Irama Binaural; Efek I-Doser, Adiksi lewat Suara Sulit Terjadi

- Editor

Sabtu, 17 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Maraknya berita mengenai i-doser, sebuah produk musik dengan irama binaural, memunculkan kekhawatiran bahwa efek-efek yang ditawarkan dengan nama-nama narkotika akan memiliki efek serupa dan menyebabkan pendengarnya ketagihan. Tidak hanya terbukti bahwa efek yang dihasilkan dari irama binaural itu hanya hasil sugesti saja, peluang untuk menimbulkan kebergantungan pun bisa ditepis.

Penjelasan tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Masyarakat Neurosains Indonesia Taufiq Pasiak, Kamis (15/10). Bagian otak yang bertanggung jawab pada munculnya kebergantungan atau adiksi disebut nucleus accumbens yang mengatur fungsi kognitif.

“Nucleus accumbens letaknya di tengah otak bagian bawah. Saya rasa akan susah dicapai oleh gelombang suara saja,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

471919aa1b0d497ab02316d2c97ac683KOMPAS/AMIR SODIKIN–Seorang perempuan mendengarkan musik melalui pelantang telinga di Jakarta, Kamis (15/10). Maraknya berita mengenai i-doser, sebuah produk musik dengan irama binaural, memunculkan kekhawatiran bahwa efek-efek yang ditawarkan dengan nama-nama narkotika akan memiliki efek serupa dan menyebabkan pendengarnya ketagihan.

Secara teoretis, menurut Taufiq, zat yang masuk ke dalam tubuh dengan cara ditelan, dihirup, atau disuntik akan memberikan efek jauh lebih intens ketimbang suara karena ada zat kimia yang dilepas dan berikat dengan zat kimia lain di otak. Dia belum pernah menemukan referensi ilmiah yang menyebut kaitan suara dengan kebergantungan kepada seseorang.

Contohnya adalah musik. Mereka yang mendengar tidak akan ketagihan meski sang penyanyi adalah idolanya. Berbeda dengan adiksi lainnya, seperti makanan, alkohol, obat-obatan, atau seks.

“Akhirnya saya anggap bahwa produk tersebut sebagai musik yang memberikan sensasi relaksasi, tetapi lantas disalahtafsirkan,” katanya.

Sebelumnya, marak beredar pesan yang disebarluaskan berisi ketakutan akan produk irama binaural ini yang dipercaya bisa menciptakan sensasi seperti mengonsumsi narkoba. Hal tersebut disebabkan oleh nama-nama dosis atau istilah dari lagu yang ditawarkan i-doser, menggunakan nama narkoba, seperti alkohol, dan mariyuana. Beberapa pakar yang dihubungi meyakini bahwa tindakan tersebut merupakan strategi bisnis untuk membuat pembeli produk memiliki ekspektasi dan lantas tersugesti saat menggunakannya.

3fd5355350ef497fa0efa65a7001454aI-DOSER.COM–Laman i-doser.com, salah satu industri yang membuat aplikasi audio berirama binaural.

Dosen Sinyal dan Audio Fakultas Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana, Matias HW Budhianto, menegaskan bahwa gelombang suara pada frekuensi tertentu memang bisa memengaruhi otak, seperti menimbulkan rasa tenang, tetapi itu tidak lepas dari pengguna sendiri yang menyugesti dirinya sendiri sewaktu mendengarkan musik itu. Hanya saja, efeknya tidak akan berlangsung lama.

“Kalau kita mendengarkan musik lantas rileks, jika diteruskan mungkin akan tertidur saja,” kata Matias.

Untuk menikmati sensasi irama binaural terdapat prasyarat, seperti menggunakan penyuara kuping, diutamakan berkualitas tinggi agar mendapat suara yang lebih baik. Pengguna juga harus dalam keadaan berbaring dan tenang, mata terpejam dan berada di dalam keadaan yang tidak ada gangguan di sekitarnya. Begitu irama dimulai, sebaiknya mereka tetap rileks dan tidak bergerak hingga selesai.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Sumber: Kompas Siang | 15 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB