Jadikan laboratorium Rumah Kedua

- Editor

Jumat, 28 Oktober 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bagi sejumlah mahasiswa, masa kuliah tidak cukup hanya dihabiskan di kelas untuk menimba ilmu sesuai bidang yang mereka ambil. Masa kuliah adalah juga masa untuk mengembangkan ide-ide kreatif.

Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) misalnya, sejumlah mahasiswa menghabiskan waktu berjam-jam di laboratorium untuk meneliti atau sekadar berdiskusi. Bahkan laboratorium ibarat rumah kedua bagi mereka. Dan kebiasaan itu berbuah prestasi tingkat dunia. Juli lalu, mobil Turangga Chetta EV3 karya Tim Bumi Siliwangi UPI menjuarai lomba balap mobil hemat energi Shell Eco Marathon Drivers World Championship (SEM DWC) 2016 di London, Inggris.

Hal ini merupakan ajang untuk menguji mobil ramah lingkungan karya mahasiswa di seluruh dunia yang menjuarai lomba serupa di Benua Asia Eropa dan Amerika. Pada SEM Asia 2016 di Manila, Filipina, mobil Turangga Chetta EV3 ini meraih juara kedua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Langkah serupa dilakukan Tim Sapu Angin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur. Mereka bekerja keras menyiapkan mobil andalan mereka yang bisa melaju dengan kecepatan rata-rata 70 kilometer per jam. Mobil ini meraih juara pertama kategori urban diesel pada SEM 2016 di Manila, sekaligus mencatat rekor Asia dan Amerika, yaitu konsumsi bahan bakarnya mencapai 249,8 kilometer per liter.

Sayangnya, mereka tidak bisa ikut lomba SEM DWC di London karena mobil tersebut hangus terbakar dalam perjalanan pengiriman dari Indonesia ke London. Kejadian baru diketahui saat kontainer dibuka.

Peristiwa itu, kata Manajer Tim Sapu Angin Annas Fauzi, Rabu (5/10) di Surabaya, menjadi sejarah penting bagi timnya. Justru setelah peristiwa itu, Tim Sapu Angin semakin bersemangat memenangi perlombaan lain di sejumlah negara. September lalu, Tim Sapu Angin mendapat Fuel Economic Award dalam Student Formula di Jepang. Lomba ini tidak hanya mengandalkan mesin irit bahan bakar, tetapi juga menuntut kecepatan. ” Sejak terbentuk pada 2010, Tim Sapu Angin mendapat berbagai penghargaan. Di ajang SEM, misalnya, sejak 2014 tim ini pun menjadi maskot ITS karena berkali-kali mengharumkan nama kampus dan Indonesia di lomba internasional.

1124188Sadewa-UI-Kalabia-Evo-5780x390Annas mengatakan, timnya terdiri atas 21 orang yang mayoritas merupakan mahasiswa jurusan teknik mesin yang di seleksi. Setelah masuk tim, setiap anggota lebih banyak menghabiskan waktu di bengkel kerja.

”Pagi hingga siang kami kuliah dan sore kami ke bengkel mengerjakan mobil sampai pukul 23. 30,”katanya. Setiap anggota memiliki cita-cita hampir sama yaitu membangun kendaraan berkualitas untuk masyarakat.

Lingkungan kampus
Prestasi yang membanggakan dunia pendidikan Tanah Air tersebut tak lahir begitu saja. Lingkungan kampus yang mendukung budaya berdiskusi dan meneliti membuat mahasiswa terpacu mengembangkan ide-ide kreatif.

“Laboratorium terbuka 24 jam bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri. Kampus juga menempatkan dosen pembimbing di setiap laboratorium sehingga kegiatan mahasiswa Iebih optimal. Jadi, kegiatan mahasiswa tak hanya di kelas,” ujar Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Teknologi dan Kejuruan UPI Iwa Kuntadi di Bandung, Jawa Barat, Juma‘t. (7/10)

Amin Sobirin, anggota yang merangkap manajer tim Bumi Siliwangi, mengatakan, dirinya aktif di laboratorium karena ingin menambah pengetahuan di luar yang diajarkan dosen dalam perkuliahan. Selain itu, dia juga dapat langsung mempraktikkan teori yang dia pelajari. ”Kalau sehabis kuliah langsung pulang, saya mungkin lebih banyak tidur di tempat indekos. Namun dengan ikut workshop atau datang ke laboratorium, saya dapat banyak pengetahuan baru dan mengaplikasikan ide-ide dalam penelitian,” ujarnya.

Bahkan, saking sudah menganggap laboratorium sebagai rumah kedua, saat pulang dari SEM DWC 2016 dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Amin dan anggota Tim Bumi Siliwangi lainnya meminta segera diantar ke laboratorium otomotif di kampus. Padahal, mereka ditawari pihak kampus untuk tidur di hotel karena terlihat kelelahan setelah perjalanan 17 jam dari London.

Kampus juga telah menciptakan hubungan harmonis antara dosen dan mahasiswa. ”Saya bisa menjadi dosen, bisa jadi teman, dan terkadang jadi orangtua mereka. Begitu cara membangunnya (hubungan dosen dan mahasiswa),” kata dosen pembimbing Tim Bumi Siliwangi, Ridwan Adam.

Tim Bumi Siliwangi berasal dari Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Penggemar Teknologi Otomotif (UKM Kompetitif). Dengan adanya UKM, budaya berdiskusi di kalangan mahasiswa menjadi terpelihara. Hal ini juga mendorong mahasiswa aktif melakukan penelitian di laboratorium. ”Setiap tahun kami mengikuti perlombaan agar mahasiswa termotivasi berkompetisi menjadi lebih baik” ujar Iwa.

Diimplementasikan
Kompetisi-kompetisi, baik tingkat nasional maupun internasional, menurut Rektor ITS Joni Hermana, merupakan sarana bagi mahasiswa mengasah kemampuan berinovasi. ”Nantinya semua yang dibuat mahasiswa, diharapkan bisa dimanfaatkan banyak orang. Teknologi yang dibuat harus bisa diproduksi massal,” katanya.

Salah satu inovasi dari ITS yang segera diproduksi massal dan dinikmati masyarakat adalah sepeda motor listrik yang dinamakan Gesits. Purwarupa sepeda motor itu sudah ada dan dipesan 25.000 unit. Namun, produksi sepeda motor itu masih terkendala belum adanya regulasi dari pemerintah.

Dosen pembimbing Tim Sapu Angin, Atok Setiyawan, mengatakan, tim itu sebetulnya juga sudah memiliki konsep kendaraan yang bisa diproduksi massal. Akan tetapi, semua inovasi itu tidak ada artinya apabila tidak didukung banyak pihak, terutama pemerintah.

Adapun UPI berencana mengimplementasikan teknologi mobil listrik karya Tim Bumi Siliwangi pada moda transportasi kampus yang kini masih menggunakan bahan bakar solar ”Untuk sementara akan diterapkan pada satu kendaraan dulu. Nanti, setelah itu akan diterapkan ke kendaraan lainnya. Kalau untuk menujukomersial, ini perlu di kembangkan dan bergantung kebijakan-kebijakan ke depannya,” ujar Iwa. (TAM/DEN)

Sumber: Kompas, 28 Oktober 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB