Kanker serviks masih menjadi momok perempuan Indonesia. Setiap bulan, 600-750 perempuan dilaporkan meninggal akibat kanker serviks. Dengan kata lain, setiap jam satu perempuan meninggal karena penyakit itu.
”Kematian ibu akibat kanker serviks masih sangat tinggi,” kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zaenal Abidin di Jakarta, Minggu (24/5). Perlu usaha bersama menyelamatkan perempuan Indonesia dari ancaman kanker serviks.
”Caranya, memberikan pelayanan kesehatan yang bagus dan yang terpenting memberikan pendidikan kesehatan. Penting memeriksakan diri sejak dini,” kata Zaenal.
Mengutip data, Zaenal menyebutkan, setiap hari penderita baru muncul 40-45 orang yang 20-25 orang di antaranya meninggal. Umumnya, penderita terdeteksi saat stadium lanjut sehingga peluang disembuhkan kecil. Padahal, kanker serviks dapat dideteksi sejak dini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia Ke-107 Tahun 2015, IDI mengadakan deteksi dini kanker serviks. Kegiatan dipusatkan di Rumah Susun Tambora, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Selain di Jakarta, digelar juga di beberapa provinsi lain.
Di Rusun Tambora, dari 300 perempuan yang diperiksa, satu orang positif prakanker dan diberikan rujukan berobat ke rumah sakit. Pemeriksaan menggunakan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Metode IVA mudah dan murah. Kini, puskesmas dapat melayani.
Dalam tujuh menit hasil dapat diketahui dengan biaya sekitar Rp 25.000. Bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), biaya ditanggung Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Informasi terbatas
Ibu-ibu di Rusun Tambora antusias memeriksa diri. Sejak pukul 09.00, mereka mengambil nomor antrean menunggu giliran. Pemeriksaan dilakukan tim IDI.
Mereka belum pernah memeriksa diri untuk mendeteksi kanker serviks. Keterbatasan informasi membuat mereka abai terhadap kesehatan diri.
Vera Handayani (25), Yanti (30), dan Ida Rosida (38) mengatakan baru mengetahui deteksi kanker serviks dapat dilakukan dengan mudah dan murah. ”Seumur hidup baru sekarang periksa. Hasilnya bersih kanker,” kata Ida Rosida, ibu tiga anak.
Pengurus Organisasi Aksi Solidartas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), Nining Indroyono Soesilo, mengatakan, tes IVA perlu dikampanyekan lebih serius agar semua perempuan Indonesia dapat memanfaatkannya.
”Ke depan, angka kematian perempuan karena kanker serviks harus dapat dikurangi,” katanya.
Menurut Nining, selain perempuan, suami juga berperan penting menjaga kesehatan perempuan anggota keluarga. Mereka hendaknya mendorong anggota keluarga untuk deteksi dini kanker serviks. (B04)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Mei 2015, di halaman 14 dengan judul “Temuan Kasus dan Kematian Tinggi”.