Kelas Internasional Tumbuh

- Editor

Kamis, 30 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perbaiki Terlebih Dahulu Mutu dan Pelayanan Pendidikan
Perguruan tinggi negeri kian banyak membuka kelas internasional. Selain menggaet mahasiswa asing, mahasiswa dalam negeri tertarik mengikuti kelas itu, meskipun biaya lebih besar. Namun, pembukaan kelas itu diharapkan didahului peningkatan kualitas pendidikan dan tidak mendiskriminasi pelayanan pendidikan.

Berdasarkan data kantor hubungan masyarakat Universitas Indonesia (UI), ada 14 program studi dengan kelas khusus internasional (KKI), seperti Ilmu Ekonomi, Akuntansi, Psikologi, dan Ilmu Komunikasi. Kepala Kantor Humas UI Rifelly Dwi Astuti mengungkapkan, jumlah mahasiswa asing kini sepuluh kali lebih banyak daripada awal tahun 2000-an. Ada 104 mahasiswa asing dengan berbagai program. “Penyumbang pertambahan mahasiswa asing memang KKI,” katanya.

Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Fakultas Teknik (FT) UI, Muhamad Asvial, mengatakan, FT merupakan fakultas pertama yang menerapkan KKI tahun 1999 melalui kerja sama dengan Universitas Teknologi Queensland dari Australia. Perkuliahan sebagian di Indonesia dan universitas di negara rekanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk KKI di FT, uang masuk sebesar Rp 25 juta dan uang per semester Rp 20 juta. Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), uang masuk Rp 30 juta dan biaya per semester Rp 28 juta. Di samping itu, mahasiswa membayar uang kuliah dalam dollar Australia ketika berkuliah di negara lain. Untuk prodi-prodi FT di Australia, biaya per semesternya 15.000 hingga 18.000 dollar Australia.

Peserta program asal Indonesia, Kevin, mengatakan, kalau dihitung, total biaya jauh lebih murah daripada kuliah penuh di Australia. Salah satu yang membedakan dari kelas lain ialah penggunaan bahasa Inggris.

Di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, program internasional untuk jenjang Strata 1 di lima fakultas, yakni Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kedokteran, serta Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. “Program internasional jenjang Strata 1 di FEB UGM sudah mendapat sertifikasi internasional,” kata Sekretaris Direktorat Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM Danang Sri Hadmoko.

Di Universitas Padjadjaran, Bandung, program studi yang sudah terakreditasi internasional menjadi daya tarik mahasiswa asing belajar di sana. “Kebanyakan mengambil rumpun kesehatan seperti Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi, atau Farmasi. Ada yang kuliah bidang sosial seperti Komunikasi,” kata Wakil Rektor I Universitas Padjadjaran Engkus Kuswarno.

Utamakan mutu
Pakar pendidikan tinggi, Djoko Santoso, menegaskan, sebelum menerima mahasiswa asing, kampus harus membenahi diri agar tidak mengecewakan mahasiswa. “Pembenahan seperti meningkatkan kualitas dosen, memperbanyak riset, dan penerbitan jurnal,” kata Djoko.

Hal serupa diungkapkan pengamat pendidikan tinggi sekaligus Guru Besar Institut Teknologi Bandung Satryo Soemantri Brodjonegoro. Selain itu, kata Satryo, standar pelayanan pendidikan harus adil. Jangan ada perlakuan berbeda untuk mahasiswa dengan jurusan sama. “Pendidikan jangan dikomersilkan. Tujuan pendidikan itu pematangan pemikiran, kepedulian, dan keadilan,” kata Satryo.

Penyelenggaraan kelas internasional belum memiliki panduan yang baku dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, karena merupakan otonomi perguruan tinggi.

“Aturan, panduan, dan definisi kelas internasional belum ada. Namun, tiap perguruan tinggi diminta mempertimbangkan pengaturan jumlah mahasiswa. Sejak 2010, mulai dikawal dan ada evaluasi,” kata Purwanto Subroto selaku Kepala Subdirektorat Kerja Sama Antar Lembaga Dikti, Direktorat Kerja Sama dan Kelembagaan, Kemristek dan Dikti.(DNE/HRS/B02/B04/CHE/ELN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 April 2015, di halaman 11 dengan judul “Kelas Internasional Tumbuh”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB