Metode pengajaran satu arah yang diterapkan sejumlah universitas di Indonesia dinilai tidak akan mampu mengikuti perubahan generasi muda yang semakin dinamis. Prinsip mahasiswa sebagai pusat pembelajaran perlu diterapkan.
Hal tersebut terungkap dalam pemaparan laporan paket pertama proyek Indoped dalam pembukaan Indoped di Universitas Binus Internasional, Jakarta, Selasa (12/4). Acara ini, antara lain, dihadiri Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) Patdono Suwignjo serta Deputi Kepala Perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Charles- Michel Geurts.
Indoped ialah proyek yang didukung Uni Eropa dengan tujuan meningkatkan kualitas pengajaran di lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Sejumlah universitas di Indonesia dan Eropa tergabung dalam proyek ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pemahaman guru sebagai digugu lan ditiru (diikuti dan dicontoh) membuat relasi berjarak antara guru dan murid-muridnya,” ucap Direktur Pengembangan Akademik Binus Internasional Tri Asih Budiono. Berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti, saat ini ada 4,6 juta mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di 3.220 perguruan tinggi dalam negeri.
Kepala Proyek Indoped asal Finlandia, Harri Lappalainen, menjelaskan, prinsip murid sebagai pusat pembelajaran perlu diterapkan. Metode kelas disarankan berbentuk kelompok dengan pengajar ikut serta sambil bersikap tidak formal. “Dosen perlu bertindak sebagai mahasiswa itu sendiri agar memahami kondisi mereka,” ujar Harri.
Co-Founder HarukaEdu Novistiar Rustandi, pendiri pembelajaran daring yang telah bekerja sama dengan beberapa universitas di Jakarta, menggunakan pendekatan gamifikasi untuk mengembangkan kurikulum. “Misalkan pemberian poin tambahan kepada mahasiswa yang menjadi pemimpin dalam diskusi online,” ujarnya.
Namun, Novistiar tetap menggelar pertemuan tatap muka. Peran guru yang tidak bisa digantikan oleh teknologi menjadi alasannya. Mahasiswa dijadwalkan bertemu dosen minimal dua kali dalam satu semester.
Dosen Ilmu Sosial University of Gdansk, Polandia, Adam Jagiello-Rusilowski, mengembangkan pembelajaran sambil bermain “drama” guna meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa. Kemampuan berkomunikasi dan memecahkan masalah pun dapat terbentuk. (C02)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 April 2016, di halaman 12 dengan judul “Jadikan Mahasiswa Pusat Pembelajaran”.