Perguruan tinggi, terutama di bidang pertanian, diharapkan mampu menjadikan petani sebagai profesi modern. Hal itu akan menjadikan sektor pertanian semakin diminati sehingga menjamin ketahanan pangan. Inovasi teknologi perlu terus dilakukan untuk mencapainya.
Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti mengatakan, Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sekitar 60 persen masyarakat Indonesia bergerak di sektor pertanian. Namun, bidang pertanian Indonesia masih banyak menghadapi tantangan.
Apresiasi masyarakat terhadap profesi bidang pertanian dinilai masih kurang. Minat generasi muda belajar di bidang pertanian menurun. Begitu pula dengan sumber daya manusia, manajemen sistem, dan teknologi lokal yang masih kalah saing dari negara lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Pimpinan Institut Pertanian Bogor (IPB), perwakilan Kemristekdikti, dan jajaran Pemerintah Kota Bogor berfoto bersama setelah penandatanganan nota kesepahaman antara IPB dan Pemerintah Kota Bogor, Sabtu (1/9/2018).
“Kalau anak dokter saya tanya cita-citanya, jadi dokter. Anak dosen ditanya, ingin jadi dosen. Tapi kalau anak petani yang ditanya ingin jadi apa, jarang yang menjawab jadi petani,” kata Ghufron pada pembukaan Dies Natalis ke-55 Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor, Sabtu (1/9/2018).
Menurut Ghufron, pertanian sebenarnya merupakan sektor yang sangat menjanjikan bagi perekonomian negara. Dia pun merujuk Australia sebagai contoh. Negeri Kangguru ini bisa menjadi negara maju karena fokus di bidang pertanian dan peternakan.
Oleh sebab itu, Ghufron meminta perguruan tinggi, terutama IPB agar bisa meningkatkan minat masyarakat untuk bertani dengan menjadikan petani sebagai profesi modern. Perguruan tinggi diharapkan terus berinovasi dan memajukan teknologi pertanian.
“Bagaimana teknologi pertanian dimodernkan. Inovasi-inovasi dan produk hasil pertanian serta nilai tambahnya terus dikembangkan sedemikian rupa. Kementerian siap mendukung,” ujarnya.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor
Rektor IPB Arif Satria mengatakan, IPB menyiapkan mahasiswa menjadi petani modern, termasuk menciptakan inovasi-inovasi yang berbasis kebutuhan. “Kita manfaatkan teknologi baru supaya kita citrakan pertanian memang sesuatu yang modern sehingga diminati banyak orang,” ujarnya.
Di masa depan, katanya, Indonesia dituntut menghasilkan produk pertanian dengan presisi yang tinggi, efisien, dan ramah lingkungan. Ini menjadi tantangan karena masyarakat secara kultur belum siap untuk itu. Meski demikian, IPB siap memulai dan mengawal agar hal itu bisa terwujud.
Arif optimistis pelaku pertanian dari generasi muda akan semakin banyak. Itu karena mereka sudah berorientasi pada bisnis dan bisnis yang paling prospektif dan abadi adalah pangan.
“Saya optimistis betul para mahasiswa ini jadi pelaku tangguh. Oleh sebab itu, kita siapkan mereka dari sisi enterpreneurship. Salah satu bentuknya, yaitu membuka kesempatan bagi mereka mengikuti sekolah startup, suatu program tempat mereka mengembangkan bisnis startup. Jadi setelah lulus nanti, bisa langsung mengeksekusi bisnisnya,” ujar Arif. (YOLA SASTRA)–YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 1 September 2018