Awal Tahun 2018, “Skytrain” Terkoneksi dengan KA Bandara
Kereta layang tanpa awak di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, mulai beroperasi, Minggu (17/9). Pada tahap awal, kereta berkapasitas 176 penumpang itu baru melayani sebagian dari keseluruhan jaringan yang ditargetkan.
Selain hanya mengoperasikan satu dari tiga kereta yang tersedia, saat ini kereta tanpa awak yang lebih dikenal dengan sebutan skytrain ini baru menghubungkan Terminal 2 dengan Terminal 3, sepanjang 1,7 kilometer, dan sebaliknya. Selain itu, dari dua jalur yang disiapkan, baru satu jalur yang aktif digunakan.
Waktu pengoperasian masih dibatasi, yakni pukul 07.00-09.00, pukul 12.00-14.00, dan pukul 17.00-19.00. Waktu tempuh lima menit dan waktu tunggu 15 menit. Sementara kecepatan kereta yang diatur sesuai ketetapan dari Kementerian Perhubungan adalah 30 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ke depan, kereta buatan PT LEN Industri (Persero) dan Woojin asal Korea Selatan ini akan beroperasi secara normal dan penuh pada akhir 2017. Saat itu, tiga kereta ditargetkan beroperasi dengan menggunakan dua jalur yang terkoneksi dari Terminal 1, 2, dan 3.
Selanjutnya, pada awal 2018, jaringan ini akan terintegrasi dengan stasiun kereta bandara (rute Manggarai-Bandara Soekarno-Hatta).
“Ini masih pengoperasian tahap awal sampai akhir tahun. Kami berharap saat peak season nanti, pada akhir tahun, semua kereta sudah beroperasi 100 persen,” kata Vice President Electrical & Mechanical Engineering PT Angkasa Pura II M Putra Pariadi di stasiun skytrain lantai 2 Terminal 3, Minggu.
Skytrain ini adalah moda transportasi kereta tanpa awak pertama di Indonesia. Pembangunan lintasan dan shelter dilakukan PT Wijaya Karya Tbk dan PT Indulexco. Skytrain ini merupakan hasil sinergi tiga BUMN, yakni Angkasa Pura II, LEN Industri, dan Wijaya Karya.
Pada tahap awal, pengoperasian kereta ini masih melibatkan pengemudi. Hal ini merupakan bagian dari sosialisasi kepada publik. Selanjutnya, kereta itu akan beroperasi tanpa awak pada akhir tahun ini.
Kereta ini akan menghubungkan Terminal 3, Terminal 2, stasiun kereta bandara, dan Terminal 1 dengan total lintasan dual track sepanjang 3 kilometer. Saat beroperasi penuh, waktu tunggu kereta lima menit dengan total waktu tempuh tujuh menit.
Menurut rencana, kata Putra, tahun depan setelah kereta tanpa awak ini terkoneksi dengan kereta bandara, akan ada penambahan tiga kereta lagi untuk melengkapi layanan sistem integrasi perpindahan penumpang. Jika enam kereta sudah beroperasi, waktu tunggu kereta diharapkan hanya tiga menit.
Sambut Asian Games
Kereta ini beroperasi setelah Kementerian Perhubungan melakukan sejumlah verifikasi terkait keselamatan, keamanan, dan pelayanan. Kemudian diterbitkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 841 Tahun 2017 tentang Izin Operasi Perkeretaapian Khusus kepada PT Angkasa Pura II (Persero).
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, peresmian skytrain bertepatan dengan Hari Perhubungan Nasional.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin (kedua dari kiri) mendampingi Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (ketiga dari kiri) mencoba kereta layang (skytrain) seusai diresmikan penggunaannya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (17/9). Pada tahap awal, skytrain melayani penumpang bolak-balik antara Terminal 2 dan Terminal 3 saja.
“Skytrain ini moda transportasi publik modern yang belum pernah ada sepanjang sejarah di Indonesia. Ini menandakan, dunia transportasi nasional terus berkembang demi peningkatan pelayanan kepada masyarakat,” kata Awaluddin.
Ia berharap kehadiran kereta tanpa awak ini dapat menjadi inisiator perkembangan moda transportasi di Indonesia. “Pengoperasian skytrain ini juga merupakan salah satu persiapan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam menyambut Asian Games 2018,” ujarnya.
Saat meresmikan pengoperasian kereta ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, skytrain merupakan kebanggaan bagi dunia transportasi Indonesia. Menteri BUMN Rini M Soemarno menambahkan, ini merupakan wujud dari komitmen pemerintah dalam membangun negeri melalui sinergi BUMN.
Laila Hanim (46), warga Tebet, berharap koneksi kereta ini dengan kereta bandara segera terealisasi sesuai yang dijanjikan. “Kalau lewat jalan tol, enggak terukur bisa tiba pukul berapa di bandara. Kalau tiba-tiba macet, berabe. Makanya, kalau ada kereta api dan kereta ini (skytrain), perjalanan lebih cepat dan tepat waktu,” katanya. (PIN/ARN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 September 2017, di halaman 22 dengan judul “Kereta Tanpa Awak Belum Beroperasi Penuh”.