Kemampuan Laut Menyerap Karbon Dioksida Berkurang

- Editor

Rabu, 8 April 2020 - 13:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Daya Tarik Wisata Bawah Laut Nabire - Penyelam memotret koral di titik penyelaman  Tanjung Mangguar, Kabupaten Nabire, Papua, Senin  (14/7). Selain memiliki sejumlah titik penyelaman dengan keindahan alam bawah laut yang masih terjaga, Kabupaten Nabire juga mempunyai daya tarik wisata berupa hiu paus (Rhincodon typus) yang terus dilestarikan keberadaannya.

Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)
14-07-2017

Ekspedisi Jelajah Koral

Daya Tarik Wisata Bawah Laut Nabire - Penyelam memotret koral di titik penyelaman Tanjung Mangguar, Kabupaten Nabire, Papua, Senin (14/7). Selain memiliki sejumlah titik penyelaman dengan keindahan alam bawah laut yang masih terjaga, Kabupaten Nabire juga mempunyai daya tarik wisata berupa hiu paus (Rhincodon typus) yang terus dilestarikan keberadaannya. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA) 14-07-2017 Ekspedisi Jelajah Koral

Studi menemukan penurunan efisiensi lapisan perairan Samudra Atlantik Utara dalam menyerap karbon dioksida dan emisi gas rumah kaca.

–Topan Florence bergolak di Samudra Atlantik dan bergerak menuju pantai timur Amerika Serikat, seperti terlihat dari Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS), Senin (10/9/2018).

Tim peneliti dari University Of British Columbia, the Bermuda Institute of Ocean Sciences (BIOS), the French Institute for Ocean Science pada University of Brest, dan the University of Southampton baru-baru ini memublikasikan hasil analisis pada massa air di Samudra Atlantik Utara di jurnal Nature Climate Change.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mereka menemukan penurunan efisiensi lapisan perairan setempat dalam menyerap karbon dioksida dan emisi gas rumah kaca.

”Laut berperan penting untuk melindungi bumi dari perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida dan panas pada permukaan serta meneruskannya ke laut dalam yang memerangkapnya sangat lama,” kata Sam Stevens, kandidat doktor pada University of British Columbia dan ketua tim penulis pada Sciencedaily, 6 April 2020.

”Mempelajari perubahan dalam struktur lautan dunia dapat memberi kita wawasan penting tentang proses ini dan bagaimana lautan menanggapi perubahan iklim,” katanya.

Pada satu lapisan tertentu di Samudra Atlantik Utara, terdapat massa air yang disebut North Atlantic Subtropical Mode Water (STMW) yang amat efisien dalam menarik karbon dioksida dari atmosfer.

Hal itu mewakili 20 persen dari seluruh penyerapan karbon dioksida yang berada di pertengahan lintang utara Atlantik dan merupakan cadangan nutrisi penting bagi fitoplankton—basis rantai makanan laut—di permukaan laut.

Pemanasan signifikan
Dengan menggunakan data dari dua program penelitian samudra terlama di dunia—the Bermuda Atlantic Time-series Study (BATS) Program and Hydrostation ’S’, tim menemukan 93 persen STMW telah hilang pada satu dekade terakhir. Kehilangan ini ditambah dengan pemanasan signifikan dari STMW yang mencapai 0,5-0,71 derajat celsius.

”Meskipun beberapa kerugian STMW diperkirakan karena kondisi atmosfer yang berlaku dalam dekade terakhir, hal itu tidak menjelaskan besarnya kerugian yang telah kami catat,” kata Profesor Nick Bates, ilmuwan senior BIOS dan peneliti utama Program BATS.

”Kami menemukan bahwa kehilangan itu berkorelasi dengan berbagai indikator perubahan iklim, seperti peningkatan kadar panas permukaan laut,” ungkapnya. Hal itu menunjukkan pemanasan laut mungkin telah berperan dalam pembentukan STMW yang berkurang pada dekade terakhir.

Temuan tersebut menguraikan hubungan yang mengkhawatirkan di mana pemanasan laut membatasi pembentukan STMW dan mengubah anatomi Atlantik Utara. Hal itu diibaratkan sebagai wastafel yang kurang efisien sebagai ”pembuangan” panas dan karbon dioksida.

”Ini adalah contoh baik tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi siklus alami di lautan,” kata Stevens yang menjadi teknisi penelitian BATS dari 2014 hingga 2017 sebelum memulai pekerjaan doktoralnya yang memanfaatkan pekerjaan yang ia lakukan dengan BATS/BIOS.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 7 April 2020

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB