Remis atau kerang yang hidup di dasar perairan, baik sungai, rawa, atau pantai, selama ini dikenal mengandung banyak polutan, termasuk logam berat, sehingga tidak layak dikonsumsi. Namun, studi terbaru menunjukkan kerang itu juga jadi penyerap yang baik untuk aneka bahan obat.
Studi Institut Puget Sound (PSI), Universitas Washington di Tacoma, Amerika Serikat menunjukkan remis Mytilus trossulus yang ditemukan di sekitar area pelabuhan Seattle dan Bremerton, AS, mengandung opioid, yaitu obat pereda rasa sakit yang bekerja pada sistem saraf.
PHYS.ORG/JANNE KIM GITMARK, NIVA–Kerang dari perairan dasar
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
M trossulus termasuk dalam satu keluarga dengan kerang hijau Perna viridis yang mudah ditemukan di sekitar Jakarta. Kedua spesies itu masuk dalam keluarga Mytilidae.
Kerang dari perairan dasar di wilayah perkotaan itu tak disarankan untuk dikonsumsi karena sifatnya mampu menyaring air saat memburu bakteri dan alga mikroskopik untuk makanannya. Kemampuannya menyaring air itu membuatnya menjadi penyerap yang baik untuk aneka bahan kimia dan polutan di sekitarnya. Karena itu, remis sering dijadikan penanda untuk mendeteksi tingkat pencemaran suatu wilayah.
Wilayah tak tercemar
“Anda tidak ingin mengumpulkan dan memakan kerang yang berasal dari perairan perkotaan ini,” kata peneliti PSI Andy James, sebagaimana dikutip dalam Livescience, Jumat (25/5/2018) . Kerang di dasar perairan yang untuk dikonsumsi biasanya dibudidayakan atau diambil dari wilayah yang tidak tercemar hingga aman untuk dimakan.
Petugas menunjukkan sampah kerang hijau di Desa Mallasoro, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (31/8/2016). Kerang tersebut diduga menjadi sumber keracunan yang mengakibatkan 63 warga Mallasoro dirawat di sejumlah puskesmas dan rumah sakit.
Kompas/Mohamad Final Daeng
Opioid itu dideteksi dengan memanfaatkan remis yang belum terkontaminasi yang dilepaskan ke wilayah sekitar pelabuhan Seattle dan Bremerton, AS. Pelepasan remis itu dilakukan oleh Departemen Perikanan dan Kehidupan Liar Washington (WDFW), AS.
Sekitar 2-3 bulan berikutnya, peneliti PSI meneliti jaringan kerang untuk mendeteksi tingkat pencemaran perairan sekitarnya. Hasilnya, peneliti justru menemukan kandungan oksikodon opioid pada 3 lokasi dari 18 lokasi yang diuji. Oksikodon opioid adalah salah satu jenis opioid, obat keras yang bisa diresepkan dokter secara terbatas. Obat tipe ini mempunyai khasiat dan efek samping mirip dengan morfin.
Opioid itu kemungkinan berasal dari pabrik pengolahan air limbah di sekitar wilayah perairan itu. Meskipun sudah disaring, air limbah tetap bisa mengandung polutan, termasuk opioid. Opioid itu diduga berasal sisa-sisa obat yang dikonsumi manusia dan sisanya terbuang melalui toilet.
“Temuan keberadaan opioid ini menunjukkan banyak orang di daerah itu yang mengonsumsi obat-obatan, “ kata ahli biologi dari Departemen Perikanan dan Kehidupan Liar Washington (WDFW) Jennifer Lanksburry.
Temuan keberadaan opioid ini menunjukkan banyak orang di daerah itu yang mengonsumsi obat-obatan.
Meski demikian, James mencatat kandungan opioid di kerang itu jauh lebih rendah daripada dosis terapeutik yang digunakan pada manusia. Dengan demikian, kondisi itu diharapkan tidak akan mengganggu kehidupan kerang ke depannya karena kerang itu tak memiliki kemampuan memecah material obat.–M ZAID WAHYUDI
Sumber: Kompas, 28 Mei 2018