Jumlah pasien pelayanan bayi tabung bagi pasangan infertil di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Kebutuhan memiliki keturunan dan akses yang mudah untuk mendapatkan klinik bayi tabung menjadi faktor pendorongnya.
”Pada 2017 ada 9.000 pasien yang minta pelayanan bayi tabung di Indonesia,” kata konsultan bayi tabung Mulyoto Pangestu, Rabu (2/5/2018), di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
Mulyoto yang kini menjabat sebagai Lecturer and Laboratory Manager Education Program Reproduction and Development Department Obstetrics and Gynecology Monash Clinical School, Australia, ini menyampaikan, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2004, jumlahnya di bawah 1.000 pasien, pada 2008 mencapai 1.000 pasien, dan pada 2010 di atas 1.000 pasien. ”Tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 30 persen,” ujar Mulyoto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Konsultan bayi tabung Mulyoto Pangestu di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (2/5/2018).
Menurut dia, kendati berbiaya mahal, berkisar Rp 37 juta sampai Rp 60 juta, peningkatan tersebut, antara lain, disebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap layanan bayi tabung di Indonesia dan semakin mudahnya akses mendapatkan pelayanan bayi tabung. ”Di Indonesia sudah ada sekitar 20 klinik yang dapat melayani bayi tabung. Selain itu, mereka (pasien) sudah mulai yakin dengan kemampuan dokter di Indonesia,” ujarnya.
Meski demikian, hal itu, lanjut Mulyoto, tidak bisa membendung orang untuk melaksanakan perawatan bayi tabung ke luar negeri. ”Orang yang sampai akhirnya ke luar negeri tidak semata-mata tidak percaya pada kemampuan dokter di Indonesia, tetapi lebih karena malu,” katanya.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Mulyoto Pangestu.
Mulyoto, doktor yang juga dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman itu, dikenal sebagai penemu teknik pembekuan sperma hewan dengan cara yang sederhana dan murah pada tahun 2000. Penemuannya saat ini bermanfaat bagi keperluan riset di laboratorium. Mulyoto memakai gas nitrogen serta dua lapis tabung plastik mini yang disegel dengan panas, kemudian dibungkus dengan aluminium foil. Sebelumnya, penyimpanan sperma hewan memerlukan nitrogen cair sebagai bahan pendingin yang harus disimpan di bawah suhu minus 196 derajat celsius.
Atas temuan tersebut, Mulyoto mendapatkan penghargaan tertinggi Gold Award dalam kompetisi Young Inventors Awards yang diadakan majalah Far Eastern Economic Review dan Hewlett-Packard Asia Pasifik. Sehari-hari, Mulyoto tinggal di Melbourne, Australia, dan kini selama sepuluh hari berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri pertemuan Perhimpunan Fertilisasi in Vitro Indonesia di Yogyakarta. Di Purwokerto, Mulyoto sempat mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional.–MEGANDIKA WICAKSONO
Sumber: Kompas, 2 Mei 2018