Keandalan SDM Iptek Jadi Tantangan

- Editor

Kamis, 9 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keandalan sumber daya manusia ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama peneliti, di Indonesia masih menghadapi tantangan. Padahal, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi disepakati sebagai prasyarat sebuah bangsa meraih kemakmuran dan kesejahteraan.

Hal tersebut mengemuka dalam seminar Kebijakan Pendanaan Riset Nasional yang Implementatif untuk Mewujudkan Daya Saing Bangsa Sesuai Nawacita dan Pembentukan Forum Profesor Riset Nasional di Depok, Rabu (8/11). Kegiatan ini dilaksanakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kementerian Keuangan.

Dalam kegiatan selama dua hari ini juga dibentuk Forum Profesor Riset Nasional. Saat ini profesor riset berjumlah 218 orang. Mereka ini peneliti yang andal di bidangnya masing-masing yang tersebar di berbagai institusi penelitian dan pengembangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto mengatakan, iptek harus menjadi bagian integral pembangunan dan mewarnai proses pembangunan politik dan investasi. Dibutuhkan peneliti yang tangguh dan beretika dalam menghasilkan riset yang obyektif serta mendorong munculnya ekonomi berbasis iptek dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.

Menurut Bambang, proses revisi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek diharapkan dapat mewujudkan koordinasi level perencanaan dan implementasi. Hingga saat ini, Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Iptek belum masuk dalam siklus tahunan anggaran dan belum masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sehingga Jakstranas belum diacu oleh litbang.

Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, anggaran riset Indonesia hanya sekitar 0,20 persen dari PDB. Dari anggaran litbang, sekitar 80 persen dari pemerintah dan pemerintah daerah, sedangkan sisanya swasta. Idealnya, anggaran untuk riset lebih besar daripada swasta dengan perbandingan 1 : 3. “Terkait dengan jumlah SDM iptek, sebenarnya di tingkat ASEAN kita tidak buruk. Namun, produktivitasnya memang masih rendah,” kata Tri. (ELN)

Sumber: Kompas, 9 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB