Kecerdasaan Buatan Lebih Baik Mendiagnosis Kanker Paru

- Editor

Kamis, 23 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilmuwan dari Universitas Northwestern, Illinois, Amerika Serikat dan Google berhasil merancang sistem kecerdasan buatan (AI) untuk mendiagnosis kanker paru. Sistem buatan itu lebih efektif menemukan kanker paru dibanding analisis hasil pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT scan) sekali oleh ahli radiologi, namun sama efektifnya jika analisis hasil pindaian itu dilakukan beberapa kali.

Sebelum benar-benar bisa dimanfaatkan dalam tata laksana diagnosis kanker paru itu, teknologi kecerdasan buatan itu harus menjalani uji klinis terlebih dahulu. Meski demikian, para peneliti dan perekayasa itu berharap teknologi tersebut dapat meningkatkan efektivitas deteksi atau skrining kanker paru. Dengan demikian, kanker bisa dideteksi makin dini sehingga makin efektif pula pengobatan dilakukan.

KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI–Mahasiswa mengumpulkan puntung rokok dari taman Kawasan Megamas di tepi Teluk Manado, Sabtu (11/5/2019). Rokok menjadi salah satu faktor risiko yang menyebabkan kanker paru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, Senin (20/5/2019) itu berfokus pada kanker paru karena besarnya jumlah kematian akibat kanker paru dan besarnya jumlah orang yang berisiko kanker paru, terutama akibat rokok.

Data Asosiasi Paru Amerika atau American Lung Association (ALA) menyebut pada 2018 ada 154.050 kematian akibat kanker paru di AS. Jumlah kematian akibat kanker paru pada tahun itu mencapai 25 persen dari seluruh kematian akibat kanker di negara itu.

Sementara itu, data global yang dipublikasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 12 September 2018 memperkirakan ada 9,6 juta kematian pada tahun itu akibat kanker. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,76 juta kasus kematian di antaranya dipicu kanker paru. Jumlah kematian akibat kanker paru itu paling besar di antara kematian akibat kanker lainnya.

Adapun data Kementerian Kesehatan RI pada 2019 menunjukkan angka kejadian kanker di Indonesia mencapai 136,2 per 100.000 penduduk. Angka kejadian tertinggi untuk laki-laki adalah kanker paru sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 10,9 per 100.000 penduduk.

Sedangkan angka kejadian kanker tertinggi di Indonesia untuk perempuan adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 17 per 100.000 penduduk.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN–Alat CT Scan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buru di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, Jumat (11/5/2018)

Skrining
Tingginya penderita dan kematian akibat kanker paru membuat pemerintah AS merekomendasikan skrining atau deteksi pencegahan kanker paru bagi para perokok berat yang sudah merokok selama bertahun-tahun. Namun, skrining itu terkadang tidak memberi hasil yang sesuai, yaitu dianggap memiliki kanker paru padahal tidak ada, atau sebaliknya yaitu tidak mendeteksi adanya kanker paru meski sebenarnya ada kanker paru.

Karena itu, para peneliti dan perekayasa merancang kecerdasan buatan yang diharapkan bisa mengatasi berbagai kendala skrining tersebut.

Untuk membuat sistem kecerdasan buatan itu, para peneliti dan perekayasa menguji sebuah perangkat lunak komputer dengan 42.290 hasil CT scan paru-paru dari sekitar 15.000 pasien. Perangkat lunak itu hanya diperintahkan untuk mencari hasil CT scan mana yang mengandung kanker paru dan mana yang tidak memiliki kanker paru.

Hasil piranti lunak itu kemudian diuji oleh enam ahli radiologi yang sudah terbiasa dan berpengalaman dalam menganalisis hasil CT scan.

Ternyata, hasil pindaian kecerdasan buatan itu lebih efektif dibanding pemeriksaan CT scan sekali oleh para ahli radiologi atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan dokter spesialis radiologi. Namun, hasil pindaian kecerdasan buatan itu sama efektifnya dengan pemeriksaan CT scan beberapa kali oleh para ahli radiologi tersebut.

Kecerdasan buatan mampu menemukan kanker paru lebih efektif 5 persen dibanding yang dilakukan para ahli radiologi. Penggunaan kecerdasan buatan itu juga mampu mengurangi kesalahan diagnosis kanker (false-positive) sebesar 11 persen.

“Langkah setelah ini adalah menguji piranti lunak berbasis kecerdasan buatan itu melalui uji klinis,” kata Mozziyar Etemadi dari Sekolah Kedokteran Feinberg, Universitas Northwestern, AS kepada BBC, Senin (20/5/2019).

Demo Peduli Bahaya Rokok
Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Peduli Akibat Rokok (GEMPAR) berunjuk rasa di Balaikota DKI Jakarta, Senin (17/11). Mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta menindak tegas instansi Pemda DKI Jakarta yang telah membiarkan pelanggaran Perda dan Pergub tentang larangan merokok di tempat umum dan berikan sanksi tegas kepada pengelola tempat umum yang telah membiarkan orang merokok di tempat umum.
Kompas/Agus Susanto (AGS)
17-11-2008 *** Local Caption *** Demo Peduli Bahaya Rokok
Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Peduli Akibat Rokok (GEMPAR) berunjuk rasa di Balaikota DKI Jakarta, Senin (17/11). Mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta menindak tegas instansi Pemda DKI Jakarta yang telah membiarkan pelanggaran Perda dan Pergub tentang larangan merokok di tempat umum dan berikan sanksi tegas kepada pengelola tempat umum yang telah membiarkan orang merokok di tempat umum.
Kompas/Agus Susanto (AGS)
17-11-2008

KOMPAS/AGUS SUSANTO–Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Peduli Akibat Rokok (GEMPAR) berunjuk rasa di Balaikota DKI Jakarta, Senin (17/11/2008). Rokok jadi salah satu pemicu kanker paru.

Hal yang menyebabkan keunggulan kecerdasan buatan itu, lanjut Etemadi, adalah kecermatan menentukan apakah nodul atau benjolan pada paru-paru yang terlihat dalam CT scan itu jinak atau tidak. Terkadang, ahli radiologi melihat nodul itu jinak, namun kecerdasan buatan menilai sebaliknya.

Peran kecerdasan buatan itu dalam bidang kedokteran ke depan diyakini akan kian besar. Meski demikian, Etemadi tetap menilai kerja sama antara dokter spesialis radiologi dengan kecerdasan buatan dalam diagnosis kanker paru tetap penting karena akan memberikan hasil yang lebih baik kepada pasien.

Secara terpisah, Rebecca Campbell dari Riset Kanker atau Cancer Research Inggris menilai inovasi teknologi untuk diagnosis kanker itu sebagai hal yang amat menggembirakan. Kecerdasan buatan itu ke depan diyakini mampu mendiagnosis kanker lebih dini sehingga pengobatan bisa segera dilakukan dan upaya menjaga hidup pasien lebih panjang bisa dilakukan.

“Mendeteksi kanker sejak awal penting karena akan meningkatkan keberhasilan pengobatan. Itu akan menjadi cara ampuh untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien,” katanya.

Tersedianya teknologi yang lebih murah, namun tidak invasif itu akan berperan penting dalam perawatan dan pengobatan kanker. Karena itu, uji klinis penting dilakukan untuk memastikan apakah teknologi tersebut bisa diterapkan secara akurat untuk jumlah pasien yang lebih besar.–M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 23 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB