Kecepatan Leleh Es Himalaya Berlipat Dua

- Editor

Minggu, 23 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kecepatan melelehnya lapisan es di pegunungan tertinggi di dunia, Himalaya, menjadi dua kali lipat dalam 40 tahun terakhir. Hal ini diketahui dari perbandingan foto satelit yang diluncurkan Pemerintah AS sebagai satelit mata-mata di era Perang Dingin, 1975-2000 dengan foto satelit Lembaga Aeronautika dan Penerbangan AS (NASA) dan Badan Eksplorasi Ruang Angkasa Jepang (JAXA) tahun 2000-2016. Sepanjang 1970-1980, dalam program mata-mata dengan kode Hexagon itu, AS meluncurkan 20 satelit untuk memotret Bumi.

Foto-foto tersebut menunjukkan terjadinya perubahan pada lapisan es di Himalaya. Sejak tahun 2000, lapisan es berkurang 0,5 meter per tahun. Para peneliti menyimpulkan, perubahan iklim adalah penyebab utama hilangnya lapisan es di Himalaya.

NASA–Foto Satelit dari permukaan Gunung Himalaya, hasil foto satelit program NASA 1968-1972

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tim dari Columbia University meneliti 650 glasier di Himalaya di wilayah sepanjang 2.000 kilometer melalui wilayah negara-negara India, Nepal, Bhutan, dan China. Mereka menemukan bahwa antara tahun 1975-2000, sebanyak empat miliar ton es di Himalaya hilang setiap tahun. Sedangkan antara tahun 2000-2016 es yang hilang sekitar delapan miliar ton per tahun. Laporan penelitian dimuat di jurnal ilmiah Journal Science Advances

Joshua Maurer, dari Lamont-Doherty Earth Observatory Columbia University di New York, AS seperti dikutip BBC News mengatakan, “Faktanya kita melihat melelehnya es memiliki pola ruang yang serupa di banyak lapisan es dalam lusaan yang amat besar dan wilayah dengan iklim yang kompleks. Ini menunjukkan bahwa ada penyebab utama yang berdampak sama pada bentangan lapisan es.”

Muncul argumen terkait penyebab melelehnya lapisan es, sebab es di dataran yang lebih rendah lebih banyak meleleh dibandingkan es di daratan yang lebih tinggi. Sebagian peneliti menduga penyebabnya adalah polutan dari industri. Peneliti lainnya berpendapat, meskipun hal itu berkontribusi, namun penyebab utama adalah peningkatan suhu atmosfer.

Hilangnya es di Himalaya akan berdampak besar. Daerah-daerah di hilir akan mengalami kekeringan dan mengancam jutaan warga yang tinggal di sungai-sungai yang bersumber dari Himalaya. Selama ini es di Himalaya menjadi sumber air bagi sungai-sungai di daerah hulu di musim panas. Terdapat belasan sungai, ada yang menyebut hingga 19 sungai, yang mengalir di negara-negara Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, Tibet (China), dan India. Sungai-sungai besar di antaranya yaitu Sungai Gangga, Sungai Yamuna, dan Sungai Brahmaputra.

Sumber: Kompas, 22 Juni 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB