkan, untuk mendapatkan kualitas hidup yang sehat perlu mengonsumsi makanan organik. Namun, kondisi ekonomi masyarakat yang relatif rendah menyebabkan belum semua mampu mengonsumsi makanan organik yang mahal.

Jalan keluar, kata Saptawati, memberikan edukasi kepada masyarakat. Contoh sederhananya, sebelum dikonsumsi, buah atau sayuran harus dicuci untuk menghilangkan pestisida. Banyak minum dan berolahraga untuk mengeluarkan racun dari tubuh.

Marjuki (59), warga Srengseng, Jakarta Barat, menuturkan, sulit menemukan bahan makanan yang tak mengandung bahan kimia berbahaya. ”Beras dan sayuran di pasar mengandung bahan kimia. Saya dan keluarga tidak memiliki pilihan lain. Apa boleh buat, kami konsumsi yang ada saja,” ujarnya. (K13)

Sumber: Kompas, 25 September 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB