Penerapan teknologi kecerdasan buatan bagi sejumlah sektor seperti perbankan dan telekomunikasi di Indonesia menjadi suatu keniscayaan. Salah satunya adalah kecerdasan buatan berbasis percakapan. Penerapan tersebut kini menimbulkan pertanyaan perihal eksistensi pekerja di kalangan customer service.
CEO dan Co-Founder Kata.ai, Irzan Raditya, mengatakan, saat ini, teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah banyak dikembangkan di berbagai sektor. Salah satunya adalah sektor perbankan.
Teknologi AI pada perbankan tak hanya berkaitan dengan kebutuhan profiling nasabah melalui Big Data. Namun, mereka kini juga tengah mengembangkan layanan chatbot, yaitu kecerdasan buatan berbasis percakapan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
FAJAR RAMADHAN UNTUK KOMPAS–Diskusi Panel dengan judul Filling The Gap Between Brand and Customer with Right Content berlangsung di Soehanna Hall, The Energy, Jakarta, Selasa (5/12/2018).
“Setidaknya ada tiga perbankan yang sudah bekerja sama dengan kami untuk mengembangkan chatbot. Mereka adalah Bank BRI, CIMB Niaga dan Trust Bank,” kata Irzan saat ditemui pada acara Interact 2018 di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Irzan menambahkan, sektor telekomunikasi, juga sudah ada tiga operator seluler yang menggunakan layanan chatbot. Mereka adalah Telkomsel, Indosat, dan Tri.
Melalui chatbot, pelanggan bisa berinteraksi dan menanyakan keluhan seputar pelayanan yang diberikan. Semakin sering hal yang sama ditanyakan, chatbot akan semakin fasih memberikan solusi.
FAJAR RAMADHAN UNTUK KOMPAS–Tampilan Chatbots
Hal ini lantas membuat beban kerja customer service di sebuah perusahaan menjadi ringan. Kerja admin dalam bisnis retail juga bisa ditangani oleh chatbot selama 24 jam.
“Di BRI dan Telkomsel misalnya, 80 persen pertanyaan pelanggan sudah ditangani oleh chatbot. Selebihnya masih ditangani oleh agen,” tambah Irzan.
Menurutnya, keberadaan AI memungkinkan adanya jenis pekerjaan yang akan tergantikan. Namun, jenis pekerjaan baru juga bisa muncul. Hal itu ia pandang sebagai suatu hal yang wajar dalam revolusi industri.
“Sepuluh tahun lalu, siapa yang menyangka ada jenis pekerjaan social media specialist atau youtuber,” katanya.
Irzan juga mencontohkan bagaimana Kata.id bisa memunculkan jenis pekerjaan baru, seperti Conversation Designer yang bertugas menyajikan tampilan chatbot. Jenis pekerjaan baru lainnya adalah Data Trainer untuk melatih AI.
FAJAR RAMADHAN UNTUK KOMPAS–CEO dan Co-Founder Kata.ai, Irzan Raditya sedang memberikan keterangannya di Jakarta, Selasa (5/12/2018).
Empati dan kreativitas
Advocacy and Referral Marketing Expert TADA, Ryan Pasaribu, mengatakan, ada dua hal yang sejauh ini tidak bisa dilakukan oleh AI. Hal itu adalah empati dan kreativitas.
“Saya kira dua hal itu yang hanya dimiliki oleh manusia. Kita harus menjadi orang yang kreatif,” ujarnya.
CEO Mindshare Indonesia and South East Asia, Himanshu Shekhar menjelaskan bahwa AI akan membantu pekerjaan dunia industri. Tapi menurutnya, manusialah yang akan terus berkreasi. AI sendiri ada berkat kreativitas dari manusia.
Menurut Irzan, salah satu sektor yang potensial untuk pengembangan AI ke depan adalah kesehatan. Mengingat, saat ini perbandingan antara dokter dan masyarakat di Indonesia cukup mencolok. AI bisa menganalisis jenis penyakit dan pola hidup masyarakat, sehingga bisa memberikan rekomendasi.
“Bisa menganalisis aktivitas kesehatan, pola makan, dan aktivitas olahraganya. Dengan begitu masyarakat bisa diarahkan untuk menjalani kehidupan dengan lebih sehat,” ujarnya. (FAJAR RAMADHAN)–ADHI KUSUMAPUTRA
Sumber: Kompas, 5 Desember 2018