PENINGKATAN aktivitas roda perekonomian masyarakat, menuntut adanya kenaikan mobilitas penduduk dari satu tempat ke tempat lain, baik itu dalam kota maupun antarkota. Kota-kota yang menjadi sentral ekonomi umumnya mempunyai mobilitas yang jauh lebih tinggi, ditambah adengan populasi penduduk yang tinggi semakin menambah tingkat mobilitas warganya. Mobilitas yang tinggi ini, khususnya di Pulau Jawa dengan kepadatan penduduknya sangat tinggi, menuntut adanya sistem transportasi yang bisa membawa banyak penumpang secara bersamaan dan tentunya juga memberikan kenyamanan dan keamanan.
Kereta api telah menjadi alat transportasi utama yang dapat mengangkut banyak penumpang, baik untuk tujuan jarak jauh antarkota, maupun untuk tujuan jarak dekat berjenis kereta komuter. Dan ke depan, kereta api akan terus ditingkatkan peranannya sebagai transportasi yang efektif, cepat dan nyaman.
Namun demikian, kondisi saat ini, terutama pada waktu-waktu tertentu, seperti musim liburan, kapasitas kereta api seringkali tidak dapat menampung lonjakan penumpang yang begitu tinggi. Termasuk juga kereta api jenis komuter, seperti di Jabodetabek yang menjadi sangat penuh pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari, sehingga penumpang pun meluber sampai di atap kereta. Hal ini tentunya sangat membahayakan para penumpang, karena risiko kecelakaan akan sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk meningkatkan kapasitas kereta api, salah satu cara inovatif yang dapat ditempuh adalah dengan me-ngembangkan kereta api bertingkat dua atau yang lebih dikenal dengan kereta api double decker. Prinsip desain kereta ini adalah membagi kereta menjadi dua tingkat, bagian atas dan bawah.
Sangat Menguntungkan
Dengan prinsip ini, maka akan ada peningkatan kapasitas penumpang hampir dua kali lipat tanpa perlu menambah panjang gerbong kereta. Hal ini akan sangat menguntungkan, karena tidak menambah panjang rangkaian kereta api, yang artinya tidak perlu menambah panjang stasiun, tidak menambah waktu tunggu di persilangan dengan jalan raya, dan juga tidak perlu menambah jalur rel baru yang disebabkan karena adanya penambahan keberangkatan kereta.
Desain ini pun tidak menambah secara signifikan ketinggian kereta api, karena hanya memanfaatkan bagian bawah kereta api, di mana selama ini kereta api didesain agak tinggi sehingga ada ruang bagian bawah yang masih bisa dimanfaatkan. Kereta jenis ini masih bisa dijalankan menggunakan lintasan rel yang ada tanpa perlu membangun rel baru ataupun membersihkan bagian atas sepanjang lintasan rel. Karena kereta ini hanya mengubah susunan gerbong menjadi dua tingkat.
Dari sisi performa dan kenyamanan pun nyaris tidak ada perbedaan. Tingkat kecepatan pun sama dengan kereta pada umumnya. Pintu gerbong juga didesain pada level yang sama dengan kereta konvensional, sehingga tidak perlu mengubah ketinggian platform di stasiun.
Banyak negara telah mengembangkan dan menjalankan kereta jenis ini, seperti Jepang, India dan beberapa negara Eropa. Bahkan di Jepang, gerbong ini digandengkan pada kereta komuter menjadi gerbong kelas satu dengan kenyamanan yang tentunya menjadi nilai jualnya. Tiap-tiap negara mengembangkan desain yang agak berbeda, tetapi secara prinsip tetap sama, yaitu membagi gerbong menjadi dua tingkat.
Indonesia yang saat ini sudah mempunyai industri kereta api, dalam hal ini PT Inka tentunya tidak akan mengalami kesulitan untuk membangun kereta jenis ini. Berbasiskan tenaga-tenaga ahli di perusahaan tersebut dan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber daya lokal yang ada, tentunya akan menambah tingkat kompetitif produk ini. Harapannya kereta api jenis ini akan banyak berseliweran di sepanjang lintasan rel yang ada di Indonesia.
Tujuan jangka panjang tentunya dapat terbangun sistem transportasi massal yang terpadu dan terintegrasi di negara kita, sehingga memberikan kemudahan mobilitis penduduknya, dan pada akhirnya aktivitas perekonomian menjadi semakin lancar. Tujuan utama, terjadinya peningkatan kemakmuran ekonomi bangsa yang didukung ketangguhan infrastruktur transportasinya, akan segera terwujud. (24)
M Syamsiro, pengajar di Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta, saat ini tinggal di Tokyo.
Sumber: Suara Merdeka, 20 Juni 2011