Kerja Sama Internasional bagi Perguruan Tinggi

- Editor

Rabu, 14 September 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Harus diakui, kualitas perguruantinggi(PT) di Indonesia, baik negeri maupun swasta,masih tergolong menengah ke bawah. Paling tidak hal ini terlihat dari daftar rangking universitas kelas dunia.

Sebagian besar PT di Indonesia tidak bernomor.Hanya sejumlah PT yang masuk di dalam daftar rangking (SINDO,7/9). Kalau dikaitkan dengan perekonomian Indonesia, hal itu berparalel. GDP per kapita Indonesia masih tergolong menengah ke bawah, meskipun dilihat dari GDP secara nasional sudah masuk G-20.

Di balik ratarata kualitas PT yang masih menengah ke bawah,sudah ada sejumlah PT yang sudah tergolong menengah atas.Tetapi, jumlahnya masih terlalu kecil. Untuk meningkatkan kualitas, sejumlah PT telah berupaya melakukan lompatanlompatan menuju PT berkelas dunia (world class university).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mereka aktif melakukan perbaikan- perbaikan, baik yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan, penelitian, maupun tenaga pendidik dan kependidikan. Sejumlah PT itu berusaha menempuh apa yang telah,sedang,dan akan dilakukan PT yang sudah berkelas dunia, khususnya di negara-negara maju.

Di antara strategi menuju world class university adalah melakukan kerja sama dengan PT di luar negeri yang sudah masuk word class university. Dari PT demikian, PT di Indonesia banyak belajar, baik berkaitan dengan kurikulum maupun pengelolaan kelembagaannya.

Fenomena Global

Kalau kita cermati, fenomena kerja sama internasional semacam itu bukan hanya terjadi di Indonesia dan di negaranegara lain yang sedang berusaha untuk meningkatkan kualitasnya. Kerja sama internasional juga terjadi antara satu PT dari satu negara dan PT negara lain di negara-negara maju yang sudah mapan.

Yang membedakan adalah kerja sama internasional yang dilakukan PT di negara-negara maju lebih didasarkan pada upaya untuk memperkokoh kualitas. Sementara yang dilakukan PT di negara-negara sedang berkembang lebih pada upaya untuk memperoleh pengakuan. Sebagai institusi yang belakangan juga disebut sebagai industri pengetahuan (knowledge industry) banyak PT di negara-negara maju menyadari bahwa mereka tidak mungkin berdiri sendiri tanpa membangun jaringan dengan yang lain.

Paling tidak ada tiga alasan untuk melakukan hal ini. Pertama, ilmu pengetahuan dan teknologi itu bercorak akumulatif, terus berkembang,dan saling melengkapi.Melalui kerja sama atau ada networking dengan yang lain, dimungkinkan ada percepatan akumulasi itu. Kedua, di antara para pengguna PT terdapat sekelompok orang yang memiliki mobilitas geografis yang relatif tinggi.

Kerja sama antar-PT memungkinkan terwadahinya kelompok bertipe demikian. Ketiga, PT di negara-negara maju itu tentu berkepentingan untuk mempertahankan posisinya sebagai PT yang berkelas dunia. Hal ini tidak lepas dari realitas bahwa di antara poin penting dari world class university adalah karena kemampuannya untuk membangun kerja sama internasional, termasuk kemampuan untuk menerima mahasiswa dari berbagai negara.

Skema Kerja Sama Internasional

Adanya niat untuk meningkatkan kelas di dalam membangun kerja sama internasional yang dilakukan sejumlah PT di Indonesia dengan PT di luar negeri memang bisa dimaklumi. Bagaimanapun PT yang lahir belakangan atau yang masih terbatas kualitasnya harus aktif membuka diri untuk belajar dari PT yang terlebih dahulu berdiri atau yang lebih baik kualitasnya.

Yang perlu disadari adalah jangan sampai pola kerja sama semacam itu menambah budaya inferior yang banyak dimiliki bangsa Indonesia. Pola kerja sama semacam itu, kalau diteruskan, hanya akan memperkokoh kultur dominasi dari negaranegara maju ke negara-negara sedang berkembang.

Sebaliknya, negara-negara berkembang seperti Indonesia terus mengalami ketergantungan. Kerja sama internasional yang perlu dikembangkan dan menjadi sasaran di masa depan adalah kerjasama yang didasari keinginan untuk berbagi,saling menguntungkan satu sama lain atau interdependensi.

Dalam kondisi demikian,PT dari Indonesia yang melakukan kerja sama dengan PT di luar negeri bukan hanya belajar, melainkan juga menjadi tempat belajar dari universitas yang diajak kerja sama tersebut. Sebagai regulator,pemerintah sudah membuat panduan menuju pola kerja sama semacam itu, sebagaimana terlihat di dalam Permendiknas Nomor 26 Tahun 2007.

Disebutkan bahwa kerja sama internasional yang dilakukan PT Indonesia dengan PT di negara lain didasari oleh prinsip ‘kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan’. Skema kerja sama internasional yang bisa dilakukan pun sangat beragam, mencakup: kontrak manajemen, program kembaran, program gelar ganda (dual degree), program pemindahan kredit, tukar menukar dosen dan/atau mahasiswa dalam kegiatan akademik, pemanfaatan bersama sumber daya dalam kegiatan akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Bisa juga di bidang penerbitan bersama karya ilmiah, penyelenggaraan bersama pertemuan ilmiah atau kegiatan ilmiah lain, dan bentuk kerja sama lain yang dianggap perlu untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi. Memang,dilihat dari cakupan skema semacam itu, yang memiliki peluang melakukan kerja sama adalah PT yang sudah relatif mapan seperti UI, ITB,UGM,Unair, ITS, dan sejumlah PT lain.

Di PT demikian, selain sudah memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dari yang kain, juga terdapat SDM yang relatif berkualitas.Bagaimanapun PT terkemuka dunia juga tidak ingin memiliki partner yang berkualitas jauh lebih rendah. Meskipun demikian, PT yang belum mampu melakukannya bisa menjadikan skema semacam itu sebagai tantangan untuk meningkatkan kualitasnya.

Di antara strateginya adalah membangun kerja sama berdasarkan simpul-simpul keunggulan yang dimiliki. Diharapkan, ketika banyak PT di Indonesia yang berlomba- lomba melakukan kerja sama internasional, ketika itu pula terdapat pintu-pintu yang lebih banyak lagi yang dibuka bagi lebih banyaknya PT di Indonesia yang berkelas dunia. Semoga.

KACUNG MARIJAN Guru Besar Universitas Airlangga, Staf Ahli di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)

Sumber: Koran Sindo, 14 September 2011

Kerja Sama Internasional bagi Perguruan Tinggi PDF Print
Wednesday, 14 September 2011
Harus diakui, kualitas perguruantinggi(PT) di Indonesia, baik negeri maupun swasta,masih tergolong menengah ke bawah. Paling tidak hal ini terlihat dari daftar rangking universitas kelas dunia.
Sebagian besar PT di Indonesia tidak bernomor.Hanya sejumlah PT yang masuk di dalam daftar rangking (SINDO,7/9). Kalau dikaitkan dengan perekonomian Indonesia, hal itu berparalel. GDP per kapita Indonesia masih tergolong menengah ke bawah, meskipun dilihat dari GDP secara nasional sudah masuk G-20.
Di balik ratarata kualitas PT yang masih menengah ke bawah,sudah ada sejumlah PT yang sudah tergolong menengah atas.Tetapi, jumlahnya masih terlalu kecil. Untuk meningkatkan kualitas, sejumlah PT telah berupaya melakukan lompatanlompatan menuju PT berkelas dunia (world class university).
Mereka aktif melakukan perbaikan- perbaikan, baik yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan, penelitian, maupun tenaga pendidik dan kependidikan. Sejumlah PT itu berusaha menempuh apa yang telah,sedang,dan akan dilakukan PT yang sudah berkelas dunia, khususnya di negara-negara maju.
Di antara strategi menuju world class university adalah melakukan kerja sama dengan PT di luar negeri yang sudah masuk word class university. Dari PT demikian, PT di Indonesia banyak belajar, baik berkaitan dengan kurikulum maupun pengelolaan kelembagaannya.
Fenomena Global 
Kalau kita cermati, fenomena kerja sama internasional semacam itu bukan hanya terjadi di Indonesia dan di negaranegara lain yang sedang berusaha untuk meningkatkan kualitasnya. Kerja sama internasional juga terjadi antara satu PT dari satu negara dan PT negara lain di negara-negara maju yang sudah mapan.
Yang membedakan adalah kerja sama internasional yang dilakukan PT di negara-negara maju lebih didasarkan pada upaya untuk memperkokoh kualitas. Sementara yang dilakukan PT di negara-negara sedang berkembang lebih pada upaya untuk memperoleh pengakuan. Sebagai institusi yang belakangan juga disebut sebagai industri pengetahuan (knowledge industry) banyak PT di negara-negara maju menyadari bahwa mereka tidak mungkin berdiri sendiri tanpa membangun jaringan dengan yang lain.
Paling tidak ada tiga alasan untuk melakukan hal ini. Pertama, ilmu pengetahuan dan teknologi itu bercorak akumulatif, terus berkembang,dan saling melengkapi.Melalui kerja sama atau ada networking dengan yang lain, dimungkinkan ada percepatan akumulasi itu. Kedua, di antara para pengguna PT terdapat sekelompok orang yang memiliki mobilitas geografis yang relatif tinggi.
Kerja sama antar-PT memungkinkan terwadahinya kelompok bertipe demikian. Ketiga, PT di negara-negara maju itu tentu berkepentingan untuk mempertahankan posisinya sebagai PT yang berkelas dunia. Hal ini tidak lepas dari realitas bahwa di antara poin penting dari world class university adalah karena kemampuannya untuk membangun kerja sama internasional, termasuk kemampuan untuk menerima mahasiswa dari berbagai negara.
Skema Kerja Sama Internasional 
Adanya niat untuk meningkatkan kelas di dalam membangun kerja sama internasional yang dilakukan sejumlah PT di Indonesia dengan PT di luar negeri memang bisa dimaklumi. Bagaimanapun PT yang lahir belakangan atau yang masih terbatas kualitasnya harus aktif membuka diri untuk belajar dari PT yang terlebih dahulu berdiri atau yang lebih baik kualitasnya.
Yang perlu disadari adalah jangan sampai pola kerja sama semacam itu menambah budaya inferior yang banyak dimiliki bangsa Indonesia. Pola kerja sama semacam itu, kalau diteruskan, hanya akan memperkokoh kultur dominasi dari negaranegara maju ke negara-negara sedang berkembang.
Sebaliknya, negara-negara berkembang seperti Indonesia terus mengalami ketergantungan. Kerja sama internasional yang perlu dikembangkan dan menjadi sasaran di masa depan adalah kerjasama yang didasari keinginan untuk berbagi,saling menguntungkan satu sama lain atau interdependensi.
Dalam kondisi demikian,PT dari Indonesia yang melakukan kerja sama dengan PT di luar negeri bukan hanya belajar, melainkan juga menjadi tempat belajar dari universitas yang diajak kerja sama tersebut. Sebagai regulator,pemerintah sudah membuat panduan menuju pola kerja sama semacam itu, sebagaimana terlihat di dalam Permendiknas Nomor 26 Tahun 2007.
Disebutkan bahwa kerja sama internasional yang dilakukan PT Indonesia dengan PT di negara lain didasari oleh prinsip ‘kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan’. Skema kerja sama internasional yang bisa dilakukan pun sangat beragam, mencakup: kontrak manajemen, program kembaran, program gelar ganda (dual degree), program pemindahan kredit, tukar menukar dosen dan/atau mahasiswa dalam kegiatan akademik, pemanfaatan bersama sumber daya dalam kegiatan akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
 Bisa juga di bidang penerbitan bersama karya ilmiah, penyelenggaraan bersama pertemuan ilmiah atau kegiatan ilmiah lain, dan bentuk kerja sama lain yang dianggap perlu untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi. Memang,dilihat dari cakupan skema semacam itu, yang memiliki peluang melakukan kerja sama adalah PT yang sudah relatif mapan seperti UI, ITB,UGM,Unair, ITS, dan sejumlah PT lain.
Di PT demikian, selain sudah memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dari yang kain, juga terdapat SDM yang relatif berkualitas.Bagaimanapun PT terkemuka dunia juga tidak ingin memiliki partner yang berkualitas jauh lebih rendah. Meskipun demikian, PT yang belum mampu melakukannya bisa menjadikan skema semacam itu sebagai tantangan untuk meningkatkan kualitasnya.
Di antara strateginya adalah membangun kerja sama berdasarkan simpul-simpul keunggulan yang dimiliki. Diharapkan, ketika banyak PT di Indonesia yang berlomba- lomba melakukan kerja sama internasional, ketika itu pula terdapat pintu-pintu yang lebih banyak lagi yang dibuka bagi lebih banyaknya PT di Indonesia yang berkelas dunia. Semoga.? KACUNG MARIJAN Guru Besar Universitas Airlangga, Staf Ahli di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB