Kanker Kolorektal; Butuh Penanganan Multidisiplin

- Editor

Senin, 18 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penderita kanker kolorektal atau usus besar di Indonesia terus bertambah, termasuk pada kelompok penduduk usia produktif. Mayoritas pasien yang berobat sudah dalam stadium lanjut dan memiliki penyakit penyerta. Karena itu, penanganan pasien perlu pendekatan multidisiplin.

Prof Aru Wisaksono Sudoyo memaparkan hal itu dalam pidato pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), di Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/1). Pada kesempatan yang sama, Prof Setyowati dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Kini UI mempunyai 300 guru besar.

Aru mengatakan, kanker menjadi masalah yang kian besar di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kematian akibat kanker diperkirakan akan melebihi jumlah total kematian akibat AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Jika tidak ditanggulangi secara serius, angka kematian akibat kanker akan naik 80 persen pada 2030.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengutip data Globocan 2012, secara global, kini kasus kanker kolorektal termasuk tiga besar kanker di dunia. Di Indonesia, jumlah kanker kolorektal terus meningkat. Memang pencatatan kanker di Tanah Air belum sempurna. Dari 1.659 pasien kolonoskopi di sebuah rumah sakit swasta pada 2014, ada 334 kasus dengan keganasan (20,9 persen).

Selain itu, Bagian Patologi Anatomi UI mencatat, 30 persen pasien kanker kolorektal berusia di bawah 40 tahun. Padahal, di negara maju, pasien kanker kolorektal di bawah usia 40 tahun hanya sekitar 3 persen. “Kanker kolorektal terkait lingkungan dan gaya hidup,” ucap Aru.

Stadium lanjut
Selain itu, mayoritas pasien kanker kolorektal berobat ke rumah sakit pada stadium lanjut. Gejala kanker usus besar agak sulit dikenali. Pasien terus merasa perutnya tak nyaman, bentuk feses berubah-ubah, dan kadang ada darah di feses.

Penanggung Jawab Klinik Utama Yayasan Kanker Indonesia Sasana Marsudi Husada, Rebecca N Angka, menyatakan, sejauh ini belum ada program deteksi dini kanker kolorektal (Kompas, 20 April 2015).

Aru memaparkan, di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, 34 persen pasien kanker kolorektal dalam kondisi kanker menyebar ke organ hati. Kanker kolorektal kerap tak berdiri sendiri atau ada penyakit penyerta, menyebar ke hati, dan banyak variasi terapi.

Terkait hal itu, pendekatan multidisiplin dari tim jadi penting. Penekanan tim multidisiplin itu diarahkan pada pengambilan keputusan pengobatan yang kolaboratif, memaksimalkan tim inti dengan tiap-tiap kompetensi, dan terjadi pertukaran ilmu pengetahuan.

kanker-ususSejak dulu, lanjut Aru, pendekatan multidisiplin itu sudah ada, tetapi hanya pada kondisi penyakit sulit sebagai sarana pendidikan dan pelatihan. Kini pendekatan tim diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Namun, kerja sama tim dalam menangani pasien kanker kolorektal menghadapi sejumlah tantangan. Kendalanya antara lain sulit mencari jadwal bersama karena jadwal tiap dokter spesialis berbeda, ego dokter spesialis terganggu saat pendapatnya dipertanyakan, terlalu banyak kasus yang perlu dibahas, putusan rapat kadang tak dijalankan dan kembali pada dokter yang langsung menangani pasien. (ADH)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Januari 2016, di halaman 9 dengan judul “Butuh Penanganan Multidisiplin”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB