Keandalan sumber daya manusia ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama peneliti, di Indonesia masih menghadapi tantangan. Padahal, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi disepakati sebagai prasyarat sebuah bangsa meraih kemakmuran dan kesejahteraan.
Hal tersebut mengemuka dalam seminar Kebijakan Pendanaan Riset Nasional yang Implementatif untuk Mewujudkan Daya Saing Bangsa Sesuai Nawacita dan Pembentukan Forum Profesor Riset Nasional di Depok, Rabu (8/11). Kegiatan ini dilaksanakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kementerian Keuangan.
Dalam kegiatan selama dua hari ini juga dibentuk Forum Profesor Riset Nasional. Saat ini profesor riset berjumlah 218 orang. Mereka ini peneliti yang andal di bidangnya masing-masing yang tersebar di berbagai institusi penelitian dan pengembangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto mengatakan, iptek harus menjadi bagian integral pembangunan dan mewarnai proses pembangunan politik dan investasi. Dibutuhkan peneliti yang tangguh dan beretika dalam menghasilkan riset yang obyektif serta mendorong munculnya ekonomi berbasis iptek dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.
Menurut Bambang, proses revisi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek diharapkan dapat mewujudkan koordinasi level perencanaan dan implementasi. Hingga saat ini, Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Iptek belum masuk dalam siklus tahunan anggaran dan belum masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sehingga Jakstranas belum diacu oleh litbang.
Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, anggaran riset Indonesia hanya sekitar 0,20 persen dari PDB. Dari anggaran litbang, sekitar 80 persen dari pemerintah dan pemerintah daerah, sedangkan sisanya swasta. Idealnya, anggaran untuk riset lebih besar daripada swasta dengan perbandingan 1 : 3. “Terkait dengan jumlah SDM iptek, sebenarnya di tingkat ASEAN kita tidak buruk. Namun, produktivitasnya memang masih rendah,” kata Tri. (ELN)
Sumber: Kompas, 9 November 2017